Dilema Diklat

1551 Words

Inara meletakkan bubur ayam yang dipesannya melalui aplikasi online di atas meja. Kali ini, ia hanya mampu memasukkan tiga sendok ke dalam mulutnya. Butuh perjuangan untuk bisa menelan makanan bertekstur lembut yang terbuat dari beras tersebut. Lidahnya terasa semakin pahit. Begitu juga dengan perutnya yang kerap mual. “Kamu nggak jadi berangkat diklat?” tanya Yasmin setelah membuka pintu kamar Inara. Ia heran kenapa teman satu indekosnya itu belum bersiap ke kampus. Biasanya Inara setiap ada acara di kampus selalu datang lebih awal. “Nggak kuat aku, Yas.” Nada bicara Inara terdengar lemah. Perutnya semakin tidak nyaman. Inara paling benci dengan sakit perut. Semua akan terasa tidak mengenakkan. “Kenapa?” Yasmin menautkan kedua alis matanya. Gadis yang masih mengenakan handuk pada rambu

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD