sikap Aisyah

1017 Words
“Hust! Aisyah! Tidak boleh begitu, gak sopan kamu ngomong gitu di depan mbak mu.” Tegur ibu mertua ku kepada Aisyah. Aku tidak tahu seberapa dekat Aisyah dengan keluarga suami ku, tetapi dari tingkah dan juga cara bicaranya, mereka jauh lebih dekat dari yang aku perkirakan. Aku juga dekat dengan saudara dari papa dan juga ibu ku, hanya saja aku tidak mau terlalu lancang seperti Aisyah, oke mungkin aturan di keluarga kami berbeda. “Emang bener kan mbak?” Tanya Aisyah, lagi. aku memandangnya dengan tatapan jengah, penasaran mengapa ia bersikap seperti itu di hadapan ku. Seharusnya karena kami sama-sama perempuan dan ia terhitung sebagai adik ipar ku dengan jarak umur kami yang tidak terlalu jauh, kami seharusnya bisa akrab bukan? Tetapi ia malah memberi pembatas di antara kami. “Gak kok Aisyah, semua yang kamu pikirin itu gak benar. Aku juga gak mungkin bilang tentang gimana aku sama Mas Al kalau berdua, doain aja ya, aku sama Mas Al cepet dapat momongan.” “Ya semoga.” Balas nya ketus. Hari itu berjalan lancar, walau seharian penuh Aisyah terus berkata ketus kepada ku, apa lagi ketika aku melakukan sesuatu hal yang kecil yang tidak biasa di rumah itu, seperti menyanyi di kamar mandi, misalnya, ia terus mengoceh hanya karena hal se-sepele itu. aku juga hampir saja tidak bisa menahan diri ku untuk menegur nya, tetapi mengingat bahwa rumah ini adalah rumah mertua ku, membuat ku tidak bisa bergerak banyak, apa lagi aku masih baru di sini. “Neng, kapan-kapan nginap di sini lagi ya?” Ucap tante Widya dari arah bawah ketika melihat ku menggeret koper dari lantai atas menuju lantai bawah, karena baru saja mendapat telfon dari Mas Al bahwa ia sudah masuk ke dalam area kompleks. “Aah, iya bu, pasti. Nanti kalau ada waktu senggang aku kesini sama mas buat nginep ya.” Jawab ku. Belum sampai di anak tangga terakhir, suara Mas Al sudah terdengar, ia lantas berlari menghampiri ku ketika melihat ku sibuk dengan koper di tangan ku. “Ini berat cantik, harusnya kamu nunggu aku biar aku yang bawa. Ayo turun.” Mas Al mengambil koper dari tangan ku, lalu kami turun bersama. Oke Mas Al memang lebih dari sesuatu ia senang sekali melakukan hal-hal kecil yang mungkin menurut orang lain, itu adalah sesuatu yang tidak penting. “Mas sudah mau pulang?” Tanya Aisyah. Mas Al mengangguk. “Iya, besok Celine sudah masuk kerja juga, harus pulang sekarang biar sekalian bisa istirahat di rumah.” “Kerja? Bukannya lebih baik gak usah kerja ya? Biar fokus sama rumah tangga dulu. Kalau kerja gitu kan nanti nya jadi gak fokus ngurusin Mas. Iya kan?” Sambung Aisyah. “Bukan urusan mu Aisyah.” Balas Mas Al. sejak tadi ku lihat wajah ibu mertua ku sudah masam sekali, aku yakin pasti setelah ini Aisyah akan mendapat teguran, sejak tadi, sejak pagi ia terus menyudutkan ku, entah apa maksud nya, padahal aku sudah berkali-kali berusaha untuk terlihat bersahabat dengannya. “Sudah, kalian berdua hati-hati ya sayang, kalau perlu apa-apa telfon ibu. Gak usah pamit ke bapak, bapak masih lama di belakang, nanti ibu yang kasih tau.” Aku dan mas Al mengangguk, kemudian mencium tangan ibu sebelum pergi. Di mobil, Mas Al berulang kali minta maaf atas ucapan Aisyah, ia merasa tidak enak kepada ku karena Aisyah terlalu kasar. “Maaf ya, dia memang tidak terbiasa dengan orang baru, mungkin dia cemburu karena ibu jadi perhatian banget sama kamu, maklum, dia udah dari kecil di ambil sama ibu.” Ucap mas Al. Aku mengangguk mengerti, setidaknya aku tidak tinggal satu rumah dengan Aisyah, kalau saja itu terjadi, mungkin aku bisa gila, aku tidak bisa lama-lama dengan orang yang terlihat menyebalkan. “Iya, santai aja, gapapa kok.” Balas ku. Sial nya, kami berdua terjebak macet, setengah tujuh di Jakarta adalah jam-jam krisis, semua orang berlomba-lomba untuk pulang ke rumah, termasuk aku dan Mas Al. ia berkali-kali mengganti posisi duduk nya, agar bisa nyaman, aku tahu ia pasti sudah sangat kelelahan. “Tukar yuk Mas, aku pengen nyetir.” Ucap ku. “Tidak usah Celine, nanti kamu capek, sudah duduk tenang saja di situ.” Balas nya. “Nggak, malah kalau duduk kayak gini doang bisa capek, yuk tukar lagian juga aku udah lama gak nyetir, takut lupa. Aman kok ini, ada mas juga yang liatin. Ayo gantian.” Balas ku. Sebenarnya bukan itu tujuanku, aku hanya ingin bertukar posisi agar ia bisa beristirahat, seharian bekerja di rumah sakit lalu menjemput ku pasti sudah sangat melelahkan. “Yasudah.” Balas nya. Akhirnya, Mas Al mau bertukar tempat dengan ku. Belum lama setelah bertukar tempat dengan ku, ia sudah tertidur di kursinya, terlihat jelas dari raut wajah nya bahwa ia sedang kelelahan. Di saat sibuk menikmati macet nya jalanan, tiba-tiba ponsel Mas Al bergetar, terlihat jelas dari tempat ku duduk seseorang baru saja mengubungi nya, pesan teks dari nomor hp yang tidak ia simpan. Mas, sudah sampai rumah? Kabarin adek ya. “Apaan nih?” Desis ku ketika membaca pesan tersebut. Siapa yang menghubungi suami ku dengan cara yang seperti ini? Apa jangan-jangan Mas Al punya perempuan lain? Tapi tidak mungkin, Mas Al bukanlah orang yang seperti itu, tapi entahlah kenapa aku malah jadi merasakan perasaan aneh? Dadaku terasa sesak walau belum tahu siapa yang mengirim pesan tersebut. Apa aku cemburu? Bisa jadi itu adalah temannya, iya kan? Tapi teman mana yang tiba-tiba perhatian dengan suami orang? Di sepanjang jalan, aku terus memikirkan siapa si pengirim pesan tersebut. Berani-berani nya ia menghubungi suami orang, apa ia tidak memikirkan bagaimana perasaan istri dari orang yang ia hubungi jika membaca pesan seperti itu? “Mas bangun.” Ucap ku ketika kami berdua sudah tiba di rumah. Aku langsung turun dari mobil tanpa menunggu Mas Al, ponsel nya ku simpan di tangannya agar ia mengerti bahwa aku baru saja membaca pesan yang ada di sana. “121295” ucap mas Al sembari memberikan ponsel nya kepada ku. Aku menatap nya bingung. “Apa?” Tanya ku, tidak mengerti. “Password hp nya, tanggal lahir kamu. Di baca saja yang mau kamu baca, yang tadi kirim SMS itu Aisyah.” Ucap nya. Ak mematung di tempat ku, kemudian menatap punggung nya dari belakang dengan rasa bersalah. Sial, aku terlalu overthinking, padahal bisa menanyakan hal itu secara baik-baik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD