"Kak, tolong turunkan Kiara di sini saja," ujar Kiara sedikit keras, ketika ia melihat sekolahnya sudah semakin dekat.
Tuk! Tuk!
"Kak Bumi! Tolong turunin Kiara di sini saja, ya," ulang Kiara seraya memeluk punggung Bumi.
Citt!
"Ada apa?" tanya Bumi, setelah memberhentikan motor dan melepas helmnya."
Bumi menoleh ke arah Kiara, membuat wajah keduanya hampir bersentuhan. Seketika itu membuat wajah Kiara merona, bahkan degup jantungnya berdebar lagi.
"I--itu."
"Itu apa, Pacar? Bicara yang jelas, biar kita tidak terlambat masuk kelas nantinya."
"Turunkan Kiara di sini saja, Kak."
"Kenapa mesti turun di sini? Bukankah saat ini kamu tengah berangkat bersamaku, lalu alasan apa yang membuatku harus menurunkanmu di sini?!" kesal Bumi.
"Biar Kak Bumi tidak malu nantinya jika berangkat bersama Kiara, Kiara tidak mau Kakak diolok karena dekat dengan gadis seperti Kiara," jawab Kiara takut, karena melihat ekspresi Bumi.
"Itu bukan alasan, Pacar. Aku memilihmu, jadi jangan pedulikan pendapat orang lain, tetaplah berdiri disampingku maka aku akan melawan dunia hanya untukmu," yakin Bumi pada Kiara.
Deg!
'Kak Bumi, benarkah apa yang kamu katakan, Kak. Aku takut jika Kakak hanya mempermainkan perasaanku,' batin Kiara, seraya memandang punggung Bumi yang tengah mengendarai motornya kembali.
***
Sampai di sekolah, Bumi dan Kiara menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak menjadi pusat perhatian, jika selama ini Bumi tidak pernah jalan bersama gadis mana pun bahkan gadis di sekolahannya.
Tapi tidak untuk pagi ini, sekolah SMA Nusa Bangsa di
kejutkan. Jika sang idola datang bersama seorang gadis yang jauh dari kata sempurna, bahkan cupu menurut di pemikiran mereka.
''Hai lihat, siapa gadis yang di gandeng, Kak Bumi?''
"Ihh, Kak Bumi tidak cocok dengan gadis cupu itu. Lebih cocok kalau Kak Bumi dengan Kak Jesica, atau denganku.''
"Iya ... awas saja dia, habis sama Kak Jesica nanti."
Bisik-bisik siswi yang tidak menyukai kehadiran Kiara di sisi Bumi, saat memasuki pelataran sekolah.
Suara sumbang itu pun terdengar hingga ketelinga Kiara, benar saja pemikirannya tadi. Semua teman di sekolahnya pasti tidak menyukai kehadirannya bersama Bumi, jika selama ini ia selalu bersembunyi dan tidak pernah terlihat mencolok.
Kini setelah Bumi dengan terang-terangan menggandeng tangannya di hadapan seluruh siswa-siswi, kehidupan tenangnya tidak akan ada lagi.
Karena tidak tahan dengan semua omongan yang Kiara dengar, dengan kasar ia melepaskan genggaman tangannya. "Kenapa, Pacar?" tanya Bumi heran, seraya memandang Kiara binggung.
"Kiara bisa ke kelas sendiri, Kak Bumi tidak perlu mengantar. Cukup hari ini saja Kak Bumi memperlakukan Kiara seperti ini, setelah ini jangan lagi. Karena Kiara tidak mau jadi pusat perhatian semua orang," jawab Kiara cepat, setelah itu ia berlari ke kelasnya dengan mata yang mulai berembun.
Deg!
"Kiara ... jangan pergi, tunggu aku!'' teriak Bumi, tapi tidak di hiraukan Kiara karena ia tidak ingin menyahut atau berhenti ketika Bumi menyuruhnya berhenti.
'Shiitt ....'
"Apa yang kalian lihat, pergi sani!" usir Bumi dengan nada dingin.
'Sial, pantas saja Kiara tidak nyaman dengan pandangan mereka padanya tadi. Kenapa aku tidak mendengar dan menyadari kalau mereka membicarakan Kiara, apa karena aku terlalu senang bisa lebih dekat dengan Kiara hingga lupa ke sekeliling tengah memperhatikan kami,' batin Bumi kesal pada dirinya sendiri, seraya mengusak rambutnya dengan kasar.
Setelah berdebat dengan pemikirannya sendiri, Bumi menuju ke kelasnya. Karena saat itu bel tanda masuk telah berbunyi, ia berencana akan menemui Kiara dan meminta maaf karena tidak peka dengan sekitar tadi di jam istirahat nanti.
"Hai, Bumi Sayang. Tumben, hari ini kamu sedikit telat?" tanya Jesica dengan nada manja.
"Ada perlu sebentar tadi," jawab Bumi, seraya melangkah ke bangkunya.
"Oh, ya sudah. Aku ke bengku-ku, ya. Nanti kita makan siang bersama seperti biasa," pamit Jesica.
"Hmm ...."
Jesica adalah cewek yang saat ini dekat dengan, Bumi. Bukan sebagai pacar, tetapi hanya sahabat. Karena selama Bumi masuk sekolah SMA, ia hanya bisa dekat dengan Jesica.
Setiap ada kegiatan acara sekolah, jika mengharuskan berpasangan maka Bumi memilih Jesica yang menjadi pasangannya.
Bahkan kedekatan keduanya sudah di ketahui seluruh sekolahan, dan banyak yang berpikir jika Jesica adalah kekasihnya Bumi. Namun, semua orang tidak mengetahui kebenaran bahwa keduanya hanya berteman.
***
Pelajaran di kelas sudah dimulai dari dua jam yang lalu, tetapi Kiara hanya memainkan penanya seraya mengingat semua kejadian tadi pagi bersama Bumi.
Perasaan senang bersama Kakak kelasnya itu membuat pipi Kiara merona, tapi setelah mengingat ucapan teman sekolahnya seketika membuatnya bersedih.
'Huft ...,' Kiara menghela napas, ketika apa yang ia rasakan saat ini tidak akan mudah. Ia berharap tidak hal buruk terjadi pada dirinya, setelah kedekatannya diketahui semua orang di sekolahnya.
Saat Kiara tengah melamun, tiba-tiba guru mata pelajaran bahasa bertanya tentang sahabatnya Rudi.
"Kiara! Kiara!" panggil guru dengan suara sedikit keras.
"Ii--iya, Bu."
"Ada apa, Ibu memanggil saya?" tanya Kiara binggung.
"Itu, teman sebangkumu Rudi di mana? Kenapa dia tidak masuk sekolah?" tanya guru beruntun.
'Ah, kenapa aku bisa melupakan Rudi. Bahkan sedari masuk aku juga tidak melihatnya, tasnya juga tidak ada. Kenapa dia tidak masuk. Apa dia tengah sakit saat ini, sehingga tidak masuk ke sekolah,' batinnya binggung, sekaligus baru menyadari kalau sahabatnya tidak masuk sekolah.
''Maaf, Bu. Saya tidak tahu di mana Rudi, karena dia tidak memberi kabar pada saya," jawab Kiara merasa tidak enak, karena sebagai sahabat ia tidak tahu apa-apa tentang sahabatnya.
"Bukankah Rudi sekarang sudah pindah kelas, Bu. Saat ini Rudi berada di kelas 2B," sanggah teman Kiara yang berada di belakangnya.
"Oh, dia pindah kelas. Ya sudah, kita lanjutkan pelajarannya karena sebentar lagi sudah waktunya jam istirahat," ucap guru dengan nada tegas.
Kiara yang penasaran karena sahabatnya pindah kelas langsung bertanya pada teman kelasnya.
"Zizi, benar Rudi pindah kelas? Memangnya kenapa dia pindah kelas, bukankah dia selama ini tidak pernah membuat masalah di sekolahan atau di kelas?" tanya Kiara dengan rasa ingin tahunya, sampai ia sedikit membuat kegaduhan dalam kelas.
"Bukannya kamu sahabatnya, seharusnya kamu lebih tahu dengan yang terjadi pada sahabatmu. Kenapa mesti tanya padaku?" heran Zizi.
"Karena aku tidak tahu, Zi. Makanya bertanya padamu," keluh Kiara.
"Kiara, catat tulisan di buku kamu. Jangan bergosib melulu," ujar gurunya dengan nada tegas.
''Iya, Bu. Maaf ...,'' jawab Kiara patuh.
Sambil mencatat pemikiran Kiara masih saja tertuju pada sahabatnya, kenapa mesti pindah kelas tanpa memberitahu dirinya.
***
Istirahat sekolah pun tiba, karena merasa lapar Kiara sudah memesan satu porsi nasi goreng dengan es teh manis. Ketika ia tengah menikmati makanannya, tiba-tiba datang empat orang ke arah kantin, dan salah satu di antaranya adalah Bumi.
Jesica tengah berjalan beriringan dengan Bumi, tangan mulusnya tengah bergelayut manja pada lengan pria tampan di sampingnya. Pemandangan ini sudah sering terlihat, tapi tetap saja membuat kehebohan di muka umum seperti sekarang.
"Bumi! Kita duduk di kursi biasa, ya," ucap Jesica dengan nada manja.
"Hmm ...," Bumi hanya menurut dengan apa yang di pinta sahabatnya.
Bumi terlihat bisa, dan tidak menolak dengan apa yang di lakukan Jesica pada lengannya. Sedari kelasnya saat mendengar suara bel istirahat ia ingin menghampiri Kiara, tapi tidak jadi karena Jesica lebih dulu menyeretnya hingga ke kantin.
Pikiran Bumi sama sekali tidak berada di tempat, semenjak Kiara berkata untuk jangan mendekati. Ia merasa gelisah, dan tidak bisa fokus. Ia ingin meluruskan pangkal permasalahannya, dan itu harus ia bicarakan dengan gadisnya.
Bumi juga berpikir hal yang dilakukan Jesica itu hal biasa, seperti yang dilakukan teman pada umumnya kepada teman yang lain. Sikap polosnya itu membuat orang lain berpikiran hal berbeda, termasuk Kiara yang berada di dalam kantin turut melihat itu.
Bumi sama sekali tidak menyadari jika gadis yang ia pikirkan sedari pagi ada di sekirarannya, bahkan melihat kedekatannya dengan Jesica dengan perasaan sakit dan juga cemburu.
'Uhuk ... Kak Bumi,' gumam Kiara setelah tersedak makanan dengan suara lirihnya.
'Kak Bumi jahat, tega sekali membohongiku. Katanya suka tapi apa? Sekarang bermesraan dengan Kak Jesica, memang aku tidak pantas di bandingkan dengan Kak Jesica,' batin Kiara cemburu.
Kiara menatap Bumi dengan pandangan terluka, ia merasa perasaannya dipermainkan oleh Bumi.
Dengan gerakan kasar ia berdiri lalu berlari meninggalkan kantin, tanpa sadar ia membuat kegaduhan dan itu menarik perhatian Bumi setelah mendengar bisik-bisik siswa siswi di kantin.
''Lho, bukankah gadis itu yang bersama Kak Bumi tadi pagi?''
"Iya, betul gadis cupu tadi pagi yang datang bersama Kak Bumi."
"Mungkin dia baru sadar, kalau Kak Bumi tidak pantas untuknya, yang pantas adalah Kak Jesica. Selain pintar, Kak Jesica juga seorang model. Di bandingkan cewek cupu tadi nggak ada apa-apa, seperti bumi dan langit berbeda jauh."
Beberapa siswi tengah membicarakan Kiara, dan itu membuat hati Bumi panas. Karena ia sama sekali tidak suka jika kekasihnya di hina atau di rendahkan oleh orang lain.
Brakk!
''Berhenti kalian membicarakan Gadisku, jika kalian masih ingin sekolah di sini," gertak Bumi, setelah menendang meja kantin.
Jesica yang mendengar penuturan Bumi barusan benar-benar terkejut, pria yang diam-diam ia cintai tengah mendamba gadis lain selain dirinya.
"Bumi! Apa maksudmu tadi gadisku? Apakah saat ini kamu tengah menjalin hubungan dengan seorang gadis, tanpa kuketahui?" tanya Jesica beruntun.
"Iya, saat ini aku tengah mencintai seorang gadis. Tapi nanti aku ceritakan, saat ini aku ingin menyusulnya dahulu," jawab Bumi terburu-buru, seraya mengambil roti dan minuman kaleng.
Sengaja ia bawa karena ia tahu gadisnya pasti belum kenyang saat makan tadi. "Kemana arah gadis tadi pergi, cepat katakan?" tanya Bumi dengan nada dingin pada siswi yang bergosip tadi.
"Di--dia berlari ke arah taman, Kak,'' jawab siswi itu takut.
Bumi pun langsung berlari, mencari Kiara yang berlari ke arah taman. Tanpa menghiraukan panggilan Jesica.
"Bumi, berhenti! Jangan pergi, kalau kamu pergi aku dengan siapa? Apa kamu tega membiarkanku makan sendirian," teriak Jesica.
'Awas saja! Siapa pun gadis itu akan kuberikan pelajaran dia, karena telah berani menarik perhatian Bumi dariku,' batin Jesica marah sekaligus cemburu.
Bersambung