17. Ibu Rita yang Merepotkan

1755 Words
Jakarta Seperti biasa pagi ini Bianca sedang menjemur Aditya sebelum dia memandikannya. Ya, hari ini adalah hari dimana harusnya Bianca datang dan mengecek dekorasi pernikahan Mba Laras. Karena Bianca adalah istri yang patuh kepada suaminya Bianca pun mengikuti perintah Willy untuk tidak datang kesana dan tetap di rumah. Naena dan Icha juga sudah tahu, mereka juga tidak mempermasalahkannya karena memang seharusnya Bianca dirumah bersama Aditya. Ini semua hanya karena Ibu Rita yang merepotkan itu saja. Sudah sejak jam tujuh pagi Ibu Rita terus menghubungi ponsel Bianca. Menurut saran Icha dan Naena Bianca tidak perlu mengangkatnya biar nanti di lokasi akan menjadi tanggung jawab icha dan juga Naena. Tap Tap “Ibu maaf ada orang telepon Ibu” ucap Bi Inah yang menghampiri Bianca ke halaman. “Siapa Bi?” Tanya Bianca. “Ibu Rita kalau tidak salah namanya. Sepertinya dia marah-marah Bu” ucap Bi Inah. Bianca menarik nafasnya panjang. Mungkin karena Bianca tidak mengangkat teleponnya Ibu Rita itu menghubungi rumahnya. Lalu tahu dari mana Ibu Rita nomor rumah Bianca. Tidak mungkin Icha atau Naena yang memberitahunya. “Bibi sudah siapkan air hangat untuk Aditya?” Tanya Bianca. “Sudah Bu” ucap Bi Inah. “Bibi tolong mandikan Aditya dulu ya, kasihan dia sudah kepanasan” ucap Bianca. “Baik Bu” ucap Bi Inah. “Nanti setelah selesai di telepon aku akan segera ke kamar” ucap Bianca. “Baik Bu” ucap Bi Inah lagi. Bi Inah menggendong Aditya masuk dan Bianca pun juga melangkah masuk dibelakang Bi Inah. Bi Inah melangkah ke kamar Aditya, Bianca melangkah menuju telepon. Bianca mengangkat telepon dari Ibu Rita dan benar saja baru saja Bianca menyapa Ibu Rita sudah memarahinya. “Halo” ucap Bianca. “Oh, ini dia manuasianya. Dari jam 7 pagi saya hubungi tidak diangkat. Sepertinya kamu sengaja ya mempermainkan saya. Saya bisa saja mengcancel dekorasi kamu saat ini. Kamu tidak ada sopan santunnya sekali” ucap Ibu Rita dengan nada cepat dan marah. “Ibu Rita saya mohon maaf sekali karena tidak bisa menepati janji saya untuk datang” ucap Bianca mencoba menahan emosinya. “Maaf, maaf. Kalau hanya selesai dengan maaf penjara penuh” ucap Ibu Rita. “Untuk saat ini memang hanya itu yang bisa saya lakukan” ucap Ibu Rita. “Saya mau kamu datang sekarang dan lihat pekerjaan anak buahmu” ucap Ibu Rita. “Mohon maaf Ibu Rita saya tidak bisa” ucap Bianca. “Loh kamu seenaknya saja bilang tidak bisa. Saya sudah bayar mahal ini. Kamu mau lepas tanggung jawab begitu saja” ucap Ibu Rita dengan kesal. “Ibu Rita tenang saja semua karyawan saya professional. Mau atau tidak adanya saya disana pekerjaan mereka tidak akan mengecewakan customer” ucap Bianca. “Di dunia ini tidak ada yang sempurna” sindir Ibu Rita. “Iya saya tahu Bu. Oleh sebab itu semua karyawan Bianca Management selalu mengerjakan pekerjaan mereka dengan telita untuk meminimalisir kesalahan. Jika ada suatu kesalahan kami pasti akan segera memperbaikinya” ucap Bianca. “Nah benarkan dugaan saya, pasti ada kesalahan” ucap Ibu Rita. Bianca memejamkan matanya sebentar lalu membukanya lagi. Ibu Rita ini benar-benar mencari-cari kesalahan Bianca. Kalau saja Ibu Rita bukan kliennya Bianca sudah mematikan telepon ini sejak tadi. “Ibu Rita lebih baik istirahat karena besok akan menjadi hari yang menyenangkan sekaligus melelahkan. Untuk masalah dekorasi percayakan kepada tim kami. Saya pun selalu memantau dari ruamh pekerjaan karyawan saya. Jadi Ibu tenang saja. Dan mohon maaf saya sedang memandikan bayi saya jadi saya tutup teleponnya ya Bu” ucap Bianca sebelum menetup teleponnya. Tanpa menunggu kata-kata Ibu Rita Bianca sengaja mematikan sambungannya. Lalu Bianca juga sengaja mencabut kabel teleponnya. Bianca emosi sekali menghadapi Ibu Rita itu. Bianca melangkah ke kamar Aditya, ternyata Aditya sudah selesai mandi. Bi Inah kini sedang memakaikan baju Aditya. Bianca pun menghampiri Bi Inah. “Maaf ya Bi aku kelamaan” ucap Bianca. “Tidak apa-apa Bu. Ini Aditya juga anteng tidak nangis ko” ucap Bi Inah. “Iya anak Mama pintar, hebat” ucap Bianca menatap Aditya dengan tersenyum. Melihat wajah Aditya seketika emosi Bianca pun langsung memudar. Benar sekali apa yang pernah mami ucapkan anak itu bisa menghilangkan semua perasaan buruk yang sedang kita rasakan. Kini Bianca pun merasakannya. Sore hari Bianca sedang mengecek setiap foto dan video yang dikirimkan oleh Icha. Ya, Bianca selalu meminta perkembangan dari dekorasi pernikahan Mba Lara situ. Jangan sampai Ibu Rita mencari-cari kesalahannya lagi. Bianca sudah sangat malas menghadapi Ibu Rita dan rasanya ingin sekali cepat selesai acara ini. Sejauh ini semua pekerjaan tim dekoranya bagus dan tidak ada masalah. Karena Naena dan Icha benar-benar detail memperhatikan setiap sudutnya. Mereka juga tidak ingin Ibu Rita itu menyalahkan Bianca atau Timnya lagi. Drrt Drrt Ponsel Bianca berbunyi ternyata itu adalah Willy. Ya, sejak malam itu Bianca menghubungi Willy yang tidak diangkat, Willy belum menghubunginya lagi. Bianca pun tidak berprasangka buruk, Bianca berpikir Willy pasti sedang sibuk dengan pekerjaannya. “Halo” ucap Bianca. “Hai Bii, maaf ya aku baru menghubungimu” ucap Willy. “Tidak apa-apa Will” ucap Bianca. “Kamu sedang apa Bii?” Tanya Willy yang melihat Bianca sedang ada di luar rumah. “Aku sedang di halaman mengajak Aditya jalan-jalan disini” ucap Bianca. “Mana anak Papa. Papa kangen sekali” ucap Willy. Bianca pun mengarahkan kameranya ke arah Aditya yang tertidur di kereta dorongnya. Willy tersenyum bahagia sekali melihat Aditya. “Bii, waktu malam itu kamu kenapa menghubungiku?” Tanya Willy. Bianca pun mengarahkan kembali kameranya ke wajahnya. “Aku terbangun dan tidak bisa tidur. Aku kira kamu belum tidur jadi aku mencoba menghubungimu untuk menemaniku” jawab Bianca. “Maaf ya Bii, aku semalam sangat lelah jadi aku sudah tertidur” ucap Willy. “Tidak apa-apa Will, aku mengerti” ucap Bianca. Willy pun tersenyum Bianca memang wanita yang dewasa dan sangat pengertian. Selain itu Bianca selalu menurut kepadanya. Willy merasa bahagia sekali mencintai wanita seperti Bianca yang kini sudah menjadi Ibu dari anaknya. “Aku mencintaimu Bii” ucap Willy. Bianca pun tersipu malu. “Ada apa kamu Will?” Tanya Bianca sambil terkekeh. “Maaf ya, kemarin aku terlalu keras kepadamu” ucap Willy. “Aku tidak marah Will. Aku tahu semua itu kamu lakukan untukku juga. Dan memang aku juga salah, aku seharusnya tidak seperti itu” ucap Bianca dengan dewasa. “Aku semakin mencintaimu Bii. Kamu selamu menurut apa yang aku katakan” ucap Willy. “Aku juga semakin mencintaimu Will. Kamu adalah suami yang terbaik untukku” ucap Bianca. Entah kenapa saat Bianca mengucapkan Willy suami terbaik, hati Willy merasa tertampar saat ini. Karena posisi saat ini Willy bukanlah suami yang terbaik. Kalau saja Bianca tahu apa yang Willy sedang lakukan saat ini pasti Bianca tidak akan mengatakan Willy suami terbaik. “Bagaimana dengan klienmu apa dia tahu kamu tidak datang hari ini?” Tanya Willy. Bianca menarik nafasnya panjang. “Ya dia menghubungiku sejak pagi tadi. Sampai dia menghubungi aku ke rumah. Dia memarahiku Will. Dia mencari-cari kesalahan dariku dan tim dekor” ucap Bianca. “Awas saja dia kalau aku sudah kembali. Berani-beraninya dia memarahi istriku. AKu akan memberinya pelajaran Bii” ucap Willy yang marah mendengar ada orang yang memarahi Bianca. “Tidak perlu Will. Biarkan saja. Kita lihat saja bagaimana acaranya besok, kalau semuanya berjalan dengan sempurna tetapi orang itu masih saja complain berarti memang dia sengaja melakukan semua ini. Aku biasa Will menghadapi masalah seperti ini” ucap Bianca. “Tapi Bii, dia sudah keterlaluan. Selama ini tidak pernah ada klien yang memarahimu. Aku tidak suka itu” ucap Willy. “Dulu ada Will. Malah dulu itu orangnya sangat dingin dan tidak berbasa-basi” ucap Bianca. “Kamu tidak pernah cerita kepadaku, kenapa kamu tidak bercerita kepadaku. Siapa orangnya?” Tanya Willy. “Kamu” jawab Bianca terkekeh. “Aku” ucap Willy bingung. “Iya, kamu ingatkan bagaimana dulu kamu menghinaku hanya karena kantorku kotor” ucap Bianca. “Ya Tuhan Bii. Kamu masih dendam kepadaku” ucap Willy. “Tentu saja tidak. Kalau aku masih dendam Aditya tidak akan terlahir” ucap Bianca. “Maaf ya Bii kalau dulu aku menyebalkan” ucap Willy. “Iya Will. Kamu sudah makan Will?” Tanya Bianca. “Sudah. Kamu sendiri bagaimana sudah makan belum?” Tanya Willy. “Tentu saja sudah. Kalau kamu kembali pasti kamu akan terkejut melihat berat badanku yang naik. Aku sering sekali lapar. Lihat saja ini Bi Inah menyiapkan kue dan snack untukku” ucap Bianca sambil memperlihatkan meja di sebelahnya yang penuh dengan makanan. “Baguslah kamu makan yang banyak. Kamu saat ini sedang menyusui Aditya. Mau kamu berubah menjadi sebesar apapun aku tidak akan pernah berpaling kepadamu. Tubuhmu bertambah besar itu juga demi anak kita. AKu mencintai bukan karena fisik sayang” ucap Willy. “Ah kamu membuatku ingin memelukmu Will” ucap Bianca terkekeh. “AKu setiap saat selalu membayangkanmu ada disampingku Bii. Aku ingin memelukmu, menciummu lagi. Aku sudah bosan tidur sendiri Bii. Aku ingin setiap bangun tidur yang pertama kali aku lihat adalah dirimu” ucap Willy. Kalau Willy ada di dekat Bianca saat ini pasti Willy melihat kedua pipi Bianca yang merah seperti kepiting rebus. Semenjak mereka menjalani hubungan jarak jauh, Willy jadi pandai sekali merayu dan membuat Bianca memerah pipinya. “Kalau begitu cepatlah pulang. Aku dan Aditya merindukan kehadiranmu disini” ucap Bianca. “Pasti sayang. Aku akan secepatnya menyelesaikan pekerjaanku disini agar aku bisa pulang secepatnya” ucap Willy. “Oh ya, aku membelikan makanan kesukaanmu di toko online” ucap Bianca. “Istri yang perhatian” ucap Willy. “Bii, kalau seandainya aku akhir-akhir ini jarang menghubungimu kamu jangan marah ya. Kamu hubungi saja aku duluan atau jika aku tidak mengangkatnya kirimlah pesan” ucap Willy lagi. “Iya Will. AKu tahu ko kamu pasti sangat sibuk agar bisa segera menyelesaikan pekerjaanmu disana. Yang terpenting sekarang kamu baik-baik saja itu sudah cukup membuatku tenang Will” ucap Bianca. “Terima kasih Bii, kamu selalu mengerti diriku” ucap Willy. “Sama-sama Will” ucap Bianca. “Oh ya, besok libur kita video call lagi ya” ucap Willy. “Iya” ucap Bianca. “Kalau begitu aku mandi dulu ya” ucap Willy. “Iya, aku juga mau masuk mau menindahkan Aditya ke ranjang” ucap Bianca. “Sampai nanti ya Bii. Aku mencintaimu sayang” ucap Willy. “Aku juga mencintaimu Will” ucap Bianca. Setelah itu mereka pun meneutup teleponnya. Willy melangkah ke kamar mandi dan Bianca menggendong Aditya masuk ke dalam. Willy dan Bianca sama-sama bahagia sekali setelah menelepon tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD