Tujuh

965 Words
Jam dua pagi terdengar suara grasak-grusuk di depan pintu rumah Alesha. Satpam perumahan terlelap di alam mimpi jadi orang asing yang bisa masuk begitu saja. Dua orang pakaian serba hitam, dan wajah bebas dengan topeng, yang satunya mencongkel pintu, dan yang satunya lagi memperbaiki situasi sekitar agar tetap aman. Pintu pun terbuka, dua orang masuk ke dalam dengan selesai, lalu pintunya ditutup kembali. Mereka mencari kamar milik Alesha, setelah menemukan langsung masuk dengan selesai yang dibuka pintunya tidak berhasil. Salah satu dari mereka langsung membekap mulut Alesha dengan sapu tangan yang sudah diberi obat bius. Setelah memastikan Alesha pingsan, ikut menggotong Alesha keluar rumah tersebut hingga ke mobil mereka yang terparkir di depan perumahan. Setelah di tempat tujuan, mereka pun menggotong Alesha masuk ke dalam gudang, lalu mengikatkan di kursi kayu, tidak lupa tangan dan kaki juga diikat. "Kita udah mengerjakan tugas dengan baik," ujar salah satu dari mereka kepada perempuan yang ada di seberang sana melalui telepon. *** Matahari pagi sudah tinggi, Alesha mengerjapkan matanya dan masih menyimpan pusing efek obat bius. Dia mengedarkan pandangan ke segala arah, terasa asing dengan situasi yang diikat. "Tolong ..." Alesha pun mengeluarkan suara yang cukup tinggi, melepaskan ikatan-ikatan itu, namun ikatannya terlalu kuat. "Siapa pun kalian, tolong bebasin aku." Tak lama kemudian, dua orang yang menculik Alesha pun muncul dengan seringai jahilnya. "Eh cantik, udah sadar." "Tolong lepasin!" katakan Alesha lagi. Meskipun tidak menghiraukan ucapan Alesha, mereka mendekat lalu membelai wajah gadis itu secara bergantian. "Wow, wajah aja udah mulus, apa lagi yang ada ya." "b******k, tolong lepasin!" Salah satu dari mereka mencoba mencium bibir Alesha, namun Alesha langsung meludahi pemulihan. "Sial." Tamparan keras langsung mendarat ke pipi Alesha hingga membiru. "Jangan macam-macam!" "Cuci muka lo dulu, biar gue yang atasin cewek bar-bar ini." Dia pun keluar dari tempat itu, dan pergi bersama Alesha. "Gue salah apa? Kalian kenal gue? Kenapa gue diculik? Kalian mau duit? Yaudah gue terima kasih tapi lepasin dulu!" Pria itu tertawa. "Duit? Nggak perlu dari lo, tubuh lo lebih menarik dari hanya pantas duit." "b******k! Jangan sampai kalian macam-macam." Pria itu kembali tertawa, mendekatkan bibir mereka. "Kalau lo sampai ludahin wajah gue, gue akan lakuin lebih parah, ambil keperawanan lo misalnya." Alesha menutup matanya, langsung mengalihkan wajahnya. "Tolong jangan." Ya Tuhan, Mama, Papa, Darel, Eza, tolongin aku. Aku takut. Terdengar suara langkah kaki yang masuk ke dalam ruangan, mereka pun langsung menoleh, dan terlihat seorang perempuan dengan seringainya. "Hai, Alesha, masih ingat gue?" Alesha terkejut melihat selingkuhannya Eza. "Kenalin gue Vania. Lo pasti nggak asing, kan?" "Tolong lepasin!" Vania terkekeh. "Lepasin? Iya nanti, tapi gue mau nyiksa lo dulu." Vania mendekat, langsung menarik rambut Alesha hingga ke belakang. "Lo tahu apa kesalahan lo?" Alesha menggeleng "Oke biar gue kasih tahu. Yang pertama, lo udah berani siksa gue waktu itu, terus gara-gara lo, Eza mutusin gue." "Terus sekarang, apa yang lo mau?" Vania melepaskan tangannya dari rambut Alesha. "Balas apa yang lo perbuat." Vania melirik ke arah pria tadi. "Lakuin tugas lo, tahu kan?" Tak lama kemudian pria yang satunya muncul setelah mencuci wajah. "Eh, ada Bos." "Lakuin tugas kalian, gue pergi dulu. Kalau udah, kasih tahu gue." "Beres." Vania pun pergi, dan kedua orang itu menjalankan aksinya. "Kalian mau apa?" "Ambil keperawanan lo secara bergantian." *** Darel saat ini sudah diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta, dan hari ini adalah hari pertamanya bekerja. Sementara Eza masih menunggu jalannya kembali normal untuk memulai bekerja. "Za, lo di apartemen aja atau mau keluar?" "Paling gue nanti ke tempatnya Alesha aja." "Getol banget lo, udah tahu Alesha nggak mau sama lo." "Semangat gue tetap berkobar." "Terserah. Gue berangkat dulu." Setelah Darel berangkat kerja, Eza pun ke kafenya Alesha. Saat sampai di kafe, Eza terkejut karena kafenya ditutup, sepi dan kosong. Alesha ke mana? Eza pun langsung ke rumah Alesha untuk menemui gadis itu. Setelah sampai, dia merasa aneh karena pintunya tidak terkunci, seperti bekas congkelan. Dia mencari Alesha ke segala arah, tapi tidak ada. "Al, Alesha, Alesha, Alesha." Berkali-kali Eza memanggil namanya tapi tidak ada jawaban. Ya Tuhan, Alesha ke mana? Tolong lindungi dia di mana pun dia berada. *** Setelah melepas ikatan-ikatan di tubuh Alesha, para pria itu pun hendak membuka pakaian Alesha, namun tendangan langsung melayang ke organ vital kedua laki-laki itu. Alesha hendak berlari ke arah pintu, namun kedua pria itu kembali menangkap Alesha. "Berani menyerang kami?" Nggak boleh lemah, Al. "Iya, gue nggak bakal lawan." Yang satunya memegang Alesha dan yang satunya berdiri di hadapan Alesha, hendak melepaskan pakaiannya. Alesha melihat ada ponsel di saku celana pria itu, dia harus mendapatkan ponsel tersebut. "Iya-iya, gue bakal buka sendiri baju nanti, gue nggak bakal kabur." Mereka pun langsung melepaskan tangannya dari tubuh Alesha. Untuk kali ini biarin gue genit. Alesha pun memainkan jari-jarinya ke wajah pria itu, lalu ke dadanya. Setelah itu tangan kirinya secara perlahan turun ke bawah lalu mengambil ponsel, langsung dia masukin ke saku celananya. Tangan kanan bermain di dadanya, hingga laki-laki itu terbuai sampai tidak sadar ponselnya sudah berpindah kantong. Alesha pun menghentikan aktivitasnya. "Eh gue kebelet, ke toilet dulu ya." "Lo mau kabur ya?" "Engga, serius. Gue kebelet. Kalian jaga aja di luar kalau takut gue kabur." Mereka pun mengantar Alesha ke toilet dan tetap menjaga di depan. Alesha langsung mengeluarkan ponsel itu, untung tidak dikunci. Tidak ada nomor yang dia hafal, hanya nomor dirinya sendiri. Semoga ada keajaiban, nggak ada salahnya gue telepon nomor gue, semoga ada yang angkat, mau setan sekalipun. Alesha langsung menelepon nomornya via w******p. *** Eza mendengar suara telepon, dia pun langsung mencari sumber suara dan mengangkatnya. "Halo." "Siapa pun di sana, tolong bantuin gue. Gue diculik." Eza terkejut. "Al, aku Eza, kamu shareloc aja. Nanti aku ke sana." "Oke." Setelah sambungan terputus, muncul sebuah lokasi yang dikirim Alesha. Tanpa tunggu lama Eza pun langsung ke tempat itu. Tunggu aku, Al. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD