Emanuela menatap Shakira dengan serius sebelum melontarkan pertanyaan yang tak terduga. "Shakira, apa kamu sudah bertemu dengan orang tua Kenzi?"
Shakira tertegun sejenak, matanya membesar. Ia diam beberapa saat, mencoba mencerna pertanyaan itu sebelum akhirnya bertanya, "Memangnya harus secepatnya ya, Bu?"
Emanuela mengangguk tegas. "Iya dong, sayang. Ayahmu sudah memberitahukan pembatalan pernikahan Kenzi dan Nana, dan akan digantikan olehmu. Akan lebih baik kalau kamu segera berkenalan dengan calon mertuamu."
Shakira tampak ragu sejenak sebelum menjawab, "Nanti aku bicarakan ya, Bu, sama Kak Ken."
Emanuela pun mengangguk, merasa puas dengan jawaban itu. Shakira merapikan perhiasan yang baru ia beli tadi dan memasukkannya kembali ke dalam tasnya. "Kalau begitu, aku pamit dulu, Bu, Ayah. Aku mau istirahat," katanya dengan sopan.
Ganang dan Emanuela mengangguk, mengizinkan putri mereka untuk pergi ke kamarnya. "Istirahat yang cukup, sayang," kata Ganang sambil tersenyum lembut.
Shakira mengangguk dan berjalan menuju kamarnya, meninggalkan ruang tamu dengan perasaan campur aduk. Sementara itu, Emanuela dan Ganang saling bertukar pandang, merasa lega telah menyampaikan pesan penting itu kepada putri mereka.
Shakira naik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamarnya. Setelah menutup pintu, ia berkata pelan, "Ah, aku kok merasa malas ya bertemu Tante Dita. Aku merasa tidak cocok dengan ibunya Kak Ken itu. Dia sepertinya pemikirannya kolot sekali."
Ia berjalan ke arah ranjang dan duduk di tepinya, memikirkan percakapan dengan ibunya tadi. "Tapi sepertinya apa yang dikatakan Ibu ada benarnya juga. Aku kan akan menikah dengan Kak Ken, aku harus bertemu dengannya. Suka atau tidak suka, dia akan jadi ibuku juga."
Shakira menghela nafas panjang, menatap ke arah jendela kamar yang menghadap ke taman. "Ya, aku harus bisa menyesuaikan diri. Demi masa depan pernikahanku," gumamnya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
Sementara itu, di kamar Nana, suasana berbeda. Nana duduk di meja belajarnya, menatap cermin yang memantulkan wajahnya yang terlihat letih tapi tegar. Di dalam hatinya, ia merasakan campuran antara kesedihan dan tekad yang baru.
Nana berbicara pelan pada dirinya sendiri, "Aku harus mencari tahu siapa aku sebenarnya." Ia menundukkan kepalanya, merasakan beban perasaan yang ingin segera ia lepaskan.
Ia mengangkat wajahnya kembali, menatap cermin dengan mata yang penuh tekad. "Aku tidak mau berlarut-larut dalam kesedihan karena Kenzi yang malah memilih Shakira. Ini waktunya aku fokus pada diriku sendiri dan menemukan jati diriku."
Nana menghela napas panjang, merasakan sedikit beban terangkat dari dadanya. Ia berdiri, mengambil laptop dan membuka dokumen yang berisi rencana hidup dan impian-impian yang sempat ia tunda. "Ini saatnya aku melangkah maju," ucapnya sambil tersenyum tipis, siap menghadapi tantangan baru di hidupnya.
Sementara itu, Kenzi baru tiba di rumah orang tuanya. Ia menghela napas panjang, berkata pelan, "Shakira ternyata banyak maunya. Aku jadi harus merogoh tabunganku untuk menambah mahar. Padahal aku tak mau keluar uang sama sekali untuk pernikahan ini. Semua yang biayai ayah. Dan ya, Nana. Semoga saja uang Nana diganti ayahnya agar setelah menikah Nana tak membahas itu."
Kenzi menghela napas lagi, lalu keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Ketika Kenzi akan membuka pintu kamarnya, ia mendengar suara ibunya, Dita, memanggilnya.
"Ken?" panggil Dita.
Kenzi mengurungkan niatnya membuka pintu dan menoleh ke arah Dita. "Iya, Bu?"
Dita bertanya, "Bisa kita mengobrol sebentar? Ini tentang pernikahanmu."
Kenzi pun mengangguk. "Ya, tentu saja, Bu."
Dita mengajak Kenzi mengobrol di ruang keluarga. Setelah keduanya duduk, asisten rumah tangga menyajikan minuman untuk mereka. Saat menyajikan minum, Dita berkata pada asisten rumah tangga itu, "Bibi, bisa langsung istirahat setelah ini ya."
Asisten rumah tangga itu pun mengangguk. "Baik, Bu. Terima kasih."
Dita mengangguk dan asisten rumah tangga itu pun pergi menjauh, meninggalkan Dita dan Kenzi yang duduk bersama di sofa ruang keluarga.
Dita lalu bertanya, "Dari mana kamu, Ken? Kamu tak pernah pulang selarut ini kalau bekerja."
Saat itu sudah pukul sembilan malam, dan Kenzi masih memakai pakaian kerjanya. Kenzi menjawab, "Aku habis menemani Shakira, Bu. Kami membeli perhiasan tambahan untuk maharnya."
Dita menghela napas. "Ken, ibu ingin bicara jujur denganmu. Ibu dan ayah sebenarnya tidak setuju dengan pembatalan pernikahanmu dengan Nana. Kenapa kamu begitu mendesak untuk menikah dengan Shakira?"
Kenzi terdiam sejenak, lalu menjawab, "Bu, aku sudah merasa lebih cocok dengan Shakira. Aku tahu kalian lebih suka Nana, tapi aku yang akan menjalani kehidupan ini, bukan kalian."
Dita menatap Kenzi dengan sorot mata yang penuh kekhawatiran. "Tapi Ken, kamu tahu kan, Nana sudah banyak berkorban untukmu? Dan lagi, kita belum benar-benar mengenal Shakira."
Kenzi menjawab dengan tegas, "Bu, aku tahu apa yang aku lakukan. Aku sudah memikirkan ini matang-matang. Tolong mengerti keputusanku."
Dita menghela napas panjang, merasa bingung dan cemas tentang masa depan anaknya. "Baiklah, Ken. Ibu hanya ingin yang terbaik untukmu. Tapi, tolong pikirkan lagi baik-baik keputusanmu ini."
Kenzi mengangguk. "Iya, Bu. Aku mengerti."
Setelah itu, Dita membiarkan Kenzi masuk ke kamarnya untuk beristirahat, sementara ia sendiri terus memikirkan masa depan anaknya dengan penuh kekhawatiran.
“Aku kok merasa Shakira itu tidak akan cocok dengan Ken,” ucap Dita pelan.
Sementara itu di rumah Ganang, Nana keluar dari kamarnya dan berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum. Di dapur, ia bertemu dengan Shakira yang sedang mengambil camilan. Shakira melihat Nana dan mendekatinya dengan senyum sinis.
"Kak, kakak harus hadir ya di pernikahanku dengan Kak Ken. Tapi awas ya, jangan pakai baju pengantin, karena akulah pengantinnya," kata Shakira dengan nada mengejek.
Nana tak habis pikir dengan ucapan Shakira. Ia lalu berpikir, ‘apa Shakira tahu aku ini hanya anak angkat, jadi begini sekali padaku?’
Melihat Nana yang malah bengong, Shakira berkata, "Kakak! Jangan bengong gitu dong. Kakak harus terima kenyataan. Jangan sampai nanti jadi gila ya karena Kak Ken memilih aku."
Nana benar-benar sakit hati karena ucapan Shakira. Namun, saat ia ingat sesuatu, ia tersenyum dan mengatakan hal yang membuat Shakira terdiam.