Delapan

217 Words
Darel langsung meminta izin ke atasannya untuk keluar kantor karena ada urgent. Setelah membaca chat dari Eza, laki-laki itu langsung mengendarai mobilnya ke tempat tujuan, tentu dengan drama kemacetan ibukota yang membuat naik pitam di saat genting seperti ini. Darel memperhatikan google mapsnya sudah sampai ke titik tujuan. Dia pun turun dari mobilnya, dan berjalan ke gudang itu. Terdengar suara baku hantam di dalam sana. "Huft, Eza-Eza, lo itu dari kecil engga bisa berantem, kenapa sok jadi pahlawan?" Darel pun mengambil balok kayu yang berukuran cukup besar yang tergeletak di tanah, dan untung pintu gudangnya tidak terkunci, jadi dengan leluasa Darel masuk ke dalam. Dengan perlahan Darel berjalan, sementara Eza sudah babak belur dihajar oleh kedua preman itu. Setelah mendekat, Darel berdeham cukup keras membuat mereka menoleh, tanpa aba-aba Darel memukul kepala kedua preman itu dengan balok kayu yang dibawanya, mereka pun terjatuh ke lantai, dan Darel lanjut menghajar mereka agar semakin tidak berdaya. Setelah memastikan mereka sudah terkapar, Darel menoleh ke saudara kembarnya. "Are you okay?" Eza mengangguk. "Gue nggak apa-apa." "Alesha mana?" Eza menoleh ke arah Alesha yang sudah tergeletak di lantai. "Tadi pas gue masuk, mereka kayak lagi mau buka pakaiannya Alesha, tapi terhenti pas gue tendang mereka, yaudah akhirnya mereka yang balik hajar gue. Kayaknya si Alesha dikasih obat bius."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD