Setelah selesai kelas pun Kayna memutuskan untuk menyusul Velly, tentu bersama dengan Adresia yang kebetulan tidak ingin kembali ke rumah. Sebab, sangat sibuk jika pulang lebih cepat biasanya.
Sepanjang perjalanan banyak orang yang berbisik-bisik membincangkan masalah di auditorium, membuat Kayna yang mendengarnya pun sangat penasaran. Sedangkan, Adresia memakai earphone pun merasa sangat tenang.
“Res, kayaknya kita datang di saat yang tepat,” bisik Kayna pelan membuat Adresia menatap perempuan itu penasaran.
“Ada apa emangnya, Kay?” tanya Adresia bingung.
“Kayaknya ada gosip. Soalnya tadi gue dengar desas-desus kating yang bilang kalau tadi ada kecelakaan romantis di dalam, ”jawab Kayna menatap lurus ke depan.
“Masa sih?” sahut Adresia sambil melepaskan kedua earphone -nya.
Kayna mengangguk pelan sambil menoleh singkat ke arah Adresia yang menatap dirinya penasaran.
"Menurut lo apa, Kay?" tanya Adresia lagi.
Kayna mengangkat bahunya acuh. “Gue enggak bisa menebak kalau belum ada faktanya.”
Adresia pun mengantupkan bibirnya rapat-rapat, setelah mendengar penuturan Kayna. Meskipun masuk akal, tetapi ia malah menjadi sangat penasaran.
“Ya udahlah kita cepetin jemput Velly, sekalian nanya soal ini,” ucap Adresia mempercepat langkah kakinya.
Keduanya mempercepat langkah sambil sesekali menoleh ke arah kating yang masih berbisik ria. Entah mengapa Kayna merasa kalau hal ini sederhana, melainkan akan ada bahaya yang cukup besar di depan. Bahkan Kayna merasa kalau ini menyakut dirinya.
“Gue kok ngerasa enggak enak gitu ya, Kay?” tanya Adresia meringis sakit.
“Sama. Gue juga ngerasanya begitu. Apa ini inti Velly? Kayna memiringkan sebuah sebuah rumah ke kanan sambil mengerutkan dahinya bingung.
“Mungkin aja. Soalnya Velly tarik perhatian juga, kan? Dengan tampangnya yang cantik itu, ”balas Adresia masuk akal.
Tetapi, gue ngerasanya kalau ini bener-bener nyangkut Velly, Res. Jadi agakalnya enggak masuk akal juga kalau bukan dia, masa kita yang dilihatin. Apalagi gue kan deket banget sama Velly, ”tutur Kayna.
Adresia mengangguk pelan sambil merangkul pundak mungil Kayna yang hanya sebatas ketiaknya saja. Diantara mereka bertiga memang yang paling tinggi adalah Adresia, sedangkan Kayna dan Velly berada di urutan kedua dan ketiga.
Tatapan Kayna terhenti kala melihat Faray yang menatap dirinya. Memang kedatangan kedua perempuan itu sangat menarik perhatian. Tentu dengan wajah menggemaskan milik Adresia yang mirip sekali dengan anak balita.
Walaupun Kayna tidak terlalu cantik seperti kedua, tetapi perempuan itu memiliki daya pikat yang ada di dalam dirinya. Seorang Kayna Fayeza, perempuan bermata sipit yang sangat suka keindahan alam. Ia memang sering kali disebut dengan kembang desa, biarpun tidak cantik. Hanya saja dia begitu indah.
“Kayna! Ares! Panggil Velly mengangkat tinggi-tinggi.
Adresia tersenyum singkat sambil mengangguk pelan, lalu meraih lengan mungil Kayna yang masih terdiam. Menarik perempuan itu mungil agar beranjak, karena tatapan yang tujukan pada kelebihan sangat mengintimidasi.
Sesampai di deretan bangku, Adresia pun langsung mendorong Kayna agar terduduk di samping Velly hingga sang empu hanya mengikuti pergerakan Adresia dalam diam.
“Ada apa, sih? Gue kok ngerasa kayak ngelihat hantu ya, ”tanya Adresia pada Velly yang fokus mendengarkan.
Velly menatap Adresia ragu. “Nanti gue ceritain, tetapi bukan sekarang. Soalnya kedatangan lo ini menarik perhatian mereka. ”
“Menarik perhatian kenapa, Vel?” tanya Kayna penasaran.
“Karena kalian ke sini buat gue,” jawab Velly pelan.
Mendengar jawaban penuh makna dari Velly, membuat Kayna terdiam. Ia memang sangat penasaran dengan apa yang terjadi sebelumnya. Sebab, wajah Velly yang terlihat berbeda.
Adresia mengembuskan napasnya pelan, menatap sekumpulan mahasiswa S2 yang terdengar berceloteh pasal bahasa Mandarin. Bahasa yang selama ini selalu dirinya dengarkan ketika di rumah.
Kedua orang tua itu menghargai penduduk asli Indonesia. Wajah baby face perpaduan antara Jakarta-Shanghai itu nampak sangat jelas. Kecantikan dan pesona Adresia kental sekali dengan Jakarta, lalu tubuhnya badan yang tinggi itu kental sekali dengan para wanita Negeri Tirai Bambu.
Namun, pandangan Adresia terhenti kala melihat salah satu mahasiswa yang ia kenali di sana. Sesosok lelaki bertubuh tegap dengan jas almamater yang tergulung hingga ke siku. Matanya menatap awas pada beberapa gambar yang membawa jadwal kelas sastra tiga hari.
Tak sampai menunggu lama, kelas sastra pun akhirnya selesai. Wajah sumringah Kayna terlihat jelas kala suara riuh tepuk tangan memadati auditorium. Detik-detik kelas dibubarkan sudah ada di depan mata.
Satu per satu mahasiswi mulai beranjak dari tempat duduknya memenuhi pintu keluar yang nampak sesak. Sementara Kayna dan Velly yang terbiasa keluar dengan terlambat pun memilih untuk memainkan ponsel. Membuat ketiganya menjadi pusat perhatian para mahasiswa S2.
“Oh ya, Vel. Katanya lo mau cerita, ”celetuk Kayna membuat Velly seketika mengumpat dalam hati.
Adresia yang awalnya lesu pun menjadi bersemangat. “Iya, Vel. Hampir aja gue lupain masalah tadi. ”
Velly memajukan bibirnya kesal. “Iya, iya. Gue ceritain. ”
Seketika senyum puas tercetak jelas dari bibir Adresia dan Kayna. Keduanya ber- high five sambil menaikturunkan alisnya menatap wajah lesu Velly. Keduanya tampak kompak dalam keadaan menyiksa Velly. Mereka sama sekali tidak beranjak dari auditorium padahal suasana kian menyepi, sebab mahasiswa S2 tadi sudah melenggang pergi sambil membawa pelaratan yang mereka bawa.
"Coba ceritain kenapa?" tanya Kayna menatap Velly penuh, sedangkan Adresia bangkit dari tempat duduknya dan menaiki meja. Seperti biasa, Adresia selalu duduk tepat di depan Velly.
Sebelum mengucapkan semuanya, Velly mencoba menarik napas pelan. Mengembuskannya beberapa kali guna menguatkan hatinya yang berdenyut nyerti akibat ketidaksengajaan Kalandra.
Dengan tenang, Velly pun mulai menceritakan semuanya. Berawal dari diri sendiri yang tepat di bangku kesukaan Kayna hingga bagaimana mengenaskannya mereka berdua jatuh tepat di hadapan para kating dan teman seangkatan Kalandra. Ceritakannya begitu detil sampai Atha dan Faray yang berusaha membantu dirinya sendiri, membuat Kayna mengangguk pelan dan Adresia yang terdiam mematung.
Kedua teman Velly itu tidak menyangka akan terjadi seperti ini, terlebih dahulu, terlebih dahulu, terlebih dahulu, masalah perempuan yang suka menarik perhatian. Karena wajahnya begitu cantik.
Tepat saat Velly menyelesaikan ceritanya, Adresia langsung menggebrak meja kuat. Perempuan bar-bar itu memang sangat urakan sekali dalam berkelakuan. Bahkan Kayna saja dibuat terkejut akan tindakan Adresia yang tiba-tiba.
“Anjir! Lo ngagetin gue, Re. " Kayna memegangi dadanya yang berdebar kuat.
Sedangkan Velly hanya mengembuskan napasnya pelan sambil sesekali memilin bibir tipisnya yang berwarna merah natural.