Tau apa kamu?

1065 Words
                “Celine, nanti malam jadi?” Tanya Al. mereka bertiga sedang terjebak macet menuju kantor Celine, untung saja mereka berangkat lebih awal sehingga mereka tidak terlalu khawatir jika terlambat.                 “Iya jadi dong Mas.” Balas Celine, lalu Al mengangguk.                 “Mas kalau ada minimarket, mampir dulu ya, aku mau beli cemilan tadi di rumah gak sempat sarapan.” Sambung Celine, Al merogoh dashboard mobilnya, mengeluarkan kotak bekal milik nya lalu di serahkan kepada Celine, ia juga belum sempat sarapan karena hari ini ia sedikit sibuk sehingga ia harus datang ke rumah sakit lebih cepat.                 “Loh, ini kan bekal Mas Al, kamu jangan makan itu Celine, kalau hari ini padat banget mas Al bisa-bisa sampai gak sempat makan nanti.” Ucap Cena secara reflek ketika Celine membuka tutup dari kotak bekal tersebut, namun Celine tetaplah Celine, semakin ia di larang oleh orang yang tidak ia suka maka ia akan semakin melakukan apa yang ia ingin lakukan.                 “Tidak apa-apa Cena, lagian Celine juga belum sarapan. Tidak masalah.” Balas Al, Celine tersenyum puas mendengar jawaban yang Al berikan kepada Cena. Dengan sigap Celine meraih beberapa tissue agar tidak membuat mobil Al berantakan, dengan sigap Celine menyuapi Al dengan makanan yang ada di tangannya, tak hanya Cena yang kaget akan apa yang ia lihat, Al pun kaget, Celine tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya, namun di lihat dari ekspresi wajah nya Celine biasa saja ia bahkan bergantian menyuapi dirinya sendiri.                 “Mas, gak apa-apa kan kalau aku suapin? Ini sih sekalian ngebiasain diri, biar pas kita udah nikah nanti , kita gak akan kaku-kaku amat.” Ucap Celine sembari menampilkan senyum termanis nya, sengaja, agar Cena panas. CELINE POV                 Sebutlah diriku tidak tahu malu atau apa, aku yang sering kali menghindar setiap kali berusaha di dekati oleh Mas Al, tiba-tiba berinisiatif untuk menyuapinya makanan, bukan karena aku sudah berubah haluan atau apa, tapi di belakang kami ada Cena, saudara kembar ku yang berusaha menarik perhatian Mas Al. setelah di buat kesal oleh ibu dan Cena pagi ini, aku tentu saja tidak bisa diam aku juga bisa menunjukan bahwa aku bisa mempertahankan apa yang aku mau bahkan tanpa dukungan ibu ku sendiri.                 “Kenyang ga? Kalau belum, kita mampir dulu ke McD buat beliin kamu paket breakfast nya.” Ucap Mas Al ketika melihat kotak bekalnya sudah kosong karena telah habis kami makan.                 “Nggak mas gak usah, udah kenyang kok ini. Terimakasih ya makanannya.” Ucap ku setelah menenggak segelas air mineral yang kebetulan ada di mobil calon suami ku itu. aku tidak tahu apa yang Cena rasakan di belakang sana, tapi melihat wajah nya melalui pantulan kaca, membuatku cukup merasa puas akan apa yang aku lakukan kepadanya, setidaknya dia harus tahu batasan, sekalipun ia telah di dukung oleh ibu.                 “Celine, sebaiknya besok kamu sarapan di rumah aja, kalau seperti ini jadinya kamu malah ngerepotin Mas Al, kan kasihan.” Ucap Cena, aku tahu ia sedang cari muka, agar Mas Al menaruh simpati kepadanya, namun aku hanya tersenyum licik sembari menggeser tubuh ku sedikit agar bisa menatap wajah nya langsung ketika menengok ke belakang.                 “Tahu apa sih kamu tentang CALON SUAMI KU?” Balas ku dengan senyum licik di wajah ku. Sebenarnya aku tidak mau bertingkah sejahat ini kepada Celine, namun sejak tadi ia terus berusaha menunjukan kepadaku bahwa ia terus mencari perhatian kepada Mas Al.                 “Celine, gimana sama persiapan yang kamu bilang? Gedung, dekor, dan lain-lain, sudah ada yang jalan? Ibu nanya, katanya jangan terlalu lama.” Ucap Mas Al tiba-tiba.                 “Oh iya, udah kok, aku udah ngehubungin beberapa WO kalau cocok nanti deal nya minggu ini, gampang deh itu.” Jawab ku, mas Al mengangguk bersamaan dengan kami yang sudah sampai di kantor ku. Saat baru saja aku ingin turun dari mobil, ku lihat Cena juga turut membuka pintu, hendak turun dari mobil.                 “Lo mau kemana?” Tanya ku. Cena menengok ke arah ku “Mau pindah ke depan.” Jawab nya tanpa rasa malu.                 “Loh? Gak usah. Gak boleh.” Ucap ku.                 “Kenapa?”                 “Lah emang kenapa? gua calon istrinya, lo ngapain mau duduk di sebelah calon suami gua? Lo di belakang aja.” Jawab ku, sebelum turun aku menarik tangan mas Al untuk ku salimi, tidak lupa mengecup pipi nya, ya walau aku tau pria itu kaget, biarlah, dari pada Cena seenaknya saja kepada kami.                 “Cel-” Ucap Mas Al, aku tersenyum lalu turun dari mobil, sekilas melirik Cena dengan tatapan tajam.                 “Sampai ketemu nanti sore mas.” Ucap ku sembari tersenyum manis dan melambaikan tangan bersamaan dengan mobil mas Al yang perlahan menghilang dari pandangan ku. Aku berjalan masuk menuju kantor ku, menyapa orang-orang yang aku kenali, lalu berakhir dengan duduk manis di ruangan ku, akhir-akhir ini pekerjaan ku sedang banyak-banyak nya, bahkan kemarin aku di minta untuk dinas ke luar kota selama satu minggu namun tentu saja aku menolaknya, bukan karena malas, hanya saja aku tahu itu adalah tugas orang lain yang sengaja di berikan kepada ku agar orang itu bisa makan gaji buta sementara aku yang melakukan pekerjaannya.                 “Cel, ntar malam mau join gak? Udah lama nih gak main bareng.” Tania menghampiri ku, karena kebetulan ruang kerja kami sama dan kami sama-sama lulusan di suatu universitas yang sama, jadi kami bisa lebih akrab dari yang lain, Tania sudah menikah, hanya saja suami nya sering tidak berada di rumah, karena suami nya adalah seorang pelaut, sehingga ia masih sering mengajakku untuk main ke club malam bahkan sampai subuh, itu semua, tentu saja tanpa sepengetahuan suami nya.                 “Gak deh, ntar malem gua mau keluar soalnya sama calon laki gua.” Balas ku. Tiba-tiba ekspresi wajah Tania berubah, ia menaikan satu alisnya sembari menatap ku dengan tatapan jahil.                 “Calon laki gua? Yang manaa tuh? Yang sering anter jemput? Yang kemaren lo ngamuk-ngamuk gara-gara lo gak mau? Hahah! Udah luluh lo yaa sekarang.” Balas nya. Aku menggelengkan kepala sembari tertawa, Tania masih ingat bahwa aku pernah sampai hampir menangis di hadapannya hanya karena tidak mau di jodohkan dengan Mas Al.                 “Gila lo, yaudah lah let it flow aja buu, lagian doi baik banget sama gua, perhatian juga, aman kayak nya kalau di jadiin suami.” Balas ku.                 “Yaa yaudah, baik-baikin deh, jangan bar-bar amat sama dia, jangan sampai pas lo berdua habis nikah, dia malah kepincut sama cewe yang lebih kalem dari pada lo.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD