Setelah menunggu beberapa menit, suara mobil berhenti di depan rumah. Menandakan ada yang datang. Sambil duduk, Emanuela melihat keluar melalui celah gorden jendela lalu berkata, "Mereka sudah datang."
Nana merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Ia mengingat saat dulu Kenzi mulai mendekatinya. Kenzi yang dulu belum punya pekerjaan bisa bekerja di perusahaan sekarang juga karena campur tangan Nana. Nana yang merekomendasikan Kenzi untuk bekerja di sana dan membantu Kenzi melewati serangkaian tes hingga ia diterima dan sekarang jadi wakil manajer di perusahaan itu. Nana merasa ia sudah melakukan banyak hal baik untuk calon suaminya. Namun, Kenzi membalasnya dengan memberinya sakit hati yang luar biasa.
Sementara itu, di luar, Shakira menghentikan langkahnya lalu berkata pelan pada Kenzi, "Kak Ken, aku takut."
Kenzi meraih tangan Shakira dan menggenggamnya lalu mengecupnya. "Aku di sini untukmu," jawabnya lembut.
Shakira bertanya, "Bener ya, Kak?"
Kenzi tersenyum dan mengangguk. "Ya, tentu saja."
Keduanya pun mulai melangkah masuk. Di ruang tamu, sudah ada Nana, Emanuela, dan Ganang. Nana langsung menatap tajam ke arah Shakira dan Kenzi lalu berdiri, "Kalian! Bagaimana bisa kalian mengkhianatiku seperti ini?" Nana tak bisa menahan emosinya lagi. Dia mendekati Kenzi dan menekan d**a Kenzi dengan telunjuknya, "Kamu bilang mau membatalkan pernikahan kita, kan, Mas? Dan ternyata karena kamu lebih suka Shakira sekarang?"
Nana menatap Shakira sekilas. Shakira menunduk. Tak lama setelah itu, Emanuela menarik Shakira agar tidak dekat dengan Kenzi, hingga Shakira duduk di samping ibunya. Shakira menunduk, mendengar kakaknya memarahi Kenzi.
Kenzi lalu angkat suara, "Aku bisa jelaskan, Na."
Nana tertawa pahit. "Mau menjelaskan apa lagi, Mas? Kamu mau jelasin kalau adikku yang cantik? Memang sih kamu nggak pernah bilang aku cantik, tapi kamu bilang kamu suka aku karena cerdas." Kenzi terdiam. Nana lalu mengungkit masa lalu, "Kalau kamu bisa kerja di titik sekarang juga berkat aku."
Kenzi tak berkutik. Nana menggelengkan kepalanya dan berkata, "Dan sekarang dua minggu lagi kita akan nikah, kamu dan Shakira merencanakan kalian akan menikah di hari pernikahan kita? Kamu gila, Mas!" Nana berkata dengan nada tinggi.
Menyadari itu, Ganang menarik Nana untuk duduk. Awalnya, Nana tak bergerak namun Ganang berbisik, "Malu kalau tetangga sampai dengar." Nana akhirnya duduk. Setelah Nana duduk, Kenzi yang masih berdiri diminta duduk juga. Namun bukannya duduk, Kenzi malah berlutut di kaki Nana. Shakira kaget.
Di sisi lain, Nana berharap Kenzi akan meminta maaf, menyesali perbuatannya, dan meneruskan rencana pernikahannya. Namun nyatanya, Kenzi berkata, "Maafkan aku, Nana. Aku tidak mau jika kita gagal dalam rumah tangga. Aku merasa kita tak cocok. Aku lebih nyaman jika bersama Shakira." Kenzi melirik ke arah Shakira dan Shakira tersenyum pada Kenzi. Kepala Nana berdenyut hebat.
Lalu dengan sekuat tenaga, Nana menampar Kenzi hingga sudut bibirnya berdarah. Kenzi mengusap darah segar itu dengan jempolnya dan dengan tenang berkata, "Aku lebih baik jujur sekarang, Nana."
Nana langsung melihat ke arah Ganang dan berkata, "Ayah?"
Kenzi langsung menggeser tubuhnya, memohon restu agar Ganang merestui hubungannya dengan Shakira, karena ia ingin menikahi Shakira. Nana meminta Ganang menolak dan memutuskannya saat itu. Tapi Ganang berkata, "Baik. Saya restui kamu menikahi Shakira."
Perkataan Ganang bagai petir di siang bolong bagi Nana. Nana melotot, Kenzi bernafas lega, dan Shakira tersenyum. Nana berdiri dan bertanya, "Ayah! Apa-apaan ini! Aku tidak setuju, ya Ayah!”
Ganang meminta Nana duduk. Nana, dengan terpaksa, duduk. Kenzi pun mengikuti dan duduk. Ganang lalu mulai berbicara, "Nana, kita sudah keluar biaya tak sedikit. Kenzi sudah berpindah hati, dan apa salahnya jika Kenzi menikah dengan adikmu?"
Nana menatap wajah ayahnya dengan tatapan nanar, "Tapi ini tak adil, Ayah. Biaya pernikahan ini hampir semua dari Nana. Lalu apa kata orang lain? Mereka tahunya Nana yang akan menikah dengan Mas Kenzi, bukan Shakira!"
Di saat Nana merasa hancur, Shakira merasa sangat senang. Ia sesekali tersenyum pada Kenzi. Sementara itu, Kenzi berusaha memasang wajah datar melihat Nana yang sakit hati karenanya.
Ganang mencoba menenangkan Nana, "Kita bisa bicarakan soal biaya nanti, Nana. Yang penting sekarang adalah menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin."
Nana menggelengkan kepalanya, merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Ayah, ini bukan hanya soal uang. Ini soal kehormatan dan kepercayaan. Bagaimana bisa Ayah menyetujui hal seperti ini?"
Emanuela yang sedari tadi diam, mencoba menenangkan, "Nana, kami tahu ini berat untukmu. Tapi mungkin ini yang terbaik agar semuanya bisa selesai dengan baik."
Nana menunduk, air matanya mulai mengalir lagi. Sementara itu, Shakira merasa sangat senang dengan perkembangan ini dan terus mengisyaratkan senyum kepada Kenzi. Kenzi tetap berusaha menjaga sikapnya, meski dalam hatinya ia merasa lega bahwa semuanya mulai beres.
Nana merasa hatinya hancur berkeping-keping. "Baik, kalau ini keputusan Ayah dan Ibu, Nana akan terima. Tapi Nana tak akan pernah bisa memaafkan kalian berdua," katanya sambil menatap tajam ke arah Shakira dan Kenzi.
Shakira menunduk sedikit, tapi senyum tipis tetap terlihat di wajahnya. Kenzi tetap diam, tidak ingin memperburuk situasi.
Ganang menghela napas, merasa berat dengan keputusan yang telah diambil, tapi berharap ini bisa menyelesaikan masalah yang ada.
Setelah percakapan itu, Nana tiba-tiba berdiri dan lari ke kamarnya. Ia mengurung diri dan terus menangis disana, merasakan sakit hati yang mendalam.
Sementara itu, di ruang tamu, Kenzi berkata dengan nada menyesal, "Saya minta maaf atas kegaduhan yang saya perbuat."
Ganang menghela nafas panjang. "Saya sebenarnya menyayangkan semua ini, Kenzi. Tapi saya tak punya pilihan lain."
Shakira yang duduk di samping Emanuela mendekati Kenzi langsung berkata, “kak Ken, cetak undangan secepatnya, ya? Aku ingin nyebar undangannya pada teman-temanku. Ah pasti mereka kaget kalau aku akan menikah, mana calon suamiku tampan sekali dan seorang wakil manajer lagi."
Tidak ada sedikitpun rasa bersalah di wajah Shakira. Ia tampak begitu bersemangat, tanpa memperdulikan luka yang telah ia buat di hati kakaknya.
Emanuela yang melihat sikap Shakira hanya bisa menggeleng pelan, namun ia memilih untuk diam.
Ganang menatap Shakira dengan tatapan prihatin. "Shakira, setidaknya tunjukkan sedikit rasa hormat pada kakakmu. Ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan undangan."
Shakira hanya mendengus dan meraih tangan Kenzi. "Tapi, Ayah, aku ingin semuanya selesai cepat. Lagipula, ini kan keputusan bersama."
Ganang menatap Shakira dan Kenzi dengan tatapan yang berat, merasa kecewa dengan sikap keduanya namun terpaksa menerima situasi yang ada. Sementara itu, suara isak tangis Nana terdengar samar dari dalam kamarnya, mencerminkan betapa hancur perasaannya.
Keesokan paginya, sangat pagi sekali, Nana pergi dari rumah mengenakan pakaian olahraga dan hijab hitam. Ia hanya pamit kepada Emanuela, "Bu, Nana mau ke taman cari udara segar."
Emanuela mengizinkan dengan sedikit khawatir, "Hati-hati ya, Nak."
Dengan mata sembab akibat semalaman menangis, Nana berjalan keluar rumah dan menuju ke taman kota. Di tengah perjalanan ia menemukan sebuah jembatan cukup tinggi. Nana menaiki pembatas jembatan itu dan merentangkan tangannya, merasakan angin pagi menyapu wajahnya.
Seorang lelaki berperawakan tinggi dengan wajah manis dan hidung mancung sedang menyetir mobil sport mewah hitam. Ketika melihat Nana di atas pembatas jembatan, ia segera menepikan mobilnya. "Waduh! Kayaknya tuh cewek mau bunuh diri! Gawat," gumamnya.
Lelaki itu keluar dari mobil dan mendekati Nana dengan hati-hati. "Adik, jangan bunuh diri," katanya sambil menurunkan Nana dari pembatas jembatan. Nana berusaha menjauhkan tangan lelaki itu.
“Lepaskan tanganmu itu!” Seru Nana sambil melihat lelaki itu. Dan lelaki itu kaget melihat wajah Nana.