Tok
Tok
“Bu, Bu Bianca ada Ibu Mami datang” panggil Bi Inah mengetuk pintu kamar Bianca.
Bianca pun mengerjapkan matanya. Bianca melihat jam di ponselnya ternyata sudah jam 8 malam. Bianca pun bangun dan melangkah ke pintu.
Ceklek
Bianca membukakan pintu untuk Bi Inah.
“Bu, ada Ibu Mami datang” ucap Bi Inah.
“Terus Mami sekarang dimana?” Tanya Bianca.
“Lagi duduk di ruang tamu” jawab Bi Inah.
“Bi Inah tolong buatin Mami minum dulu ya, aku mau ganti baju dulu” ucap Bianca.
“Iya Bu” ucap Bi Inah.
Bi Inah pun melangkah pergi. Bianca menutup pintu kamarnya. Bianca melangkah ke kamar mandi. Karena ketiduran Bianca jadi lupa mandi. Kalu tidak mandi tidak enak nanti sama Mami. Bianca pun akhirnya mandi kilat, yang penting tubuh dan wajahnya terlihat segar.
“Janga sering mandi malam-malam Bii” Bianca teringat ucapan Willy yang selalu melarangnya mandi malam-malam.
Bianca menarik nafasnya lalu memejamkan matanya sebentar dan membukanya lagi.
“Kamu kenapa belum mengabariku juga Will. Setidaknya kalau kamu belum bisa pulang, kamu mengabariku agar aku tenang” ucap Bianca pelan.
Bianca pun menyelesaikan ritual mandi dalam waktu 3 menit. Setelah itu dia mengenakan bajunya dan rapi-rapi. Merasa sudah lebih baik dari bangun tidur lagi Bianca pun melangkah keluar untuk menemui Mami.
“Mi, maaf ya menunggu Bianca lama” ucap Bianca menghampiri Mami.
Seperti menantu dan mertua pada umumnya Bianca memeluk mami lalu menempelkan pipinya kepada pipi Mami. Lalu mereka kembali duduk di sofa.
“Tidak ko Bii. Mami juga baru saja datang” ucap Mami.
“Oh iya, katanya Willy mau pulang. Kemana Willy ko tidak kelihatan?” Tanya Mami.
Bianca menarik nafasnya lagi.
“Willy belum pulang Mi. Memangnya Willy tidak mengabari Mami atau Papi” ucap Bianca.
“Willy belum mengehubungi Mami lagi. Terakhir kali kemarin siang dia bilang mau pulang malam itu” ucap Mami.
“Kamu sudah tanya kenapa Willy tidak jadi pulang?” Tanya Mami.
Bianca menggelengkan kepalanya.
“Ponselnya tidak bisa di hubungi Mi dari subuh tadi” jawab Bianca sedih.
“Tidak biasanya Willy begini” ucap Mami.
“Coba Mami hubungi Papi ya” ucap Mami mengambil ponselnya.
Bianca pun menganggukkan kepalanya. Mami langsung menarikan jari-jarinya di benda kotak yang di ambil dari dalam tasnya. Lalu Mami pun menempelkan ponsel it uke telinganya.
“Halo, Pi” ucap Mami.
“Iya Mi. Mami sudah sampai di dirumah Willy dan Bianca?” Tanya Papi.
“Sudah Pi. Mami belum lama sampai” ucap Mami.
“Oh ya Pi, Willy hubungi Papi tidak? Karena Willy belum pulang dan ponselnya tidak bisa di hubungi sampai sekarang. Bianca cemas ini Pi” ucap Mami.
“Willy belum pulang?” Tanya Papi terkejut.
“Iya Pi” ucap Mami.
“Yasudah, Mami temani Bianca dulu. Nanti Papi cek ya” ucap Mami.
“Iya Pi” ucap Mami.
Mami memasukkan ponselnya lagi ke dalam tas ketika sudah selesai berbicara dengan Papi. Bianca pun berharap-harap cemas menunggu Mami berbicara.
“Willy sepertinya juga tidak menghubungi Papi” ucap Mami.
Bianca pun langsung lemas. Kali ini Bianca sangat khawatir sekali kepada Willy.
“Tapi kamu tenang saja. Papi mau mengecek Willy ya” ucap Mami mencoba menenangkan Bianca.
“Iya Mi” ucap Bianca.
Bi Inah datang dan memberi tahukan kalau makan malam Bianca sudah siap. Bianca pun mengajak Mami untuk makan malam bersama. Sebenarnya Mami sudah makan, tetapi untuk menemani Bianca agar Bianca tidak sedih Mami pun ikut makan malam bersama Bianca.
Mami memperhatikan Bianca. Seharusnya kalau sudah hamil besar nafsu makan ibu hamil itu bertambah. Tetapi Bianca terlihat hanya mengacak-acak nasinya saja. Ya, Mami tahu Bianca pasti sangat mencemaskan Willy.
“Bii, ayo sayang dimakan makanannya. Kasihan dede bayi di dalam perut kamu” ucap Mami dengan lembut.
“Aku tidak begitu nafsu makan Mi. Aku minum s**u saja deh” ucap Bianca.
“Bii, kalau Willy tahu kamu tidak makan malam Willy pasti sedih. Ayo sayang, setidaknya untuk bayi kalian dan kesehatanmu juga. Mami suapin mau” ucap Mami.
“Terima kasih Mi. Aku bisa makan sendiri ko” ucap Bianca dengan senyum yang dipaksakan.
Mau tidak mau Bianca pun menyendok makanannya dan memasukkannya ke dalam mulut. Sejujurnya Bianca benar tidak ada selera makan sekali saat ini. Karena dirinya masih mencemaskan Willy. Bianca takut terjadi sesuatu kepada Willy.
Setelah selesai makan malam Bianca dan Mami menonton televisi sebentar di ruang keluarga. Mami masih setia menemani Bianca sambil menunggu kabar tentang Willy dari Papi. Sebenarnya Mami juga cemas, tetapi Mami tidak ingin menunjukkannya di depan Bianca. Mami takut membuat Bianca tambah sedih.
Sebentar-bentar Bianca selalu mengecek ponselnya. Tetapi yang dia harapkan tidak kunjung muncul di layar ponselnya. Hingga waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan Bianca terlihat beberapa kali menguap.
“Bii, kamu istirahat saja sana. Kamu pasti lelah seharian ini” ucap Mami.
“Tidak apa-apa Mi” ucap Bianca.
“Nanti Willy yang memarahi Mami kalau tahu kamu kelelahan. Ayo sekarang kamu istirahat ya” ucap Mami.
Bianca pun menjadi teringat Willy. Ya, Willy selalu melarangnya tidur terlalu malam. Padahal Bianca suka membawa pekerjaannya ke rumah dan menyelesaikan pekerjaannya di malam hari. Awalnya sebelum tahu Bianca hamil Willy tidak melarangnya. Willy malah sering menemani Bianca bekerja.
Tetapi ketika Bianca hamil, sudah jelas Willy melarang Bianca membawa pekerjaannya ke rumah. Kalau Bianca masih keras kepala Willy akan menutup Bianca management selamanya.
Flashback On
Malam itu saat Bianca hamil tiga bulan. Bianca Management sedang mendapatkan banyak klien. Dan Bianca pun harus sering lembur untuk menyelesaikan design-design dekorasi permintaan para kliennya. Sampai suatu malam Bianca menunggu Willy tidur.
Bianca melihat jam sudah menunjukkan jam 11 malam. Dan mereka sudah tidur dari jam 9 malam tadi. Bianca sengaja berpura-pura terlelap agar Willy juga terlelap. Ketika memastikan Willy terlelap Bianca dengan pelan-pelan bangun dari ranjangnya.
Tidak lupa Bianca meletakkan guling dengan hati-hati di samping Willy agar Willy tidak menyadari kalau Bianca terbangun. Bianca pun membawa laptopnya dan melangkah pelan-pelan keluar dari kamar. Baru saja Bianca memegang handle pintu lampu kamar Bianca yang tadinya redup menjadi terang.
“Mau kemana Bii?” Terdengar suara Willy.
Bianca menelan salivanya. Perlahan dia pun berbalik dan tersenyum kikuk.
“Jangan beralasan mau mengambil minum, lihat yang kamu bawa di tanganmu itu” ucap Willy dengan nada tidak suka.
Sepertinya Bianca ketahuan oleh Willy. Bianca pun tidak bisa mengelak lagi, kalau Bianca berbohong Willy pasti akan bertambah marah.
“Will, akum au menyelesaikan satu designku boleh” ucap Bianca memohon.
“Tidak” ucap Willy tegas.
“Will, please. Satu design saja” ucap Bianca memasang wajah melasnya dan melangkah mendekati Willy.
“Kalau aku katakan tidak itu artinya tidak. Sekarang berikan laptopmu” ucap Willy mengambil lapto di tangan Bianca.
“Aku janji Will, hanya satu setelah itu aku tidur” ucap Bianca yang masih memohon.
“Okey, tetapi siap-siap besok Bianca Management akan aku tutup selamanya” ucap Willy tegas meletakkan kembali laptop Bianca ke dalam tasnya.
“Will, kamu ko jahat sekali. Inikan pekerjaanku. Kamu janji tidak mau melarang jika itu urusan pekerjaan” ucap Bianca yang tidak terima.
“Iya, tetapi kamu juga harus patuh kepada suamimu bukan. Kamu lupa yang Mama dan Mami katakan istri itu boleh bekerja kalau suaminya mengizinkan. Kalau sekarang aku tidak mengizinkan kamu bekerja kamu pun harus mematuhinya Bianca” ucap Willy tegas.
Ya, semua itu memang benar. Mama dan Mami pernah menasehati Bianca kalau Bianca boleh bekerja jika Willy mengizinkannya. Awalnya juga Willy tidak mengizinkan Bianca balik ke Bianca Management. Willy ingin Bianca menjadi Ibu rumah tangga. Tetapi Willy juga tidak tega melihat Bianca sedih oleh sebab itu Willy akhirnya mengizinkan Bianca balik bekerja.
Bianca pun sadar, Willy bukannya egois, tetapi Willy sayang dan perhatian kepadanya. Willy tidak ingin Bianca sakit apalagi Bianca sedang hamil. Bianca pun meminta maaf kepada Willy.
“Will, aku minta maaf ya” ucap Bianca sambil melingkarkan tangannya ke pinggang Willy.
Willy menarik nafasnya.
“Jangan mengulanginya lagi” ucap Willy berbalik menghadap Bianca.
Bianca pun menganggukkan kepalanya.
“Iya, kamu pasti mencemaskan aku ya” ucap Bianca tersenyum.
“Tentu saja. Apalagi di dalam perut kamu ada calon bayi kita” ucap Willy mengusap perut Bianca.
“Tapi aku masih boleh bekerjakan besok” ucap Bianca.
“Boleh asalakan kamu tidak memforsir jam kerjamu. Jam 8 aku antar kamu ke kantor, jam 12 aku jemput makan siang, jam 4 sore kita pulang. Sampai di rumah tidak ada lagi yang mengurusi pekerjaan. Di rumah waktunya aku dan kamu” ucap Willy.
Bianca pun tersenyum walau sedikit dipaksakan. Walau terlihat Willy masih saja mengaturnya, tetapi Bianca akui Bianca suka dengan Willy yang seperti ini. Bianca tahu Willy melakukan semua ini karena dia pasti mencintai Bianca.
“Iya suamiku sayang” ucap Bianca mencubit kedua pipi Willy.
“Yasudah, udah malam juga ayo tidur lagi” ucap Willy.
Bianca menaanggukkan kepalanya, lalu mereka berdua pun naik ke ranjang. Willy pun tidur dengan memeluk Bianca. Tentu saja Bianca memeluk Willy juga.
Flashback off
Bianca pun tersenyum sedih. Betapa Bianca rindu sekali larangan-larangan Willy kepadanya. Haruskah Bianca melakukan yang Willy larang agar Willy bisa datang untuk memarahinya. Kalau saja semua itu bisa Bianca mau melakakukannya.
“Bii, kenapa bengong?” Tanya Mami.
“Eh, enggak Mi. Cuma teringat Willy aja” ucap Bianca.
“Yaudah istirahat sana, nanti kalau ada kabar Mami kasih tahu” ucap Mami.
“Mami menginap disini ya” ucap Bianca.
“Iya” ucap Mami menganggukkan kepalanya.
“Ya, tadi aku sudah minta Bi Inah untuk merapikan kamar tamu untuk Mami” ucap Bianca.
“Makasih ya” ucap Mami.
Biamca pun melangkah masuk ke kamarnya. Bianca mencuci muka dan menggosok giginya. Stelah itu Bianca melangkah ke ranjangnya, Bianca naik dan menyelimuti sebagian tubuhnya.
“Will, aku kangen kamu” ucap Bianca sambil melihat ke samping tempat biasa Willy tidur.