16. Bad Mood

1590 Words
Bali Willy kecewa sekali kepada Bianca. Wanita itu selalu saja begitu, masih mementingkan pekerjaannya. Padahal kini Bianca sudah mempunyai bayi yang harus dia perhatikan. Willy memintanya untuk menyewa pengasuh, Bianca tidak mau. Willy rasanya ingin sekali pulang. Karena Willy yakin kalau Willy ada disana pasti Bianca tidak akan mengambil keputusan sendiri seperti itu. Willy tahu sekarang keuangannya tidak sebaik dulu. Ya, Willy memilih untuk mendirikan perusahaan sendiri. Willy sengaja membangun karirnya mulai dari bawah lagi. Willy ingin mempunyai penghasilan dari kerja kerasnya sendiri bukan dari perusahaan orang tuanya. Walau sebenarnya perusahaan milik Papi semuanya akan jatuh ke tangan Willy. Tetapi tetap saja selama Papi dan Mami masih hidup Willy tidak ingin mengambil alih perusahaan itu. Kini perusahaan yang Willy punya hanya WB Entertaint dan Bianca Management. Ya, semenjak Bianca kembali keuangan di Bianca Management memang semakin melonjak naik dan kembali terkenal seperti dulu. Itulah yang membuat Willy memutuskan Bianca tetap boleh bekerja, karena Bianca Management ada jiwa Bianca disana, tetapi tidak seperti ini yang Willy inginkan. “Bii, aku mencemaskan kamu disini. Kenapa kamu tidak mengerti kalau aku tidak akan mengizinkanmu” ucap Willy yang kesal sendiri. Drrrt Drrrt Ponsel Willy berbunyi, Willy melihatnya ternyata itu Luna. Luna menghubunginya karena seharian ini Willy tidak mengunjunginya. Willy tadi sangat sibuk mengecek laporan perusahaannya. Willy menarik nafas panjang karena dia harus mulai lagi menjalankan perannya sebagai kekasih Luna. “Halo” ucap Willy. “Kamu kemana saja seharian ini? Kenapa kamu tidak mengunjungiku?” Tanya Luna dengan nada sedikit kesal. “Aku sedang sibuk banyak pekerjaan. Bukankah ada kakekmu disana” jawab Willy. “Ya memang ada. Tetapi bisakah kamu memberikan perhatian kepadaku, setidaknya kamu menghubungi aku, menanyakan bagaimana kabarku, apa aku sudah makan atau apalah” ucap Luna. “Ya, kamu baik-baik saja bukan” ucap Willy. “Dari mana kamu tahu aku abaik-baik saja?” Tanya Luna. “Ini kamu bisa menghubungiku, sudah pasti kamu baik-baik saja. Kalau kamu sedang tidak baik pasti kamu tidak bisa menghubungiku” jawab Willy. “Kamu menyebalkan” ucap Luna yang langsung menutup teleponnya. Willy pun hanya menarik nafas panjang. Willy harus bagaimana, dia tidak bisa berpura-pura perhatian kepada Luna. Willy bukan pria seperti itu. Willy pun kinit ahu Luna itu wanita yang manja dan cepat sekali emosi. Pasti selama ini Gunardi selalu memberikan apa yang Luna inginkan sehingga Luna menjadi wanita manja seperti itu. Drrrt Drrt Willy melihat ponselnya, Willy kira itu adalah Luna, ternyata Gunardi yang menghubunginya. “Dimana kamu?” Tanya Gunardi dengan kesal. “Saya di penthouse”jawab Willy. “Kenapa hari ini kamu tidak datang menemui cucuku?” Tanya Gunardi. “Pekerjaan saya sangat banyak, ini karena anda mengurung saya berminggu-minggu kemarin. Saya harus mengecek laporan perusahaan saya” jawab Willy. “Setidaknya kamu bisa menghubunginya. Gara-gara kamu seharian ini mood Luna menjadi buruk. Dia tidak mau makan seharian ini sebelum kamu datang” ucap Gunardi. Lagi-lagi Willy menarik nafasnya panjang. Ini sangat merepotkan. “Saya akan menemui Luna sekarang” ucap Willy. “Ya memang kamu harus menemuinya dan buat moodnya kembali baik” ucap Gunardi. Willy mengganti pakaiannya. Setelah itu Willy pun pergi ke rumah sakit untuk menemui Luna. Baru dua hari Willy menjalankan perannya sebagai kekasih Luna, Willy sudah merasa jenuh dan merasa direpotkan sekali. Willy melangkah tanpa membawa apa-apa untuk Luna. Willy hanya datang dengan tangan kosong. Tanpa mengetuk Willy pun membuka pintu kamar Luna. Willy melangkah tanpa salam, Willy langsung menyambar makan malam Luna yang masih di meja. “Buka mulutmu” ucap Willy menyodorkan sendk berisi nasi. Luna yang terlihat kesal menutup mulutnya dan menggelengkan kepalanya. “Kamu mau sembuh tidak, kalau kamu masih ma uterus di kamar ini akan aku buang makanan ini ke tempat sampah” ucap Willy dengan ketus. “Kamu-mp” ucapan Luna terpotong karena dengan cepat Willy memasukkan sedok itu ke dalam mulut Luna. “Belajarlah jadi wanita dewasa” ucap Willy. “Apa maksudmu?” Tanya Luna ketus. “Tidak semua yang kamu inginkan harus terpenuhi” ucap Willy. “Apa sih maksud ucapanmu aku tidak mengerti. Kenapa kamu marah, seharusnya aku yang marah karena kamu tidak datang ataupun memberiku kabar hari ini. Kamu bilang aku kekasihmu. Seharusnya kamu tahu kalau kekasihmu sedang ada di rumah sakit berilah perhatian kepadanya. Wanita itu butuh perhatian” ucap Luna kesal. Willy menatap Luna. Wanita yang sangat berbeda dengan Bianca di depannya ini memang terlihat lebih mudah dari Bianca. “Itulah yang aku tidak suka darimu” ucap Willy tanpa sadar. “Apa?” Pekik Luna terkejut. “Aku tidak suka kamu yang kekanak-kanakan setiap aku sedang sibuk” ucap Willy memperbaiki ucapannya. “Aku rasa semua wanita sepertiku. Dan ini bukanlah kekanak-kanakan. Ini adalah naluri seorang wanita yang ingin diperhatikan” ucap Luna yang tidak mau mengalah. “Jadilah wanita dewasa Luna” ucap Willy. “Pergi sana kalau kamu datang hanya untuk membuatku kesal” ucap Luna dengan kesal mengusir Luna. “Aku akan pergi setelah memastikan kamu menghabiskan makananmu” ucap Willy. “Aku tidak nafsu makan” ucap Luna. “Makan” ucap Willy. “Tidak” ucap Luna dengan ketus. “Kamu tidak mau makan. Okey kalau begitu aku akan meminta suster untuk stop memberikan makanan ke kamarmu ini. Biar kamu rasakan bagaimana rasanya kelaparan” ucap Willy. Luna pun melebarkan matanya tak percaya. Willy seharusnya bersikap baik kepadanya agar Luna tidak marah, ini malah sebaliknya. Sikap Willy membuat Luna tambah kesal. Luna pun memilih membaringkan tubuhnya dan menyelimuti seluruh tubuhnya. Dia marah kepada Willy yang sangat tidak peka kepadanya. Luna sampai berpikir sebenarnya bagaimana hubungannya dengan Willy. Willy pun tetap duduk di samping ranjang Luna. Sampai waktu terus berlalu, dan akhirnya Willy yang kelelahan pun tertidur dalam posisi duduk. Luna yang merasa tidak ada suara apa-apa menyibak selimutnya. Lalu dia menoleh dan terkejut melihat Willy yang tertidur dalam posisi duduk. Luna bangun dari ranjangnya, Luna memindahkan kotak makan yang masih di tangan Willy ke atas meja. “Kalau kamu tertidur wajahmu sangat tampan” ucap Luna menatap wajah Willy dengan lekat. Jemari Luna menyentuh kening Willy. Luna pun tersenyum lalu dia mengecup kening Willy. “Aku sepertinya memang menyukaimu, walau sikapmu tidak seperti seorang kekasih pada umumnya aku tetap menyukaimu” ucap Luna lagi. Luna menyelimuti sebagian tubuh Willy dengan selimutnya. Luna kembali ke ranjang, Luna membaringkan tubuhnya menghadap Willy. Luna pun akhirnya ikut memejamkan mata. Malam ini Luna senang karena Willy menemaninya. Jakarta Bianca baru saja terbangun karena Aditya menangis. Bianca mengganti popok Aditya lalu menggendongnya agar Aditya kembali tidur. “Tidur ya sayang, besok pagi bangun lagi kita berjemur” ucap Bianca dengan lembut. Bianca pun menyanyikan lagu nina bobo pengantar tidur untuk Aditya sambil melangkah di dalam kamarnya. Lima menit akhirnya Aditya kembali tertidur. Bianca menudurkan Aditya di ranjangnya dengan hati-hati agar Aditya tidak terbangun. Semenjak kembali ke rumah kalau malam Aditya selalu tidur bersama Bianca di kamar Bianca. Kecuali kalau siang hari, Bianca menidurkanAditya di kamar Aditya. “Hem, akhirnya tidur juga” ucap Bianca. “Jam berapa ini?” Tanya Bianca pada dirinya sendiri. Bianca melihat jam di dinding kamarnya ternyata baru jam 11 malam. Perut Bianca pun terasa sangat lapar. Bianca memegang perutnya. Karena dia sedikit bertengkar dengan Willy di telepon tadi Bianca sampai lupa makan malam. “Aku lapar sekali” ucap Bianca. Tentu saja lapar, Bianca tidak makan malam dan sekarang dia sedang menyusui. Bianca mencari biskut di laci nakasnya. Biasanya Mami sengaja menaruh makanan dilaci nakas karena Mami takut Bianca ingin makan sesuatu. Benar saat Bianca membuka laci nakasnya disana ada roti, biskut, kacang. Bianca pun tersenyum dan mengambil roti coklat. Bianca membuka bungkusnya lalu memakannya. Sambil makan Bianca terasa bosan sekali malam-malam sendirian. Bianca menyalakan televisi di kamarnya. Satu bungkus roti sudah habis dan Bianca masih merasa lapar. Bianca pun mengambil satu bungkus lagi. Bianca kembali memakan rotinya sambil menganti siaran televisi. Karena mood Bianca sedang tidak baik, Bianca mematikan televisinya menurutnya acara tv malam ini tidak ada yang bagus. Bianca mengambil ponselnya dan menyalakannya. Tidak ada pesan atau panggilan tak terjawab dari Willy. Ya, setelah mereka mengakhiri pembicaraan tadi di telepon Willy memang sudah tidak marah tetapi Bianca tahu wajah Willy masih menunjukkan tidak suka karena keputusan Bainca yang mau datang pada saat acara dekorasi. “Willy sudah tidur belum ya, apa aku coba telepon ya. Aku bosan sekali. Aku telepon Willy saja, semoga saja dia belum tidur” ucap Bianca. Bianca pun menghubungi Willy. Menunggu nada dering beberapa detik, telepon pun tersambung tetapi Willy tidak mengangkatnya. Bianca mencobanya sekali lagi dan Willy tetap tidak mengangkatnya. “Hem, mungkin dia sudah tidur” ucap Bianca. Bianca masih merasa bosan akhirnya memilih membuka toko online dari ponselnya. Bianca melihat barang-barang yang sedang diskon. Naluri seorang wanita jika melihat barang-barang sedang diskon tentu saja menjadi segar dan antusias. Bianca pun memasukkan beberapa pakaian bayi untuk Aditya. Lalu dia juga mencari peralatan mandi. Bianca memasukkan sabun mandi untuknya, untuk Aditya dan untuk Bi Inah juga. Karena Bianca tahu pasti dia tidak aka nada waktu untuk belanja ke supermarket. “Wah, ini kue kering kesukaan Willy sedang diskon juga. Hem kira-kira Willy kapan pulang ya. Aku beli saja deh. Lagi pula tanggal kadarluasanya masih lama” ucap Bianca. Setelah selesai memasukkan semua ke dalam keranjang Bianca pun mencheckout barang-barangnya. Bianca membayarnya menggunakan uang elektronik. “Selesai” ucap Bianca yang merasa sudah lebih baik. Bianca meletakkan ponselnya di atas nakas, setelah itu Bianca pun membaringkan tubuhnya kembali dan memejamkan matanya. Walau dia belum bisa tertidur, Bianca harus tetap memejamkan matanya, nanti juga lama-lama dia akan tertidur dengan sendirinya. Benar sekali sepuluh menit kemudian Bianca sudah terlelap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD