12 | Tepukan Berbeda

1466 Words
Sasi langsung menghirup napas dalam-dalam kala memasuki tempat spa langganannya. Semua tamu yang ada di sana langsung memberikan tatapan aneh, tapi Sasi tidak peduli dan mengabaikannya dengan melenggang angkuh menuju menuju ruang resepsionis. Dara dan Tata langsung menyambut Sasi dengan senyuman lebar. Keduanya jelas mengenal Sasi. Meski tidak begitu akrab tapi mereka sudah memaklumi kelakuan Sasi atau kata-kata Sasi yang sering nyablak. "Selamat siang, Kakak. Udah lama nggak berkunjung ke sini. Mau pilih treatment apa?" tanya Dara dengan suara halus. Mata Sasi langsung memutar jengah. "Kayak biasa, lah. Lo pada sok-sok kelupaan." "Kan Kakak lama tidak ke sini," timpal Tata sekaligus mengulangi ucapan Dara tadi. "Berarti paket yang biasa, ya, Kak. Mari kita ke ruang tunggu dulu, Kak." Sasi mengangguk dan langsung mengikuti Tata, sedangkan Dara menetap di ruang resepsionis. Setelah melewati dua buah ruangan, akhirnya Sasi dituntun memasuki salah satu ruangan yang sangat akrab di ingatan Sasi. "Tunggu di sini, ya, Kak. Nanti terapisnya datang ke Kakak, kasih baju ganti sekalian menuntun ke ruangan lain untuk memulai treatment." "Oke, Ta. Terima kasih," ucap Sasi mengangguk sekali. "Sama-sama, Kak. Kalau begitu saya permisi." "Hm," gumam Sasi. Setelah kepergian Tata, Sasi langsung bangkit menuju loker yang tersedia di ruangan ini, kemudian memasukkan semua barang-barang berharga miliknya. Seseorang datang di saat Sasi melepaskan anting juga cincin. Sasi mengenalinya sebagai terapis yang biasa Sasi pakai di sini, Ibu Marwa. Beliau tersenyum ramah sekali kemudian mengatakan akan menunggu di luar sementara Sasi berganti dengan kemben yang panjangnya setengah paha. Setelah selesai, Sasi kembali menggantung dress yang tadi Sasi kenakan di dalam loker. Kemudian Sasi menguncinya dengan gembok yang dilengkapi kombinasi angka. Sasi keluar dan langsung mengangguk sekali pada Bu Marwa. Mereka langsung menuju ruangan tempat di mana Sasi biasanya dipijat. Bu Marwa langsung menyuruh Sasi berbaring di kasur yang sudah tersedia. Posisi Sasi disuruh telentang lebih dulu. "Udah lama, ya, tidak ke sini. Ibu minta maaf dulu kalau misalkan pijatnya kekencengan atau pijatnya tidak berasa." "Ibu kayak sama siapa aja," ucap Sasi. "Tangan-tangan Ibu itu ajaib. Itu sebabnya kalau aku ke sini aku selalu memilih Bu Marwa untuk jadi terapisku." Tawa kecil Bu Marwa terdengar. "Pandai memujinya tidak berubah, ya, Nak." Senyum Sasi mengembang. Selanjutnya tidak ada percakapan lagi, karena Sasi mulai memejamkan matanya. Setiap tubuh Sasi dimanjakan, pasti rasa kantuk datang dengan cepat. Sasi membiarkan kantuk menguasainya karena Sasi sangat percaya dengan Bu Marwa. Mau Sasi dalam keadaan setengah telanjang atau sepenuhnya telanjang pun, Sasi tidak akan khawatir, merasa malu atau kaget lagi seandainya Bu Marwa memberi lulur atau memijat di area d**a dan daerah pahanya. Kisaran lima belas menit kemudian Sasi di suruh untuk mengubah posisi menjadi tengkurap, lalu kemudian Bu Marwa kembali memijit dengan rasa pijitan yang luar biasa nyaman menurut Sasi. Sesi tadi sudah berlangsung selama tiga puluh menit. Selanjutnya tubuh Sasi diluluri kemudian didiamkan beberapa saat. Setelah itu lulur dibersihkan dan Sasi diberi body mask oleh Bu Marwa. Treatment terakhir, Sasi membersihkan badannya dan berendam di dalam bathtub selama lima belas menit. Sasi mengusap-usap beberapa bagian tubuhnya dengan busa dan sangat menikmati aroma wangi yang menguar. Sasi tidak pernah sebaik ini, maksudnya setelah hampir tiga bulan tidak pernah spa. Rasanya bangun pagi Sasi untuk mengantarkan Liam ke sekolah terbayarkan tuntas dengan kartu kredit yang Yudistira berikan. Uuuh, hot daddy yang satu itu kenapa bisa sebegitu baiknya, sih? Sasi 'kan jadi semakin menggebu-gebu untuk menaklukkan. *** Yudistira baru menyuap satu sendok makan siangnya saat ponsel di dalam kantong snellinya bergetar. Langsung diambil Yudistira dan pesannya juga langsung dibuka. Rasanya makanan yang tadi ditelan seakan memberontak ingin keluar lagi setelah membaca deretan kalimat dari yang Sasi kirim. Sasikirana : [Daddy kamu terbaik. Sebagai ucapan terima kasih, aku membeli pakaian maid baru lagi khusus untukmu. Warnanya masih hitam putih tapi yang ini tali spageti. Saat aku mengenakan, kamu pasti menyukainya.] Sasikirana : [Oh iya, kamu tidak suka 'kan kalau aku mengenakannya di depan Liam juga? Maka dari itu aku putuskan untuk mengenakannya di depanmu saja. Sampai bertemu akhir pekan, Daddy.] Napas Yudistira langsung memberat. Diletakkan Yudistira ponselnya di atas meja kemudian Yudistira langsung mengacak rambutnya gusar. Sasi, perempuan ini makin ditegur makin abai dan makin lama makin menjadi. Kepala Yudistira langsung pening membayangkan apa yang nanti akan dilihatnya. "Ada masalah, Dok?" Yudistira langsung mendongak saat mendengar pertanyaan itu. Dokter Ayu, dokter spesialis kandungan yang cukup dekat dengan Yudistira. Sesekali mereka mengobrol atau makan bersama di kantin saat siang seperti ini. "Saya baik-baik saja, jawab Yudistira kemudian melanjutkan makannya. "Tapi ekspresi Dokter menunjukkan sebaliknya." Dokter Ayu lebih dulu meminum air mineralnya lalu memulai makan. "Apa ruang operasi hari ini penuh sampai Dokter suntuk? Percayalah, Dokter butuh cuti dan liburan. Mungkin lingkungan rumah sakit membuat Dokter jenuh." "Terima kasih sarannya." Yudistira tersenyum tipis kemudian bangkit. "Nikmati makan siangnya, Dokter Ayu. Saya pergi lebih dulu." Yudistira sempat membeli satu kaleng minuman bersoda kemudian meninggalkan kantin. Karena hanya ada jadwal follow up pasien, dan itu bisa dilakukan nanti, Yudistira memutuskan untuk ke rooftop untuk merokok. *** Liam dan Kairo melihat Sasi yang saat ini tengah berkaca sambil mengepas-ngepaskan dress yang baru saja Sasi beli. Kegiatan ini sudah berlangsung dari belasan menit yang lalu. "Menurut kalian, aku cantik memakai ini?" tanya Sasi kemudian memutar-mutar tubuhnya. "Dari skala satu sampai sepuluh, aku berada di angka berapa?" "Delapan," jawab Liam kemudian disambung dengan gonggongan Kairo. "Tante Sasi lebih cantik mengenakan dress berwarna pink hitam begini." "Kamu, ya, pandai sekali memuji perempuan." Sasi menoleh kemudian menggeleng-geleng. "Besar nanti jangan jadi playboy, ya, Liam. Tidak boleh." "Playboy itu apa, Tante?" Sasi langsung menggigit bibir bawahnya. Astaga, kalau Yudistira tahu, Sasi akan ditegur karena membawa kosa kata orang dewasa untuk Liam. "Bukan apa-apa. Tidak penting," kilah Sasi. "Oh iya, aku pulang setelah daddy-mu sampai rumah. Jadwal hari ini terlaksana dengan baik, kan?" "Iya, Tante. Setelah Tante pergi tadi, aku langsung berganti pakaian dan menaruh pakaian sekolah di keranjang pakaian kotor, kemudian aku dan Kairo makan siang. Aku juga belajar ditemani Kairo, lalu kami tidur setelah itu. Bangunnya kami bermain sampai Tante Sasi datang." "Anak pintar," puji Sasi sambil mengangguk-angguk. "Liam, ambilkan jus di dalam kulkas. Aku kehausan." "Oke, Tante Sasi." Liam langsung bangkit kemudian sedikit berlari menuju dapur. Kairo yang di samping Liam hanya mengamati kemudian beralih menatap Sasi setelah Liam tidak terlihat lagi. "Kenapa memandangiku seperti itu, Kai?" Guk! "Hanya minta ambilkan jus dingin saja. Ini tidak berlebihan. Lagian Liam tidak keberatan." Guk! Mata Sasi langsung memutar malas. "Daddy menyuruhnya untuk mandiri. Aku hanya meneruskan apa yang daddy tanamkan pada Liam." Guk! "Aku mengantar jemputnya, menemaninya mandi dan memastikan pakaiannya rapi. Itu peranku sebagai nanny. Dan untuk alasan kenapa aku ikut memanggil daddy ..." Sasi mengulum bibir kemudian menatap Kairo tepat di mata. "Dia ... daddy-able." Liam datang setelah percakapan random Sasi dengan Kairo usai. Sasi menerima jus yang Liam sodorkan kemudian memberikan jempol sebagai ucapan terima kasih. "Tante, akhir pekan nanti mau ikut kami ibadah?" "Ibadah?" ulang Sasi. Setelah meneguk jus beberapa kali, Sasi menutup kembali kemudian meletakkannya di atas meja. "Siapa-siapa saja yang pergi ibadah?" "Aku, Kairo dan daddy. Dalam satu bulan, kami minimal dua kali ibadah, sekalian pengakuan dosa. Nenek yang selalu meminta kami melakukan itu." "Nanti aku mikir-mikir dulu." Liam mengangguk. Kali ini Liam dan Kairo mengamati Sasi lagi, tapi bedanya Sasi sedang merapikan semua pakaian ke dalam kantong belanjaannya. Tidak banyak, hanya ada tiga kantong. Suara mobil memasuki halaman rumah terdengar. Kairo langsung berdiri juga menggonggong. Begitu juga Liam yang ikut berdiri, sambil berucap, "Itu, daddy! Tante Sasi, ayo kita menyambutnya." Keduanya langsung berlari. Sementara Sasi lebih dulu menyingkirkan kantong-kantong belanjaan lalu melangkah dengan santai ke depan. Sasi tiba saat Yudistira sudah memeluk Liam dan mengusap rambutnya, begitu juga Kairo yang tidak luput dari usapan tangan besar Yudistira. Sasi yang melihat pemandangan itu tanpa sadar tersenyum dan diam-diam berbicara dalam hati, anak-anak dan hewan saja disayangi, apalagi kekasih atau istrinya nanti. "Tante Sasi, Tante Sasi! Papa bawa McD." Seruan Liam membuat Sasi tersadar. Sasi menunduk kemudian mengangguk saat melihat Liam terlonjak-lonjak kegirangan dengan kantong McD. "Bagus. Sesekali kamu perlu mengonsumsi makanan tidak sehat, Liam." Liam menyengir lebar kemudian berlari ke dalam bersama Kairo. Sekarang tinggallah Sasi dan Yudistira. Sasi kesenangan mengetahui fakta ini. "Terima kasih, Daddy." "Untuk?" tanya Yudistira dengan sebalah alis terangkat. Yudistira masuk dengan tas kerja di tangan kiri sementara tangan kanannya melonggarkan dasi. "Saya kira kamu sudah pulang." "Belum. Sebentar lagi akan pulang." Sasi langsung berbalik saat Yudistira melewatinya, kemudian Sasi berusaha menyejajarkan langkahnya dengan langkah Yudistira. Tangan Sasi langsung tergerak untuk memukul b****g Yudistira yang padat. "Terima kasih untuk sesekali menuruti keinginan Liam, juga tentunya kartu kreditmu. Oh iya, kamu sudah bekerja keras. Jika orang-orang memilih menepuk atau mengusap punggung, maka aku memilih menepuk atau meremas bokongmu saja. Biar lebih sensual." Setelahnya, Sasi langsung pergi dengan tawa geli yang tidak disembunyikan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD