“Paulien, bisakah kau datang ke rumahku? Aku butuh bantuanmu.” Asli gue panik didatangin demit. “Mantanku menggangguku. Aku tidak ingin menemuinya.” Yes, mending jujur daripada habis waktu ngejawab what, who, why, when, where and how. “Baik, Tuan.” Lalu ia pula yang mematikan sambungan telpon lebih dulu. Langsung ngacir ke sini mungkin. Bel rumah gue masih aja bolak-balik bunyi. Kayaknya penghuni di kanan dan kiri belum pada pulang makanya oma sebelah ngga kedengaran suaranya. Tepat tiga belas menit kemudian, samar gue dengar suara dari muka rumah. Gue melangkah mendekat ke pintu, ngintip dulu biar tau ada apa. Ternyata Paulien ngga datang sendiri. Gue melekatkan telinga ke pintu, mencoba mencuri dengar. “Meneer tidak mau menemuimu, madam,” ujar Paulien, straight to the point!