18. Apapun yang terjadi nanti tetaplah percaya dan ada disampingku

1690 Words
Bali Pagi hari ini Willy baru saja selesai lari pagi. Willy mengambil botol air mineral lalu dia meneguknya hingga tandas.Willy pun membuang botol kosongnya ke tempat sampah. Willy istirahat sejenak sambil meluruskan kakinya di lantai. “Jam berapa ini?” Tanya Willy pada dirinya sendiri. Willy melihat jam di dinding ternyata sudah jam 9 pagi. Oh ya, Willy berjanji kepada Bianca untuk menghubunginya lagi saat hari libur ini. Willy meregangkan tubuhnya sebentar. Lalu Willy pun bangun dari duduknya. Willy merasa tidak nyaman dengan bajunya yang basah, Willy pun membuka kaosnya dan memperlihatkan otot-otot perutnya yang berbentuk seperti roti sobek. Tentu saja tubuh Willy bagus, Willy tidak pernah absen dari berolahraga sejak dulu, oleh sebab itu dia menjadi model. Willy melangkah ke kamarnya lalu mengambil ponselnya. Willy pun langsung menghubungi Bianca. Menunggu beberapa detik Bianca sudah langsung mengangkatnya. “Pagi sayang” ucap Willy dengan tersenyum. Willy pun melangkah ke balkon kamarnya agar mendapatkan udara segar karena tubuhnya merasa berkeringat. “Pagi Will” ucap Bianca yang terlihat mengenakan bathrobenya. “Kamu baru selesai mandi Bii” ucap Willy. “Iya. Tadi aku mandikan Aditya. Setelah itu aku mandi” ucap Bianca. “Lalu Aditya sekarang sama siapa?” Tanya Willy. “Sama Bi Inah di kamarnya” jawab Bianca sambil mengeringkan rambutnya dengan pengering rambut. “Kamu cantik Bii kalau habis mandi” ucap Willy yang merayu Bianca. “Jadi kalau belum mandi aku tidak cantik” ucap Bianca menggoda Willy. “Seperti apapun dirimu dimataku kamulah yang paling cantik Bii” ucap Willy yang berhasil membuat Bianca tersenyum. “Sepertinya ada bagusnya kita berhubungan jarak jauh” ucap Bianca. “Kenapa?” Tanya Willy yang merubah nada suaranya penuh kecurigaan. Bianca pun terkekeh. “Jangan curiga dulu donk. Semenjak kita berhubungan jarak jauh seperti ini kamu jadi lebih perhatian kepadaku dan kamu sangat pintar merayu sekarang” ucap Bianca. Willy tersenyum menggelengkn kepalanya. “Memangnya selama ini aku tidak perhatian kepadamu?” Tanya Willy. “Perhatian, Cuma beda. Semenjak kamu di Bali kamu over perhatian” ucap Bianca terkekeh. “Tentu saja Bii. Kalau aku tidak sering menghubungimu aku takut hubungan kita akan semakin jauh” ucap Willy. “Aku tidak mau kehilanganmu lagi Bii. Jadi aku akan melakukan apapun yang aku bisa untuk mempertahankan kamu disisiku” ucap Willy lagi. “Will aku tidak akan pergi kemana-mana. Kamu tahukan hati aku ini cuma ada kamu. Aku tidak akan berpaling darimu. Aku hilang ingatan saja, perasaanku tidak berubah kepadamu” ucap Bianca. “Bii, apapun yang terjadi suatu saat nanti kamu tetap percaya kepadaku ya dan tetaplah berdiri disampingku” ucap Willy. “Tentu saja Will. Aku percaya dan akan selalu berdiri disamping suami yang aku cintai” ucap Bianca. “Terima kasih Bii. Kamu sudah sarapan Bii?” Tanya Willy. “Sudah tadi Bi Inah buat nasi goreng. Kamu sendiri bagaimana sudah sarapan belum?” Tanya Bianca. “Belum” jawab Willy. Bianca melihat jam dan terkejut sekali sudah jam 9 lewat Willy belum sarapan. “Will ini sudah jam 9 lewat. Kamu ko gitu sih. Jangan sampai lupa makan donk” ucap Bianca cemas. “Iya, aku baru selesai dari lari pagi. Aku sedang mendinginkan tubuhku” ucap Willy yang memperlihatkan tubuhnya setengah badan. “Will, kamu berdiri di balkon tanpa baju. Masuk” ucap Bianca. “Kenapa, aku gerah sayang?” Tanya Willy. “Kamu bisa menyalakan ac dikamarmu” ucap Bianca. “Kamu takut ya ada wanita yang melihatku tanpa pakaian” ucap Willy menggoda Bianca. “Tentu saja. Sekarang kita berjauhan. Kalau ada wanita yang melihatmu seperti itu pasti mereka akan mendekatimu” ucap Bianca. “Kamu cemburu ya” ucap Willy. “Jelaslah Will. Aku tidak mau ada wanita yang mendekati suamiku” ucap Bianca. “Baru kali ini aku melihatmu cemburu. Aku senang sekali kamu seperti ini” ucap Will. “Will ayolah masuk. Kalau aku ada di dekatmu aku tidak akan cemas. Tapi sekarang aku jauh darimu. Wanita jaman sekarang nekat-nekat Will” ucap Bianca. “Iya-iya aku masuk” ucap Willy melangkah masuk. “Kamu tenang saja Bii. Mau secantik apapun wanita yang mendekatiku, aku tidak akan pernah menoleh kepadanya. Aku sudah mempunyai istri cantik, pintar, dewasa, pengertian. Aku mencintaimu Bii, jadi kamu tenang saja ya aku tidak akan mengecewakanmu” ucap Willy dengan lembut. “Iya Will. Maaf ya. Aku merindukanmu Will” ucap Bianca. “Iya sayang aku juga merindukanmu. Tunggu aku sebentar lagi ya. Kita akan berkumpul lagi” ucap Willy. Bianca menganggukkan kepalanya. Drrt Drrrt Ponsel Willy bergetar karena ada pemberitahuan telepon yang masuk. Willy pun melihatnya ternyata itu adalah Luna. “Will, Aditya nangis nanti aku telepon lagi ya” ucap Bianca. “Okey, aku juga mau mandi” ucap Willy. “Jangan lupa sarapan ya Will” ucap Bianca. “Iya istriku” ucap Willy. Sebenarnya Willy belum mau memutus sambungannya dengan Bianca. Tetapi karena Aditya nangis dan membutuhkan Bianca, Willy pun memakluminya. Aditya anak mereka, buah cinta Willy dan Bianca. Kebetulan juga Luna menghubungi Willy. Pasti wanita itu akan bertanya macam-macam. Benar saja, Willy baru memutus sambungan teleponnya, Luna kembali menghubungi Willy. Willy pun mengangkatnya. “Halo” ucap Willy. “Will, kamu ko belum datang. Hari ini aku sudah boleh pulang” ucap Luna. Willy memejamkan matanya dia lupa. Kemarin itu Luna dan Gunardi sudah mengatakan kalau Luna akan pulang hari ini. “Iya aku baru selesai lari pagi” ucap Willy. “Tadi kamu sedang menelepon siapa, aku menghubungi nomormu tetapi sedang melakukan panggilan lain?” Tanya Luna. Willy ingin sekali menjawab bahwa Willy sedang menelepon istrinya. Tetapi tentu saja Willy tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. “Aku sedang menelepon sekertarisku di Jakarta” jawab Willy. “Oh. Kamu kapan datang?” Tanya Luna. “Setelah aku mandi” jawab Willy. “Okey, aku akan menunggumu. Jangan sampai tidak datang” ucap Luna. “Iya” ucap Willy. Willy meraup wajahnya. Luna sudah keluar dari rumah sakit itu tandanya Willy akan lebih sering bersama dan bertemu Luna. Dan waktu Willy untuk menghubungi Bianca akan lebih sulit jika Luna ada disampingnya. Sudahlah Willy tidak ingin memikirkan semua itu. Sesulit apapun nanti Willy akan tetap mencari waktu untuk menghubungi istrinya. Karena hanya dengan menelepon Bianca Willy bisa melepas rindunya. Willy melangkah ke kamar mandi. Willy menyalakan shower untuk membasahi tubuhnya. Willy menarik nafas panjang. Kenapa dia menjadi sesulit ini? Kenapa ada saja halangan jika dia ingin hidup bahagia bersama Bianca? “Ini ujian untukmu Will” ucap Willy pada dirinya sendiri. “Yakinlah kalau kamu bisa melewati ujian ini, pasti kebahagiaan yang lebih besar ada di depan sana untukmu, Bianca dan Aditya” ucap Willy lagi menyemangati dirinya sendiri. Willy menganggukkan kepalanya. Willy sudah menjadi seorang ayah. Willy pun juga harus bisa menyelesaikan masalah dengan lebih baik lagi. Willy yakin dia dan Bianca bisa melewati semua ini. Buktinya dulu kehilangan Bianca dua tahun saja mereka bisa tetap bersama dan kini mereka sudah mempunyai Aditya. “Kita bisa Bii. Kita pasti bisa melewati cobaan ini” ucap Willy lagi pada dirinya sendiri. Willy menyelesaikan ritual mandinya. Willy memakai kaus lengan panjang tanpa kerah dan celana levis. Jam sudah menunjukkan puluk setengah sebelas. Willy belum sarapan dia baru minum sebotol air mineral saja. Kalau Willy sarapan dulu dia akan telat datang ke rumah sakit. Dan itu pasti akan membuat mood Luna memburuk. Willy tahu kalau Luna sudah bad mood dia akan lama baiknya dan akan sangat merepotkan Willy. Waktu itu yang seharian Willy tidak datang atau menghubunginya saja Luna sampai tidak makan. Sampai akhirnya Willy terpaksa menemani Luna menginap di rumah sakit. Dan malam itu Bianca menghubungi Willy. Luna sempat melihatnya untung saja Luna tidak mengangkat telepon Willy. Keesokan paginya Luna sempat bertanya kepada Willy siapa yang menelepon Willy malam-malam sampai dua kali. Dan Willy pun terpaksa berbohong mengatakan itu sekertarisnya karena mereka sedang banyak pekerjaan. Untungnya Luna percaya. Saat ini Willy sudah dalam perjalan menuju rumah sakit. Sesampainya di parkiran disana ada Gunardi yang menunggunya. Willy pun turun dari mobil dan melangkah menghampiri Gunardi. “Kenapa kamu lama sekali?” Tanya Gunardi. “Saya habis lari pagi” jawab Willy. “Jangan bohong. Selama ini kamu sering menghubungi istrimukan” ucap Gunardi. “Iya saya memang menghubungi istri saya. Karena saya tidak mau membuat dia cemas karena saya tidak ada kabarnya” ucap Willy. “Tanggung jawabmu sekarang adalah menjaga Luna” ucap Gunardi. “Tanggung jawab saya yang utama saat ini membuat istri saya tetap tenang dan tidak mencemaskan saya” ucap Willy. “Jangan sampai Luna tahu semua ini” ucap Gunardi. Willy pun hanya terdiam. “Bawa ini” ucap Gunardi lagi memberikan buket bunga lily. Willy mengambil buket itu. Ternyata Gunardi tahu Willy pasti tidak membawakan apa-apa untuk Luna. Sehingga Gunardi pun meminta anak buahnya untuk menyiapkan buket bunga lily agar bisa diberikan kepada Willy. “Ingat jangan membuat cucuku menangis, atau kamu akan tahu akibatnya” ucap Gunardi mengancam. “Anda tenang saja. Cucu anda akan baik-baik saja” ucap Willy. Willy pun melangkah meninggalkan Gunardi. Willy terus melangkah menuju kamar Luna dengan membawa buket pemberian Gunardi itu. Ceklek “Sudah siap” ucap Willy membuka pintu rumah sakit. “Willy kamu akhirnya datang juga” ucap Luna yang langsung melangkah menghampiri Willy lalu memeluknya. Kedua tangan Willy terasa berat untuk membalas pelukan Luna. Willy tidak bisa melakukan ini, dipikirannya teringat akan Bianca. Apalagi tadi Bianca sudah ketakutan ada wanita yang mendekati Willy. Bianca tidak tahu saja yang sebenarnya terjadi disini. Willy memang sedang dekat dengan wanita lain. “Untukmu” ucap Willy yang mencari alasan agar Luna melepaskan pelukannya dengan memberikan buket bunga lily. “Terima kasih Will” ucap Luna tersenyum senang. Deg Willy terdiam saat melihat senyum Luna saat ini. Senyum tulus Luna mengingatkan Willy kepada Bianca. Luna terlihat berbeda saat tersenyum seperti itu. “Willy are you oke?” Tanya Luna yang melihat Willy terdiam. “Ah, iya. Sorry” ucap Willy yang tersadar. “Kamu sudah siap pulang?” Tanya Willy. “Sudah. Kakek juga sudah mengurus semuanya” ucap Luna. “Kalau begitu ayo kita pulang” ucap Willy. “Ayo” ucap Luna yang langsung merangkul lengan Willy. Willy pun melirik sekilas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD