4. Tidak ada Kabar

1216 Words
Mobil Nathan kini sudah berhenti di parkiran rumah sakit. Bianca pun bersiap untuk turun. Tidak lupa Bianca mengucapkan terima kasih kepada Nathan. “Nath, terima kasih ya” ucap Bianca. “Sama-sama Bii. Oh ya, kamu mau aku tunggu, biar aku bisa mengantarmu kembali” tawar Nathan. “Tidak perlu Nath. Semoga saja Willy sudah kembali” ucap Bianca. “Ya, hati-hati ya” ucap Nathan. Bianca menganggukkan kepalanya lalu dia turun dari mobil Nathan. Sejak berangkat Bianca selalu mengecek ponselnya dan berharap ada kabar dari Willy. Tetapi lagi-lagi tidak ada satupun pesan atau panggilan dari suaminya. “Kamu kemana Will, jangan buat aku cemas” ucap Bianca di dalam hatinya. Sampai Bianca selesai periksa ke dokter kandungan dan bersiap jalan pulang. Willy tidak juga ada kabar. Bianca pun mencoba menelepon rumahnya. “Halo” terdengar suara Bi Inah. “Bi, apa Willy sudah pulang?” Tanya Bianca. “Belum Bu. Bapak belum pulang” jawab Bi Inah. “Baiklah. Kalau begitu saya langsung ke kantor ya. Nanti kalau Willy pulang sampaikan saja saya sudah ke kantor” ucap Bianca. “Baik Bu” ucap Bi Inah. Bianca pun memutus sambungannya. Ini sudah jam 11 siang. Bianca harus datang ke kantor karena ada design yang harus dia selesaikan. Bianca menarik nafasnya panjang. Hatinya merasa tidak enak, Bianca pun semakin cemas dan takut terjadi sesuatu kepada Willy. “Bii” teriak Naena memanggil Bianca dari parkiran. Bianca pun menoleh dan melihat Naena melambaikan tangannya. Bianca melangkah menghampiri Naena yang ternyata juga bersama Icha. “Kalian kenapa ada di sini?” Tanya Bianca. “Tadi Nathan, telepon kita. Dia bilang kamu kontrol sendirian ke rumah sakit. Diam au nunggu kamu, tapi dia tidak enak” jawab Naena. “Iya, tadi pagi Nathan ke rumah. Diam au cuti” ucap Bianca menganggukkan kepalanya. “Yaudah yuk masuk aja, panas di luar” ucap Icha. “Ayo Bii naik” ucap Naena. Bianca pun naik ke dalam mobil Icha dan Naena juga naik ke mobil. Setelah semuanya siap, Icha pun mulai menjalankan mobilnya meninggalkan rumah sakit. “Willy memang belum pulang juga Bii?” Tanya Naena. “Iya. Di hubungi tidak bisa sejak pagi” jawab Bianca. “Ponselnya lowbet mungkin Bii” ucap Icha mencoba menenangkan Bianca. “Tapi masa sampai siang dia tidak mengabari aku. Biasanya enggak gini juga” ucap Bianca. “Bii, ingat kamu sedang hamil besar. Jangan banyak pikiran. Siapa tahu Willy ada pekerjaan penting dan belum sempat mengabari kamu. Nanti kalau pekerjaannya sudah selesai pasti dia kabarin kamu lagi” ucap Naena di tambah anggukkan kepala Icha. Bianca menarik nafasnya panjang lalu mengusap perutnya. Sejujurnya Bianca sangat merindukan Willy. Padahal Bianca sudah senang sekali Willy akan kembali. Bianca sudah membayangkan tidurnya kini tidak lagi kesepian. “Sudah Bii, senyum donk. Willy nanti kerjanya jadi tidak konsen kalau kamu mencemaskan dia disini” ucap Naena. “Iya iya” ucap Bianca. Sore hari Bianca terlihat sudah menyelesaikan designnya. Bianca pun mematikan komputernya. Bianca kembali menatap layar ponselnya, tidak ada juga kabar dari Willy. Bianca pun mencoba menghubungi ponsel suaminya itu, lagi-lagi ponselnya tidak bisa di hubungi. Ceklek “Bii, yuk pulang” ucap Icha yang membuka pintu ruangan Bianca. “Cha, Willy kenapa belum mengabari juga ya. Aku hubungi ponselnya juga tidak bisa?” Tanya Bianca yang mulai cemas. “Kamu sudah coba telepon Mertuamu?” Tanya Icha. “Belum, aku tadinya mau menghubungi Mami, tapi aku tahan karena aku mengira Willy akan pulang” jawab Bianca dengan nada yang sudah terdengar cemas. “Yaudah, sekarang kita pulang dulu. Karena sudah sore. Ibu hamil tidak boleh pulang malam-malam. Semoga aja Willy sudah pulang dan buat kejutan untuk kamu di rumah” ucap Icha yang menengakan Bianca. Bianca hanya bisa menganggukkan kepalanya. Bianca pun mengambil tasnya lalu melangkah keluar bersama Icha. Naena kebetulan tadi sudah pulang dari jam 3 karena dia harus mengecek bahan untuk gaun pengantin. Sampai di rumah Bianca pun harus kecewa, dia berharap apa yang Icha ucapkan tadi itu benar kalau Willy sudah pulang dan sedang menyiapkan kejutan untuknya. Ternyata saat Bianca pulang tidak ada Willy. Bianca melangkah lemas ke kamarnya. Bianca merebahkan dirinya di ranjang. Bianca mengambil ponselnya dan menatap layar ponselnya dengan wallpaper saat mereka menginap di hotel. Bianca pun seketika teringat waktu mereka di hotel itu. Flashback on Bianca yang saat itu sedang berdiri di balkon sambil menikmati pemandangan asri pohon-pohon hijau, tiba-tiba di kagetkan dengan Willy yang memeluknya dari Belakang lalu langsung mengambil foto mereka berdua. “Willy, kenapa mau foto tidak bilang-bilang” ucap Bianca. “Namanya juga candid” ucap Willy. “Kamu sudah makan?” Tanya Bianca. “Belum. Tadi Papi cuma mampir sebentar dan ketemu di lobby saja. Setelah itu Papi pergi lagi” jawab Willy. “Kenapa kamu tidak ajak Papi makan dulu?” Tanya Bianca. “Tadi aku sudah bilang Papi ada pekerjaan jadi dia tidak bisa lama-lama. Lagi pula Papi juga mengerti dia tidak ingin menggangu kita. Papi datag sebentar saja sudah menyita waktuku yang seharusnya bisa berdua denganmu” ucap Willy. “Ish kamu ini” ucap Bianca berbalik dan kini posisi mereka saling berhadapan. “Bii, jangan tinggalkan aku lagi ya” ucp Willy dengan lembut. “Kenapa aku harus meninggalkan suamiku ini?” Tanya Bianca. “Ya, oleh sebab itu kamu jangan meninggalkan aku. Jika aku salah kepadamu tolong ingatkan aku” ucap Willy dengan tersenyum. Bianca pun tersenyum menganggukkan kepalanya. Bianca senang sekali Willy yang dulunya kasar dan selalu saja memarahinya kini selalu bersikap lembut kepadanya. “Tidak pernah terlintas dipikiranku untuk meninggalkanmu. Kamu tahu, setiap hari aku selalu bahagia karena setiap aku bangun dan selalu ada kamu disampingku” ucap Bianca. “Tentu saja. Aku akan selalu disampingmu. Kamu tahu aku sudah melepas semua pekerjaanku menjadi model. Kini aku hanya ingin fokus bekerja untuk keluarga kita dan menghabiskan waktu bersamamu” ucap Willy. “Tapi kamu juga jangan pulang siang-siang terus. Tidak enak di lihat karyawanmu. Masa bos mereka mencontohkan yang tidak baik” ucap Bianca. “Itu perusahaanku Bii, jadi aku bebas sesuka hari ingin pulang kapan saja. Kenapa atau kamu yang tidak suka kalau aku mendatangi kantormu” ucap Willy. “Hem, mulai lagi possesivenya” ucap Bianca. “Itu tanda kalau aku mencintaimu Bianca Pratama” ucap Willy. “Jadi mencintai itu di tandai dengan possessive ya” ucap Bianca dengan nada menyindir. “Tidak seperti itu juga sayang. Aku cuma tidak ingin istriku ini di dekati pria lain” ucap Willy. Bianca pun terkekeh. “Kenapa tertawa?” Tanya Willy. “Aku bahagia saja” jawab Bianca. “Bahagia dalam arti apa?” Tanya Willy. “Bahagia karena aku mempunyai suami yang sangat mencintaiku dan selalu menjagaku” ucap Bianca. “Hanya itu” ucap Willy. “Aku mencintaimu Bapak Willy Pratama” ucap Bianca. Willy pun langsung mencium bibir Bianca. Kedua tangan Bianca pun reflex mengalung di leher James karena takut terjatuh. Bianca memejamkan matanya menikmati ciuaman yang Willy berikan. Walau ini bukankah ciuman mereka yang pertama tetap saja setiap Willy menciumnya Bianca sangatt bahagia. Flashback off Bianca pun meneteskan air matanya. Bianca sangat merindukan Willy. “Will, kenapa kamu tidak mengabariku juga?” Tanya Bianca sedih. Bianca memejamkan matanya sebentar. Tadinya Bianca ingin menunggu sampai malam baru menghubungi orang tua Willy. Tetapi hatinya semakin cemas, sehingga Mami datang ke rumah Bianca.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD