Inara terdiam seraya menatap ponselnya. Ia masih memegang benda pintar tersebut dan membiarkannya tetap berdering. Pandangannya beralih ke arah Syabil. Suaminya itu langsung memberi respon dengan anggukan. “Angkat aja.” “Boleh?” Syabil menggerakkan kepalanya naik dan turun. Ia bahkan mengacungkan ibu jari. Permasalahan dengan orang ketiga harus segera diakhiri demi masa depan pernikahannya. Inara menggeser tombol hijau ke atas. Sapaan salam menjadi pembuka percakapan. “Iya, Mas. Kenapa?” “ Kondisi Inara udah membaik?” “Alhamdulillah udah.” “Aku boleh ke kos sekarang, nggak?” “Mau ke kos?” Inara balik bertanya seraya mengerjap kaget. Ia meminta pendapat sang suami dengan sorot matanya. Syabil kembali menganggukkan kepala. “Tapi, aku lagi gak di kos, Mas.” “ Masih di rumah sakit? K