Proses persalinan Bianca secara normal akhirnya berhasil tepat pokul 10 malam. Bianca telah melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat tampan. Bianca dan bayinya kini sudah ada di dalam kamar perawatan.
Papi sudah mengurus semuanya sampai Bianca mendapatkan ruangan perawatan VVIP. Semua kini pun berkumpul di kamar perawatan Bianca. Mereka semua terlihat sangat bahagia melihat bayi laki-laki yang sangat tampan itu.
“Alhamdulillah Bii, kamu berhasil menjadi seorang Ibu” ucap Mami bahagia.
“Iya Mi” ucap Bianca menganggukkan kepalanya.
“Bii, bayimu sangat tampan” ucap Icha.
“Terima kasih Cha” ucap Bianca.
Karena waktu pun semakin larut dan mereka semua tidak ingin menggangu istirahat Bianca akhirnya Icha, Jonathan, Naena, Diman, dan Nathan pamit pulang.
“Bii, kami pulang dulu ya. Besok kami kesini lagi buat melihat bayimu lagi” ucap Naena.
“Iya, terima kasih ya” ucap Bianca tersenyum.
“Ya. Jaga dirimu baik-baik ya sayang” ucap Icha.
Bianca menganggukkan kepalanya.
“Nath, terima kasih ya” ucap Bianca kepada Nathan.
“Tidak perlu berterima kasih Bii. Aku senang bisa membantumu” ucap Nathan.
Akhirnya mereka semua pun pulang dan kini hanya tinggal Mami, Papi dan Bi Inah.
“Bii, kamu istirahat ya. Sudah malam. Mami, Papi dan Bi Inah akan menemani kamu malam ini” ucap Mami.
“Kalian tidak apa-apa tidur disini?” Tanya Bianca.
“Tidak apa-apa sayang. Kamu istirahat saja ya” ucap Papi.
“Terima kasih ya Mi, Pi” ucap Bianca.
“Sama-sama sayang” ucap Mami.
Bianca pun yang kelelahan akhirnya bisa tertidur. Mami dan Papi juga tertidur di sofa. Bi Inah juga ikut tidur di sofa. Dan bayi laki-laki Bianca yang belum di beri nama itu kini sudah dibawa suster ke ruangan khusus bayi.
Bali
Seperti biasa Gunardi pagi-pagi ini sudah datang ke kamar Willy. Willy sudah tahu pasti pria tua itu ingin bertanya lagi jawaban Willy. Tanpa Willy ketahui bahwa Gunardi membawakan sesuatu untuk Willy.
“Istrimu sudah melahirkan” ucap Gunardi memberikan foto-foto saat semalam Bianca di rumah sakit.
Deg
Willy terkejut. Bianca melahirkan, padahal ini bukan perkiraan dia melahirkan. Willy pun melihat foto-foto itu. Tangan Willy gemetar ketika melihat foto Bianca sedang menggendong bayi kecil yang sangat lucu sekali.
Willy pun tersenyum akhirnya dia bisa menjadi seorang ayah. Willy bahagia sekali bisa melihat Bianca menggendong bayi mereka. Tetapi ada kesedihan di hati willy karena Willy tidak bisa menemani saat Bianca menjalani proses lahirannya. Padahal Willy sudah berjanji akan menemani Bianca saa Bianca melahirkan nanti.
“Bii, aku minta maaf tidak bisa menepati janijiku untuk menemani kamu saat proses persalinan” ucap Willy dalam hati.
Perasaan Willy saat ini sangatlah bahagia. Willy pun rasanya ingin cepat-cepat kembali dan menggendong bayi kecilnya. Willy ingin bersama-sama Bianca merawat bayi mereka.
“Bisakah anda melepaskan saya” ucap Willy.
“Kalau kamu mau menikahi cucu saya, akan saya lepaskan” ucap Gunardi.
Willy menarik nafasnya. Saat ini dia sedang bahagia jadi Willy tidak tersulut emosinya.
“Pak, istri saya baru saja melahirkan anak pertama kami. Tolong izinkan saya kembali kepada keluarga saya” ucap Willy lagi.
“Kamu kembali, lalu bagaimana dengan cucu saya?” Tanya Gunardi.
“Pak, bukankah cucu anda masih single, dia tidak pantas mendapatkan pasangan yang berstatus menjadi suami orang. Cucu anda lebih pantas mendapatkan pasangan yang masih single juga” ucap Willy.
“Saya hanya mau kamu yang menjadi pendamping cucu saya” ucap Gunardi.
“Kenapa harus saya?” Tanya Willy.
“Dia pernah mengagumimu” jawab Gunardi.
“Apa? Itu tidak mungkin. Saya tidak pernah mengenal cucu anda” ucap Willy.
“Ya, memang anda tidak mengenal cucu saya. Tetapi cucu saya sangat mengenal anda” ucap Gunardi.
“Anda pasti salah. Saya tidak pernah bertemu cucu anda” ucap Willy.
“Dia mengagumimu saat kamu masih menjadi model” ucap Gunardi.
Willy memejamkan matanya. Bukankah wajar saja jika seseorang mengagumi orang lain, bukan berarti orang yang dia kagumi harus menjadi pendampingnya.
“Aku rasa cucu anda juga mengagumi artis-arti lain. Aku hanya model biasa saja dan aku bukanlah artis” ucap Willy.
“Tetapi dia mengoleksi banyak fotomu” ucap Gunardi.
“Pak, wajar saja jika seseorang mengagumi orang lain yang dia lihat. Tetapi bukan berarti orang yang dia kagumi harus menjadi pendaping hidupnya” ucap Willy.
“Aku rasa tidak untuk cucuku. Aku rasa ini sudah jalannya. Buktinya kalian bisa bertemu dalam kecelakaan itu. Dan aku yakin, kamu bisa membahagiakannya” ucap Gunardi.
“Anda berpikir terlalu pendek Pak. Saya sudah katakan saya mempunyai istri yang sangat saya cintai. Saya tidak mungkin membagi cinta saya kepada wanita lain” ucap Willy.
“Bukankah dulu anda juga tidak mencintai istri anda, aku rasa anda bisa melakukannya kepada cucuku dan lama-lama setelah menjalani rumah tangga dengannya cinta itu akan muncul dengan sendirinya” ucap Gunardi.
“Ini bukanlah kisah cinta di film Pak. Yang tidak cinta bisa menjadi cinta. Tapi ini kehidupan nyata, real. Saya sudah melewati masa-masa sulit bersama istri saya. Saya memperjuangkan dirinya untuk terus bisa bersama saya. Lalu saya dengan mudahnya melepaskannya begitu saja. Itu tidak mungkin saya lakukan, apalagi kami sudah memiliki seorang bayi” ucap Willy.
“Perlahan aku yakin kamu bisa” ucap Gunardi.
Willy menggelengkan kepalanya. Dia tidak habis pikir bagaimana cara berpikir pria tua di depannya ini. Kenapa dia memaksa sekali agar Willy menikahi cucunya. Padahal dia bisa saja memilih laki-laki single.
“Pak saya mohon dengan sangat. Istri saya pasti membutuhkan saya” ucap Willy.
“Cucuku lebih membutuhkanmu” ucap Gunardi.
“Saya tidak mengenal cucu anda” ucap Willy.
“Kalau begitu berusahalah mengenal dirinya” ucap Gunardi yang tidak mau kalah dan teguh kepada pendiriannya.
“Terserah anda saja kalau begitu. Saya tetap tidak akan mengkhianati istri saya. Saya mencintainya melebihi nyawa saya sendiri. Saya juga tidak akan meninggalkannya apapun yang terjadi nanti” ucap Willy.
“Bagus. Saya suka dengan pemikiran kamu. Jadi kalau kamu sudah menjadi suami cucuku, kamu tidak akan meninggalkannya” ucap Gunardi.
Willy mencengkram kedua tangannya. Pria tua ini sangat keras kepala. Willy pun memilih diam dan tidak mau berbicara lagi dengan Gunardi. Willy memilih untuk melihat foto Bianca dan bayinya.
“Luna sudah mulai sadar dan sudah mau berbicara banyak. Aku tidak bisa menunggu lama lagi. Kamu tidak ingin kebahagiaan istri dan bayimu itu hanya sementara bukan” ucap Gunardi mengancam.
Willy masih diam dan sengaja tidak mendengarkan Gunardi.
“Aku bisa saja membuat kebahagian mereka menjadi kesedihan” ucap Gunardi yang spontan membuat Willy menoleh.
Ya Tuhan, kenapa ada orang yang jahat seperti Gunardi yang tega melakukan apa saja sampai-sampai membuat orang lain menderita. Willy pun tidak ingin terjadi sesuatu kepada Bianca dan bayinya. Willy tidak mau kalau mereka akan dibuat menderita oleh Gunardi.
“Baiklah berikan saya waktu satu hari untuk berpikir” ucap Willy.
“Okey. Hanya satu hari. Besok aku akan datang lagi. Ingat aku tidak akan membuang-buang waktuku lagi, karena cucuku sudah sadar. Besok adalah keputusan finalmu” ucap Gunardi.
Setelah mengucapkan kata terakhir itu, Gunardi pun melangkah pergi dari kamar Willy. Willy pun membanting tubuhnya di sofa.
“Ya Tuhan, aku harus bagaimana?” Tanya Willy dengan bingung.
Satu sisi dia tidak ingin mengkhianati Bianca dan disatu sisi Willy tidak ingin terjadi sesuatu kepada Bianca dan bayinya. Willy yakin Gunardi tidak main-main dengan ucapannya.
“Bii, aku harus bagaimana. Ini pilihan yang sangat sulit bagiku. Aku mencintaimu sepenuh hatiku, mana mungkin aku bisa tega mengkhianatimu. Dan aku juga tidak akan bisa melihat Gunardi menyakitimu ataupun bayi kita” ucap Willy lagi.
“Ayolah Willy berpikir jernih. Kamu bisa Will, kamu pasti bisa membuat semuanya baik-baik saja” ucap Willy menyemangati dirinya sendiri.
Tetap saja dalam keaadaan seperti ini Willy tidak bisa berpikir jernih. Otak dan pikiranya terus memikirkan istri dan bayinya.
Seharian penuh Willy terus memikirkan jawaban yang akan dia jawab besok. Willy memikirkan kemungkinan terburuk dari jawabannya itu. Willy terus berpikir keras jawaban yang mungkin bisa membuat semuanya baik-baik saja. Walau Willy yakin Gunardi pasti akan menentang keras apa yang Willy akan katakan.
Setidaknya Willy sudah mempunyai banyak pemikiran yang akan di ucapkan besok. Semalam ini Willy tidak bisa tidur. Dia masih memilih mana yang lebih baik diantara yang terbaik. Keputusan Willy besok menentukan masa depannya, Bianca dan juga bayinya. Willy tidak boleh sampai salah memilih.
Willy harus yakin Willy pasti bisa membuat pilihan yang terbaik itu. Semalaman ini juga tidak henti-hentinya Willy berdoa dan meminta petunjuk kepada Allah SWT agar besok dia bisa mengambil keputusan yang tepat.
Willy juga memohon agar hati Gunardi yang keras seperti batu itu bisa melunak. Karena Willy tahu hanya Allah SWT yang bisa membolak-balikan hati manusia. Semoga saja besok dooa Willy terkabul.
Sudah jam 3 dini hari Willy masih terjaga. Willy kembali menatap foto Bianca dan bayinya. Willy tersenyum, lagi-lagi dia tidak menyangka kini Willy sudah menjadi ayah. Willy memeluk foto itu. Willy sangat merindukan Bianca. Sudah tiga bulan ini Willy tidak bertemu dengan Bianca dan rasanya sangat tersiksa jauh dari istrinya. Willy sangat merindukan pelukan istrinya, sentuhan istrinya.
“Bii, apapun keputusanku besok, aku mohon kamu tetap yakin kepadaku. Aku hanya mencintaimu seorang. Aku akan berusaha keras untuk keluarga kita. Aku hanya minta kamu tetap bersabar menungguku sebentar lagi. Aku akan memperjuangkan kamu dan anak kita Bii. Bantu aku Bii, agar aku bisa melakukannya” ucap Willy.
Willy pun memejamkan matanya dengan terus memeluk foto Bianca yang sedang menggendong bayinya. Willy berharap dia bisa bermimpi bertemu dengan Bianca dan bayinya itu. Walau hanya dalam mimpi setidaknya itu bisa mengobati rindunya kepada Bianca.
Perlahan Willy pun mulai terlelap dalam tidurnya. Kali ini Willy tidur dengan tersenyum bahagia karena bayinya kini sudah lahir.