3. Tanggung Jawab

1560 Words
Bali Willy membuka matanya. Dia sangat terkejut saat dirinya melihat dinding putih, bau obat-obatan dan selang infusan ditangannya. Willy pun mulai mengingat kejadian semalam yang menimpanya. Willy memegang kepalanya yang masih terasa sakit. “Ya Tuhan, semalam aku mengalami kecelakaan” ucap Willy. Willy pun mencoba bangun lalu dan duduk di atas ranjang rumah sakit. Dia mencari ponselnya di atas nakas. Tetapi Willy tidak menemukan barang-barang miliknya disana. “Kemana mereka meletakkan barang-barangku?” Tanya Willy pada dirinya sendiri. Willy pun menakan tombol yang berada di dekat ranjangnya. Semoga saja perawat datang ke kamarnya dan Willy berniat akan menanyakan dimana mereka meletakkan barang-barang Willy. Tidak beberapa lama setelah Willy menekan tombol, pintu kamar rawatnya terbuka. Willy mengira itu pasti perawat, ternyata saat Willy melihatnya dia bukanlah seorang perawat melainkan seorang pria yang sudah berumur dengan rambut yang memutih tetapi masih terlihat sangat gagah. Willy tidak pernah melihat pria ini sebelumnya. “Sudah sadar” ucap pria tua itu dengan nada dingin. “Ya. Anda siapa?” Tanya Willy dengan nada yang tidak bersahabat karena dia merasa tidak suka saat pria tua itu berkata dingin kepadanya. “Saya adalah Gunardi, Kakek dari wanita yang kini sedang terbaring koma karena ulahmu semalam” ucapnya dingin. Willy pun baru mengingat semuanya. Ya semalam dia melihat ada mobil yang melintas sangat kencang dan mobil mereka saling bertabrakan. Willy tidak tahu jika pengemudi mobil itu adalah seorang wanita. “Maaf, sepertinya ini bukan ulah saya. Saya merasa sudah mengendarai dengan kecepatan normal dan mengikuti peraturan lalu lintas” ucap Willy menolak jika dirinya dituduh oleh pria tua yang tak lain adalah kakek dari pengemudi yang menabraknya semalam. Pria tua itu terlihat mendapatkan panggilan dari ponselnya. Willy melihatnya sepertinya pria tua ini sedang tergesa-gesa untuk menghadiri suatu acara. Dan kalau Willy teliti sepertinya pria tua ini bukanlah pria tua sembarangan. “Saya akan kembali untuk meminta pertanggung jawabanmu” ucap Gunardi setelah mematikan sambungan teleponnya. Belum sempat Willy menjawab Gunardi sudah lebih dahulu keluar dari kamarnya. Willy hanya menggelengkan kepalanya. Willy merasa dirinya benar jadi Willy sama sekali tidak takut oleh pria tua bernama Gunardi itu. Dan walaupun dia salah, Willy juga tidak akan takut oleh Gunardi itu. Willy pun kembali menekan tombolnya berharap kali ini perawat yang datang. Willy harus mendapatkan ponselnya. Karena Willy harus menghubungi Bianca. Willy menunggu dengan sangat lama, tetapi tidak ada perawat satu pun yang datang, hingga Willy menekan tombol itu berkali-kali tidak ada juga perawat yang datang. Willy yang kesal akhirnya mencoba turun dari ranjangnya. Willy menahan rasa sakitnya. Semua tubuhnya masih terasa sangat sakit. Willy mencoba melangkah perlahan dengan selang infus yang masi terpasang di tangannya. Willy meraih handle pintu. Willy mencoba membuka pintu itu, tetapi pintu itu sepertinya terkunci. Willy pun mencoba membukanya berkali-kali. Benar pintu itu tidak bisa terbuka karena terkunci dari luar. “Sial” umpat Willy. Tok Tok Tok “Tolong buka pintunya” teriak Willy mengetuk-ngetuk pintunya. Tidak ada jawaban Willy pun mencobanya sekali lagi. Sampai tiga kali Willy berteriak tidak ada yang mendengar, Willy yakin sepertinya dia akan percuma jika terus berteriak. Willy pun kembali melangkah menuju ranjangnya. Willy mencoba bersabar untuk kali ini. Dia yakin pasti nanti aka nada perawat dan dokter yang datang untuk memeriksanya. Jika mereka datang Willya pasti akan langsung memarahi mereka semua karena berani menguncinya di kamar seperti ini. Willy merasa seperti tahanan. Padahal dia bukanlah tahanan. Willy tidak tahu ternyata kamarnya berada di kamar paling pojok yang sengaja di tempatkan oleh Gunardi. Gunardi sudah membayar mahal rumah sakit ini dan dia mempunyai saham besar disini. Di depan pintu kamar Willy sudah ada dua orang suruhan Gunardi yang menunggu disana memastikan Willy tidak lari. Gunardi juga sengaja mengunci pintu kamar Willy dari luar. Dan tombol yang Willy tekan itu sudah disetting hanya berbunyi di ruangan khusus tempat Gunardi menunggu. Oleh sebab itu setiap Willy menekan tombolnya tidak ada satupun perawat atau dokter yang mendengarnya. Willy tidak tahu apa-apa soal ini karena dia baru saja sadar. Sampai siang Willy merasa ada yang aneh, tidak ada satu pun perawat atau dokter yang datang ke kamarnya. Willy pun mencoba lagi membuka pintunya lagi-lagi pintu itu tidak bisa terbuka. Saat siang hari Willy merasa perutnya sangat lapar. Tak ada perawat yang datang mengantarkan makanan untuknya. Willy melihat ke arah meja panjang yang ada di pojok kamarnya. Ternyata disana ada microwave. Willy pun melangkah kesana. Di meja itu laci, dan Willy membuka lacinya disana banyak sekali makanan instan. Willy harus kembali sehat, dia pun mengambil nasi katsu dan memasukkannya ke dalam microwave. Setelah makanannya di dalam microwave itu sudah matang. Willy membawanya ke meja makan. Willy pun duduk disana dan menikmati makan siangnya. Di meja makan juga sudah disediakan gelas, dispenser juga teko listrik. Dan Willy baru sadar ternyata disana sudah disiapkan obat yang sudah ditulis jadwal untuk meminumnya. Willy menarik nafas panjang. “Sepertinya pria tua itu yang melakukan semua ini” ucap Willy kesal. Sore hari pria tua itu datang lagi dan Willy sedang menonton televisi. Tentu saja mendengar suara pintu terbuka Willy langsung menoleh, karena sejak tadi Willy menunggu seseorang membuka pintu itu. Tetapi saat melihat pria tua itu lagi, Willy memasang wajah tidak sukanya. “Apa yang anda lakukan kepada saya?” Desis Willy tajam. “Seharusnya apa yang anda lakukan kepada cucu saya dan calon suaminya” ucap Gunardi tak kalah dingin. “Saya tidak pernah melakukan apa-apa. Kecelakaan malam tadi bukanlah kesalahan saya sepenuhnya. Kenapa anda masih saja menyalahkan saya. Dan ingat saya bisa tuntut anda karena sudah mengurung saya” ucap Willy marah. “Tuntut katamu. Saya yang akan menuntuk kamu dan menjebloskan kamu ke dalam penjara” ucap Gunardi. “Silahkan saya tidak takut. Saya merasa benar” ucap Willy. “Dan saya pastikan kamu akan mendekam seumur hidupmu di dalam penjara” ucap Gunardi mengancam. “Silahkan. Dan saya akan buktikan kalau saya tidak bersalah” ucap Willy lagi. “Oh ya. Apa kamu yakin keluargamu akan menerimamu kembali. Karena kamu sudah membunuh orang” ucap Gunardi dengan mata yang merah karena marah. Deg Willy pun terkejut mendengar kata membunuh. Apa maksud dari ucapan Gunardi dengan membunuh. Willy merasa tidak membunuh siapapun. “Apa maksud anda?” Tanya Willy. “Kecelakaan mobil itu telah membuat calon suami cucuku meninggal” jawab Gunardi. Deg Lagi-lagi Willy terkejut. Dia tidak menyangka kalau kecelakaan semalam ada korban yang meninggal dunia. Willy menatap Gunardi, Willy yakin pasti saat ini Gunardi sangat sedih. Tetapi tidak seharusnya Gunardi menyalahkan Willy. “Saya ikut berduka cita. Mohon maaf sebelumnya saya tidak tahu kalau kecelakaan semalam menewaskan calon suami dari cucu anda” ucap Willy dengan nada yang sudah tidak terlihat marah. “Cih, maafmu tidak bisa saya terima begitu saja” ucap Gunardi berdecih. “Lalu anda mengurung saya disini untuk apa?” Tanya Willy. “Kamu harus membayar semuanya” jawab Gunardi. Willy menatap Gunardi. Willy melihat tampilan pria tua dihadapannya ini terlihat sangat borjuis jasnya saja terlihat dari bahan yang mahal seperti koleksi jas miliknya dan Papi, jam ditangannya juga terbilang fantastis, begitu pun dengan sepatu yang tak bisa diragukan lagi harganya. Dan Willy yakin pria ini bukan menginginkan uang dari Willy. “Membayar semua bagaimana?” Tanya Willy. “Kamu harus menggantikan calon suami cucuku dan menikahinya” ucap Gunardi menatap Willy tajam. “TIDAK” ucap Willy dengan emosi. “Mau tidak mau kamu harus tetap melakukannya” ucap Gunardi. Gunardi pun melangkah pergi meninggalkan Willy sendirian di dalam kamarnya. Willy pun melempar bantal ke arah pintu. Willy mencengkram kedua tangannya. Apa-apaan Kakek tua itu, seenaknya saja meminta Willy untuk menikahi cucunya. Jelas saja Willy tidak akan mau. Willy tidak akan mengkhianati Bianca sampai kapanpun. Cukup satu kali dia kehilangin Bianca dan tidak ingin kedua kalinya. Willy sudah berusaha menjadi suami yang baik dan setia setelah Bianca kembali, Willy tidak akan menodai usahanya itu. Bianca juga adalah satu-satunya wanita yang Willy cintai. “Bii, maafkan aku. Kamu pasti saat ini sangat mencemaskanku karena aku belum pulang” ucap Willy sedih. Willy merasa bingung sekali, bagaimana caranya dia bisa kabur dari sini. Semuanya terkunci dan ponsel beserta barang-barang penting miliknya di ambil oleh kakek tua itu. Jakarta Bianca sudah menunggu Willy semalaman. Bianca tertidur di meja makan dengan makanan yang masih tersaji disana. Jam 4 dini hari Bianca pun terbangun karena merasakan tubuhnya sakit dan pegal. Bianca terkejut karena melihat makanannya masih tersentuh. Bianca bertanya kepada Bi Inah apakah Willy pulang, dan Bi Inah mengatakan Willy belum pulang dan tidak ada orang yang datang semalam. Bianca bingung dan mencoba tetap berpikir positif. Bianca pun meminta Bi Inah merapikan makanannya dan kembali ke kamarnya. Pagi ini juga adalah jadwal Bianca kontrol kandungannya. Seharusnya jika Willy pulang kemarin hari ini Bianca bisa kontrol diantar oleh Willy. Tetapi sampai detik ini juga tidak ada tanda-tanda Willy kembali. Sejak tadi Bianca bangun Bianca sudah mencoba menghubungi Willy, tetapi ponselnya pun tidak aktif. Kebetulan sekali Nathan datang karena dia mau meminta izin cuti untuk ke Turki karena Ibunya sedang sakit. Bianca pun akhirnya ke rumah sakit di antar oleh Nathan. Bianca semenjak sudah hamil besar tidak pernah diizinkan Willy untuk mengemudi sendiri. Bianca yakin jika dia diantar oleh Nathan ke rumah sakit Willy tidak akan marah. Dan jika marah Bianca akan memarahinya karena tidak pulang dan tidak memberi kabar kepadanya. Sepanjang perjalanan Bianca juga terdiam dan selalu mengecek ponselnya, berharap ada pesan atau telepon dari Willy. Sayangnya yang Bianca harapkan tidak kunjung datang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD