"Siapa gadis yang kalian maksud tadi, dan kelas berapa dia sekarang?" tanya Jesica dengan ekspresi marah.
Brak!
"Jawab! Apa kalian bisu, siapa gadis yang akan dikejar Bumi tadi?"
"It--itu ... namanya Kiara Amanda, Kak. Dia kelas 2B," jawab gadis yang memakai bando pink, dengan nada takut.
Jesica mendengar itu mulai menyematkan nama Kiara dalam daftar gadis yang ia benci, ia tidak suka jika miliknya mulai berpaling darinya.
Jesica tidak mau perhatian Bumi padanya berkurang, karena adanya Kiara. Meskipun selama ini di antara ia dan Bumi, tidak ada ikatan apa pun. Tapi dalam hatinya kini mulai tumbuh benih cinta pada sang sahabat.
'Kiara ... Kiara, siapa pun kamu tidak akan kubiarkan kamu merampas Bumi dariku. Bumi hanya milikku, akan kubuat kamu menyesal karena telah membuat perhatian Bumi terbagi dariku!' batin Jesica setelah itu ia meninggalkan kantin dan kembali ke kelasnya.
***
Ketika Jesica tengah kembali ke kelas, dan mulai menyusun rencana untuk mencelakai Kiara. Kiara tengah terisak di bangku taman belakang sekolahnya, seraya menumpahkan isi hatinya. Tanpa tahu jika semua ucapannya di dengar Bumi.
'Dasar pria pembohong, katanya suka tapi apa? Dia tengah bermesraan di kantin dengan gadis lain, meskipun sering kudengar gadis itu sahabatnya. Tapi tidak mungkin 'kan, kalau seorang sahabat bisa semesra itu di muka umum,' gumam Kiara, dengan nada kesal.
"Siapa pria pembohong itu, Pacar? Apa pria yang kamu maksud tadi itu, aku?" tanya Bumi tiba-tiba, dan itu membuat Kiara terkejut akan kehadirannya.
"Ka--kak Bumi ...," kaget Kiara dengan suara terbata.
"Iya, ini aku. Siapa pria tadi yang kamu maksud, apa benar itu aku?''
"Jika iya, aku bahagia. Karena gadis yang kucintai mulai cemburu kepadaku," ucap Bumi, seraya menghampiri lalu duduk di samping Kiara.
"Siapa yang cemburut, Kiara tidak cemburu, Kak," rajuk Kiara dengan ekspresi cemberut.
"Lalu ini apa? Wajah kamu dan nada yang kamu ucapkan penuh dengan kata cemburu, Sayang. Aku senang, itu tandanya kamu mulai mencintaiku Pacar," ujar Bumi lembut, seraya menangkup wajah Kiara yang mulai memerah.
"Jangan menangis, kamu kelihatan jelek kalau menangis dan aku tidak suka melihat gadis yang kucintai menangis," lanjutnya.
"Kiara tidak menangis, tadi hanya kelilipan debu," bohong Kiara.
"Benarkah, sini coba aku lihat," polos Bumi lalu berusaha melihat kedua mata Kiara dengan raut wajah khawatir.
Jarak keduanya kini hanya berjarak beberapa senti saja, tanpa sadar detak jantung Kiara mulai berdetak kencang. Ketika Bumi mulai mendekatkan wajah ke arahnya, seketika wajah putihnya merona.
'Kenapa Kak Bumi selalu membuat jantungku tidak sehat seperti ini, apakah saat ini aku mulai mencintainya. Kalau iya, apakah gadis sepertiku pantas bersanding dengannya,' batinnya binggung.
"Apa sudah lebih baik, Pacar?" tanya Bumi lembut.
"Iya, sudah. Terima kasih, Kak."
"Lalu kenapa sekarang wajahmu memerah, apa saat ini kamu tengah sakit? Kalau sakit ayo aku antar ke UKS, sekarang," panik Bumi.
"Kiara tidak apa-apa, Kak. Ini karena Kak Bumi terlalu dekat dengan Kiara," jawab Kiara cepat.
Bumi yang mengerti langsung mendekatkan dirinya kembali ke tubuh Kiara, sesaat Kiara berusaha mundur kebelakang. Namun, dengan gerakan cepat Bumi menahan punggung Kiara dengan tangan kirinya.
"Apakah aku seperti ini, membuat wajahmu memerah?" bisik Bumi dengan suara serak.
Kiara yang ditanya dengan polosnya menjawab mengganggukkan kepalanya berulang kali. Bumi yang melihat tingkah polos gadisnya, mulai mengembangkan senyuman manisnya.
Tanpa membuang kesempatan, dan melihat situasi di taman yang terlihat sepi. Membuat Bumi tidak bisa menahan perasaan ingin tahu-nya akan perasaan gadis di hadapanya.
"Apakah saat ini jantungmu berdebar kencang, Pacar?"
"Iya."
"Itu karena kamu mulai mencintaiku, apakah benar ucapanku?''
"Ti--tidak," gugup Kiara, seraya memalingkan wajahnya ke arah kanan.
"Jangan berbohong Kiara, aku bisa melihat cinta dalam sorot matamu. Di sana ada cinta untukku, mengakulah. Karena aku pun mempunyai rasa yang sama denganku," tuntut Bumi, hingga membuat Kiara langsung menatap wajah tampan Bumi kembali.
"Katakan Kiara, apa kamu mulai mencintaiku?" tanya Bumi dengan tidak sabarannya.
Kiara binggung harus menjawab apa, karena yang dikatakan pria di depannya memang benar. Ia sadar kalau hatinya saat ini mendamba dan mulai mencintai Bumi.
Cup!
"Kenapa bengong, apa kamu malu mengatakannya. Kalau begitu tidak usah di jawab, karena aku sudah tahu jawabannya," ujar Bumi lembut, setelah memberikan ciuman pertamanya, pada Kiara.
'Ciuman pertamaku,' gumam Kiara sedikit keras hingga Bumi bisa mendengar, seraya memegangi bibirnya.
"Sama, itu juga ciuman pertamaku,' sambung Bumi lembut, lalu membawa tubuh mungil itu ke dalam pelukan hangatnya.
Kiara hanya bisa pasrah ketika tubuhnya kini di peluk pria yang membuat hatinya berdebar, tanpa sadar ia pun membalas pelukan Bumi seraya mengungkapkan apa yang tengah ia rasakan saat ini.
"Kiara tidak tahu apa arti debaran di jantung Kiara setiap berdekatan dengan Kak Bumi, tapi yang pasti Kiara mulai jatuh cinta sama Kak Bumi dan tidak suka jika Kak Bumi bermesraan dengan gadis lain."
"Rasanya di sini tidak nyaman, dan sakit," ujar Kiara seraya melerai pelukannya, setelah itu ia menunjuk d**a kirinya dan mengakui perasaan yang tengah ia rasakan.
"Benarkah itu, Sayang. Itu tandanya kamu mencintaiku."
"Iya Kiara cinta sama Kak Bumi, tapi apa Kakak tidak malu menjalin hubungan dengan orang sepertiku?" tanya Kiara seraya menundukkan kepalanya.
"Aku tidak malu, Sayang. Jangan berpikiran aneh lagi, tanamkan dalam hatimu dan selalu ingat kata-kataku saat ini."
"Aku Bumi Mahendra, hanya mencintai Kiara Amanda apa pun keadaannya. Cintaku hanya untukmu Kiara hingga sampai kapan pun," yakin Bumi.
Tes.
"Sstt ... jangan menangis, Sayang," gumam Bumi lembut seraya menghapus air mata Kiara yang mulai menetes membasahi pipi mulusnya.
Bruk!
"Kiara tidak menangis karena sedih, Kak Bumi. Tetapi ini adalah air mata kebahagiaan Kiara, karena merasa beruntung bisa dicintai oleh seorang pria sempurna seperti Kak Bumi," gumam Kiara setelah menghambur ke dalam pelukan Bumi, ia begitu erat memeluk pria yang lumayan tinggi itu. Ia juga merasa sangat bahagia.
Bumi yang mendapatkan pelukan tiba-tiba, dengan senang hati membalas pelukan gadisnya. Ia terus mengelus punggung gadisnya dengan penuh sayang, dan bibirnya tidak berhenti mengembangkan senyuman karena hatinya saat ini begitu bahagia. Karena cintanya terbalas.
Gadis yang dicintainya kini membalas cintanya, dan itu membuat hatinya begitu bahagia.
'Pak, Bu. Restui hubungan kami, saya berjanji akan menjaga Kiara sampai kapan pun. Tidak akan saya biarkan dia bersedih lagi, karena selama hidupnya. Saya akan melimpahi kehidupannya dengan banyak kebahagiaan, jadi sekarang tenanglah di alam sana, Pak, Bu,' batinnya Bumi, meminta restu dari Ayah dan Bunda Kiara.
'Ya Allah terima kasih, karena telah mempertemukan dengan pria seperti Kak Bumi. Tolong jaga jalinan cinta kami Ya Allah
Siang itu, Bumi dan Kiara telah resmi menjadi sepasang kekasih. Keduanya begitu larut dalam kebahagiaan, tanpa mereka tahu jika akan banyak halangan dan rintangan dalam jalinan kasih mereka.
Bersambung