The Truth

1126 Words
AUTHOR POV                 Cena pulang ke rumah nya dengan perasaan yang begitu kesal, ia masih terus mengingat apa yang ia lihat pagi tadi, apa yang Celine lakukan dengan Al, sepanjang hari perasaannya seakan terus di permainkan, ia tahu ini salah hanya saja Cena selalu berpikir sebelum janur kuning melengkung berarti Cena masih punya harapan untu bersama dengan Al, lagi pula Mia mendukung nya, tidak ada alasan bagi Cena untuk mundur sekalipun Haru meminta nya untuk mundur demi Celine.                 “Ibu mana bi?” Tanya Cena kepada Bi Asri, ia melihat mobil sang ibu sudah terparkir rapih di halaman rumah, namun setelah mencari ibu nya di mana-mana Cena tak kunjung menemukan wanita yang telah melahirkannya itu.                 “Dimana ya non? Tadi saya lihat ada di belakang, lagi ngasih makan ikan-ikan.” Jawab Bi Asri. Cena mengangguk kemudian ia berjalan ke belakang dan menemukan ibu nya sedang duduk bersantai sembari memberi makan ikan-ikan kesayangannya. Cena mendekati ibu nya, duduk di sebelah wanita paruh baya itu sembari memasang wajah yang tertekuk. Mia yang menyadari kehadiran putrinya langsung berhenti memberi makan ikan, kemudian menyambut Cena dengan pelukan.                 “Hey… kak kenapa sayang? Kok mukanya di tekuk gitu? Lagi banyak banget ya pasiennya? Kakak capek banget ya?” Ucap Mia sembari mengusap lembut bahu Cena. Namun Cena menggeleng pelan, air matanya sudah di ujung lantas ia memeluk ibu nya dengan erat.                 “Cena… Cena ada salah yaa bu sama Celine? Kayak nya Celine gak bisa banget liat Cena bahagia.” Ucap Cena dengan air mata yang bercucuran di pipi nya.                 “Loh sayang… Celine kenapa? Adek kamu kenapa, kok Cena sampai ngomong gitu?” Balas Mia, ia mengusap air mata Cena, namun di saat yang sama tangis Cena semakin menjadi-jadi, Mia sampai tidak tahu harus berbuat bagaimana untuk menenangkan Cena.                 “Kak… ayo dong, jangan nangis, kasih tau ibu, adek kamu ngapain sampai kamu ngomong gitu? Udah berhenti nangis nya, cerita ke ibu.” Sambung Mia, lagi.                 “Semua ini karena ibu, coba aja ibu lebih mau jodohin Cena sama Mas Al, mungkin sekarang Celine gak akan semena-mena sama Cena, ibu gak tau aja apa yang Celine lakuin tadi pagi! Dia sengaja mesra – mesraan sama Mas Al di mobil, suap-suapan, sampai cium tangan dan cium pipi Mas Al! pas Celine udah sampai kantor nya dan Cena mau pindah ke samping Mas Al, Celine bahkan sampai terang-terangan buat ngelarang Cena pindah, dan Cena malu banget bu! Apalagi Celine terus mojokin Cena tadi!” Ucap Cena dengan suara yang lebih keras di banding tadi.                 “Ibu kan udah ngenalin Cena juga ke Al… ini juga sekarang Ibu udah minta Celine untuk mundur, biar Cena aja yang sama Al. sekarang tugas Cena aja gimana caranya supaya Al lebih tertarik ke Cena… maaf ya ibu gak bisa bantu banyak, ibu juga gak mau bikin adek kamu lebih sakit hati, kamu lihat kan sekarang? Celine sampai gak mau ngomong sama ibu gara-gara masalah ini? Ibu juga mau kalian berdua bahagia, ibu gak mau ngeliat kalian berdua kayak gini, kalian itu saudara, ibu sayang sama kalian berdua.” Ucap Mia, Cena memalingkan wajah nya enggan menatap mata sang ibu.                 “Aku gak mau tau, aku gak mau lihat Celine sama Mas Al, kalau aku gak bisa dapat Mas Al, berarti Celine juga gak boleh sama Mas Al.” Balas Cena, kemudian ia berdiri dari tempat duduk nya, meninggalkan Mia sendirian dengan perasaan campur aduk, sebab tidak tahu harus berbuat apa, kedua putri nya menginginkan satu laki-laki yang sama. *****                 Pukul sepuluh malam, Celine baru sampai di rumah, perasaannya sedikit membaik setelah di ajak makan di pinggir pantai oleh Al, pria itu tahu sekali bagaimana cara membuat Celine senang, padahal tindakannya sederhana, ia cukup mengajak Celine makan sembari mengobrol tentang banyak hal, lelucon konyol yang bahkan terdengar garing di telinga Celine sukses membuat mood Celine akan bagus sepanjang malam. Saat membuka pintu rumah, terlihat Haru yang sedang menonton Televisi, ia sendirian, tidak ada Mia maupun Cena yang menemani nya seperti semalam, Haru langsung mengecilkan volume televisi nya saat sadar bahwa Celine sudah pulang.                 “Dek… udah pulang.” Ucap Haru. Celine mengangguk kemudian mendekati papa nya dengan senyum manis, mood nya sudah benar-benar membaik. “Iya dong, papa lagi nonton apa nii?” Balas Celine, ia menyandarkan tubuh nya di badan Haru, menghirup aroma khas tubuh papa nya yang membuat Celine selalu merasa tenang setiap kali berada di samping pria itu.                 “Papa nonton talk show ini pada lucu - lucu banget, kamu dari mana aja? Kok pulang nya lama banget? habis dari mana emang dek?” Tanya Haru.                 “Tadi habis makan di deket pantai sama Mas Al, tempatnya bagus banget deh pa, makanannya juga enak banget, itu tuh tempat makan punya nya temennya mas Al, bagus! Nanti kapan-kapan kita kesana yaa bareng.” Ucap Celine.                 “Oalah sama Mas mu ta, emang dia gak sibuk di rumah sakit? Jangan maksa yaa kasihan dia nanti capek, kamu tau sendiri kan kalau dokter itu gimana.” Ucap Haru. Celine mengangguk “Iya tauu, orang dia nya yang nawarin gara-gara gak jadi dinner keluarga kemarin.”                 “Bagus kalau gitu, oh iya, papa mau nanya sama Celine, tapi Celine jangan tersinggung ya sayang ya, ini papa nanya biasa aja.” Celine mengangguk, bersiap mendengarkan apa yang akan papa nya katakan.                 “Papa dua hari ini merhatiin Celine, kayak aneh aja, Celine gak ikut sarapan bareng, muka nya bete terus, terus pas pergi gak pamit sama ibu, kalau di ajak ngomong sama Cena juga makin galak, kenapa sayang? Ada masalah apa nak sama ibu sama Cena? Papa udah nanya ke ibu, tapi papa juga pengen dengar dari Celine. Kok bisa se marah itu sayang?” Tanya Haru, ia berusaha selembut mungkin berbicara kepada Celine, takut-takut menyakiti hati putri nya itu. ia tahu jelas bagaimana Celine, bisa – bisa kalau salah sedikit, ia bisa tersinggung.                 “Emang papa dengar apa dari ibu?” Balas Celine, ia memperbaiki posisi duduk nya, menatap papa nya dengan seksama.                 “Hmmm apa benar, Celine cemburu sama Cena gara – gara Cena dekat sama Al? terus Celine marah karena sempat di nasihati oleh ibu?” Ucap Haru. Celine tertawa sinis. “Oh ibu ngomong gitu ke papa? Hahah! Au ah lucu banget, ibu kentara banget ngebedain Celine sama Cena, sampai ibu berani bohong ke papa soal itu. manipulatif banget heran, udah ah aku capek banget, gak mau bertele – tele, ibu minta aku mundur sama mas Al karena Cena naksir sama Mas Al, udah gitu aja intinya, papa terserah mau percaya sama siapa, Celine gak maksa papa kok tenang aja.” Haru tentu saja kaget dengan apa yang ia dengar, ia tahu bahwa Cena memang nakal, namun selama ini tidak sekalipun Cena pernah berbohong kepadanya, bahkan dengan alasan apapun.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD