38. Makan Siang di Luar

1308 Words
Sudah seminggu Willy sejak kembalinya Willy. Selama seminggu itu pula Willy menghabiskan waktunya bersama Bianca dan Aditya di rumahnya. Willy saat ini sedang merapikan dasinya. Karena hari ini dia akan menemui CEO baru PT XYZ. Ya, Willy harus datang karena ini adalah kerjasamanya dengan CEO baru PT XYZ. Ceklek Bianca membuka pintu kamarnya. Bianca melihat Willy sedang merapikan dasinya. Bianca pun melangkah menghampiri Willy, lalu mengambil alih untuk merapikan dasi Willy. “Terima kasih Bii” ucap Willy. “Sama-sama Will. Sudah tugasku bukan merapikan pakaianmu” ucap Bianca menyelesaikan tugasnya. “Bii, dimana Aditya?” Tanya Willy. “Aditya sedang dikereta dorongnya dijaga Bi Inah” jawab Bianca. “Kamu sudah selesai memandikannya?” Tanya Willy. “Sudah. Aku juga sudah menyiapkan sarapan untuk kita” jawab Bianca. “Kalau begitu ayo kita sarapan” ucap Willy. Bianca menganggukkan kepalanya. Bianca dan Willy pun melangkah keluar bersama keluar kamar menuju ruang makan. “Anak Papa” ucap Wippy ketika melihat Aditya sedang di kereta dorongnya. Willy menghampiri Aditya, lalu menggendongnya dan menciumnya dengan hanyat. “Anak Papa harum sekali pagi-pagi” ucap Willy. Bianca menyendokkan nasi untuk Willy. Willy meletakkan kembali Aditya di kereta dorongnya. Willy duduk di ruang makan bersama Bianca dan ditemani Aditya di kereta dorongnya. Hari ini Bianca sudah selesai dari masa nifasnya. Bianca pun sengaja berdandan yang rapi untuk menyambut Willy pulang. Karena siang ini Willy janji akan mengajaknya makan siang di luar. Drrrt drrrt “Halo sayang” ucap Willy saat Bianca mengangkat teleponnya. “Halo Will. Kamu dimana?” Tanya Bianca. “Sebentar lagi aku sampai. Kamu sudah rapi?” Tanya Willy. “Sudah” jawab Bianca. “Bii apa tidak apa kita tinggal Aditya di rumah bersama Bi Inah” ucap Willy yang mencemaskan Aditya. “Aku juga ingin mengajaknya Will. Tapi kasihan dia masih bayi” jawab Bianca. “Kalau begitu aku minta tolong Mami ya” ucap Willy. “Iya Will. Tapi kalau Mami sedang sibuk, jangan Will” ucap Bianca. “Iya sayang” ucap Willy. Bianca melihat stok asinya setelah menutup teleponnya. Asinya masih cukup dan Bianca langsung memberi tahu Bi Inah untuk menjaga Aditya karena dia akan makan siang diluar bersama Willy. “Bi Inah nanti aku minta tolong jaga Aditya ya. Aku akan makan siang diluar sama suamiku” ucap Bianca. “Iya Bu” ucap Bi Inah menganggukkan kepalanya. “Nanti Mami juga kesini kalau tidak sibuk buat bantu jaga Aditya. Dan untuk makan malam Bibi tidak perlu masak ya. Nanti aku sama Willy akan pesankan makanan” ucap Bianca lagi “Iya Bu” ucap Bi Inah menganggukkan kepalanya. Bianca sedang menunggu Willy di ruang tamu bersama Aditya. Tidak lama Willy datang dan langsung bergabung bersama Bianca. “Anak Papa lagi apa?” Tanya Willy yang menatap Aditya. “Menunggu Papa” jawab Bianca dengan suara dibuat seperti anak bayi. “Papa gemas sekali sama kamu” ucap Willy mencubit pelan pipi Aditya. Willy mengecup kening dan pipi Aditya. “Hem, semenjak ada Aditya, aku selalu dilupakan” ucap Bianca. Willy menoleh dan tersenyum kepada istrinya. Cup Willy mengecup pipi Bianca “Jangan cemburu dengan anak sendiri” ucap Willy. “Aku tidak cemburu” ucap Bianca. Willy duduk disamping Bianca lalu melingkarkan tangannya di pinggang Bianca dan mengecup lagi istrinya. “Bii, aku sudah mencari pengasuh untuk Aditya” ucap Willy. Ya, semalam Willy dan Bianca sudah sepakat untuk mencari pengasuh. Qilly tidak ingin Bianca terlalu lelah menjaga Aditya yang sudah mulai aktif. Awalnya Bianca menolak, tetapi Willy tetaplah Willy yang keras kepala. Akhirnya Bianca pun menyetujuinya. “Kapan dia datang?” Tanya Bianca. “Mungkin besok” jawab Willy. “Kamu sudah selesai nifas ya” bisik Willy ditelinga Bianca. Entah kenapa mendengar ucapan Willy itu Bianca menjadi tersipu malu. Lalu dia menganggukkan kepalanya. Ya, Bianca tahu maksud Willy. Mereka berdua sudah menikah. Willy dan Bianca sudah lebih dari 4 bulan berpisah. Pastilah Willy menahan hasratnya selama itu. Willy pun mengecep berkali-kali pipi Bianca. Bianca hanya tersenyum. “Yuk kita jalan” ucap Willy. “Aku panggil Bi Inah dulu ya” ucap Bianca berdiri. “Bii” ucap Willy menahan tangan Bianca. Bianca menoleh Willy pun berdiri. Tanpa aba-aba Willy mencium bibir Bianca. “Will, ada Aditya” ucap Bianca melepaskan ciumannya. “Dia masih bayi” ucap Willy yang sudah melingkarkan kedua tangannya dipinggang Bianca. “Aku sudah sangat merindukanmu Bii” ucap Willy. “Aku tahu. Aku juga merindukanmu” ucap Bianca mengusap rahang Willy. “Panggilah Bi Inah” ucap Willy. Bianca menganggukkan kepalanya. Tetapi Bianca masih berdiri di hafapan Willy. “Kenapa masih berdiri?” Tanya Willy. “Tanganmu masih belum melepaskanku” ucap Bianca terkekeh. Willy pun ikut terkekeh dan baru sadar tangannya masih melingkar dipinggang Bianca. Willy melepaskan tangannya, lalu Bianca pun memanggil Bi Inah. Di sebuah hotel bintang lima, di dalam restorant Willy dan Bianca terlihat sedang menikmati makan siang mereka. “Bii, aku sudah memesan kamar untuk kita di hotel ini” ucap Willy. “Kita menginap di hotel ini?” Tanya Bianca terkejut. Tentu saja terkejut, Willy tidak mengatakan kalau mereka akan menginap di hotel. Willy hanya mengajak makan diluar. “Tidak menginap. Hanya memakainya sebentar saja” ucap Willy sambil terkekeh. Bianca pun ikut tersenyum menggeleng-gelengkan kepalanya. Willy sudah menghabiskan makan siangnya. “Bii, makanmu lama sekali” ucap Willy “Iya sebentar Will” ucap Bianca yang masih melahap daging steaknya. “Aku juga sebenarnya yang habis duluan. Ini karena kamu memesankan dua porsi untukku” ucap Bianca lagi. “Kamu sedang menyusui jadi butuh asupan gizi yang banyak sayang. Apalagi setelah ini kamu akan menyusui dua bayi” ucap Willy terkekeh. “Dua bayi” ucap Bianca bingung. “Iya” ucap Willy menganggukkan kepalanya. “Bayi siapa satu lagi?” Tanya Bianca yang sepertinya tidak sadar akan ucapan Willy. “Kamu kalau sedang lapar otaknya sedikit melambat” ucap Willy. “Will” ucap Bianca. “Sudah habiskan makanmu” ucap Willy lagi. Padahal Willy memberi kode untuk Bianca, tetapi istrinya ini memang tidak paham. “Katakan bayi siapa satu lagi?” Tanya Bianca masih penasaran. Apalagi semalam Willy memaksanya mencari pengasuh. Pantes saja akan ada dua bayi di rumahnya. Bianca pun menatap Willy. “Bayi yang pertama adalah bayi Aditya anak kita” ucap Willy. “Yang kedua?” Tanya Bianca lagi. Willy menghela nafasnya. “Bayi besar dihadapanmu ini Bianca. Bayi besar ini juga membutuhkanmu” ucap Willy yang hampir kesal. Bianca terdiam lalu terkekeh. Dan Willy memasang wajah masamnya. “Aku mau ke toilet” ucap Willy. “Jangan marah” ucap Bianca menahan tangan Willy. “Aku tidak marah” jawab Willy ketus. “Will, jangan membuat aku jadi wanita liar” ucap Bianca. Willy diam. Bianca pun berdiri dan melangkah kesamping Willy. “Will, aku akui tadi aku tidak paham maksudmu. Aku minta maaf ya” ucap Bianca. “Tidak semudah Bianca” ucap Willy. Bianca terlekeh melihat wajah Willy. “Sudah sana cepat, katanya mau ke kamar mandi” ucap Bianca. Willy pun berdiri dan mengecup pipi Bianca. Lalu Willy melangkah ke toilet. Bainca hanya tersenyum menggeleng-gelengkan kepalanya. Saat Willy belum lembali. Bianca sudah menghabiskan makan siangnya. Bianca membasuh mulutnya dengan tissu makan. “Hai” sapa seorang pria yang sudah di depan meja Bianca. Bianca menoleh seketika dia terkejut melihat pria yang ada dihadapannya. “Kenapa harus bertemu pria ini?” Tanya Bianca dalam hatinya. Bianca hanya menganggukkan kepalanya. “Tidak ada yang mau kamu bicarakan denganku, atau mengembalikan sesuatu?” Tanya pria yang ternyata adalah Gio. Bianca ingat pasti Gio menanyakan jasnya. Jasnya sudah Bianca minta Pak Eko buang. Lalu Bianca harus apa. “Bii, maaf aku lama” ucap Willy yang baru saja datang. Willy pun terkejut melihat ada seorang pria yang sedang bersama Bianca. Pria itu pun juga menoleh ke arah Willy saat Willy memanggil Bianca.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD