punya anak / tidak?

1050 Words
One of the most favorite things dari Mas Al yang aku suka adalah, sosok nya yang sabar. Pagi tadi aku sedang merapihkan barang-barang di ruang baca nya, ada satu buku, aku tau, bukunya limited edition, dan aku malah tidak sengaja menumpahkan air di atas buku nya. Aku sungguh merasa bersalah namun Mas Al biasa saja, ia bahkan tidak marah. Padahal jika aku yang ada di posisi nya, aku pasti sudah merasa bersalah. “Maaf ya mas. Nanti aku cariin ganti nya.” Bisik ku kepada Mas Al di saat kami berdua tengah menonton televisi. “Iya, saya kan tidak marah.” Jawab nya. Walaupun dia berkata seperti itu tetap saja aku merasa bersalah. Libur ku masih tersisa tiga hari, sementara besok, Mas Al sudah harus kembali bekerja. Ya resiko punya suami dokter memanglah seperti ini. Jadi selama dua hari ke depan, aku akan sendirian di rumah ini hingga Mas Al pulang, itu pun kalau tidak lembur. Karena ibu mertua ku juga akan pulang besok pagi. “Besok tidak apa-apa di rumah sendirian?” Tanya nya. Aku mengangguk, mata ku menatap lurus ke arah televisi yang sedang menayangkan serial drama korea favorite ku, mata ku tak lepas dari sana sejak tadi, mumpung masih libur dan aku tidak punya kegiatan apa-apa, seharusnya setelah resepsi kemarin kami honeymoon tapi aku memilih untuk menundanya, honeymoon apa yang di lakukan tanpa dasar cinta? Yang ada hanyalah liburan semata tanpa niat dan hasil apa-apa. “Atau mau ikut ke rumah sakit saja? Tapi jangan, bahaya tidak baik buat kamu.” Tanya Mas Al. aku lagi-lagi menggeleng, lalu sekilas menatap nya, ia menyandarkan tubuh nya di sandaran sofa, matanya menatap ku dalam-dalam. “Kalau ngomong gak usah kaku banget dong mas, berasa lagi ngomong sama google. Coba deh saya-kamu nya di ganti jadi aku-kamu.” Ucap ku. “Iya Celine.” Jawab nya pasrah. Aku tersenyum, ahh lucu sekali suami ku. ***** “Ibu mau pulang sekarang?” Tanya ku ketika ibu mertua ku tiba-tiba pamit pulang, padahal katanya ia akan pulang besok. “Iya, bapak udah di jalan ternyata, kasihan nanti kesepian di rumah. Makasih yang neng ibu senang banget di sini, nanti ibu sama bapak ke sini lagi yaa, baik-baik sama mas mu di rumah. Eh Mas, tuh istrimu perhatiin, jangan di anggurin, jangan baca buku terus.” Ucap tante Widya kepada kami berdua. “Aku yang terimakasih sama ibu, ahh seneng banget, nanti kapan-kapan aku sama mas main ke rumah ya bu. Ibu hati-hati ya pulang nya.” Sambung ku. Aku memeluk ibu mertua ku hangat, padahal rasanya menyenangkan sekali ketika ibu di sini, rasanya jadi lebih ramai. “Iya bu, hati-hati, telfon kalau sudah sampai.” Ucap Mas Al. sebenarnya kami mau mengantar ibu pulang tapi sopir pribadinya ibu sudah terlanjur datang jadi kami berdua hanya bisa mengantar nya sampai ke depan rumah. Aku melambaikan tangan ke arah ibu mertuaku bersamaan dengan mobil nya yang perlahan bergerak, menghilang dari pandangan kami. “Sepi lagi deh…” Ucap ku pelan, namun masih bisa terdengar oleh Mas Al. “Iya, dan bakal sepi terus, kecuali kalau kita sudah punya anak.” Jawab nya. “Emang kamu udah siap?” Tanya ku. Tanpa menjawab, Mas Al langsung menarik tangan ku masuk ke dalam rumah, mengunci pintu dengan satu tangan kemudian mengangkat tubuh ku menuju kamar kami yang ada di lantai dua, aku tentu saja kaget melihat perubahan sikap Mas Al dari tenang menjadi agresif seperti saat ini. “Mas…” Ucap ku. “Kata kamu, rumah nya sepi, ayo kita bikin ramai.” Ucap nya tepat di telinga ku, rasanya beribu kupu-kupu beterbangan di perut ku, Tangannya menjamah bagian-bagian sensitif di tubuh ku dengan sangat lihai, beberapa kali ia sengaja menjilat leher ku dan memberikan sensasi yang luar biasa kepada ku. Entah bagaimana awalnya hingga kini aku sudah berada di atas pangkuannya, bibir kami saling berpagutan, sebelah tangannya sudah masuk ke dalam tanktop yang sedang aku pakai, melepas kaitan bra, lalu tangannya menjamah ke area sensitif di tubuh ku. “Ahh mas.” Desah ku spontan ketika tangannya terasa dingin di kulit ku. “Gak apa-apa?” Tanya nya. Aku mengangguk, memberi lampu hijau. Setelahnya, Mas Al nampak lebih liar lagi kali ini dengan gerakan secepat kilat, ia melepas pakaian bagian atas ku tanpa menyisahkan sehelai benang pun, rasanya malu, tapi mengingat bahwa ia adalah suami ku jadi aku membiarkannya saja walau rasanya campur aduk, terlebih ketika aku merasakan ada sesuatu yang aneh yang sedang aku duduki saat ini, kalian tahu bukan? “Too hard babe, gak sesak apa?” Aku melepas ciuman kami, lalu berbisik di telinga Mas Al. setelahnya aku turun dari pangkuannya, kini gantian aku yang menjamah bagian sensitif nya. Rasanya puas ketika menyentuh benda itu untuk pertama kali dan melihat ekspresi suami ku yang membuat ku berdebar, ya, dia menyukainya. “Kamu belajar dari mana cantik?” Tanya nya dengan suara yang berat, di sela-sela kenikmatan yang ia rasakan. “Bisa sendiri.” Jawab ku sembari tersenyum nakal. Aku bermain-main di bawah sana, cukup lama, hingga akhirnya Mas Al tidak bisa menahan dirinya lagi, ia mengangkat tubuh ku, lalu di hempaskan di atas kasur, aku tersenyum nakal ketika ia mulai membuka helaian kain terakhir di badannya, dan di detik selanjutnya ia kembali menerkam ku, leher ku habis oleh nya, tangannya semakin liar menjamah tubuh ku, lalu mata kami bertemu, aku yakin ia pasti bisa mendengar degub jantung ku. “Ini bakal sedikit sakit, di tahan ya.” Ucap nya tepat di telinga ku. Aku mengangguk pelan, jantungku berdebar kencang, tepat bersamaan dengan sesuatu yang terasa sakit luar biasa di bawah,aku bahkan sampai mentikan air mata, sakit sekali, jauh lebih sakit dari yang aku bayangkan. “Ahh cel…” Ucap nya spontan ketika ia berhasil memasuki ku, ada sesuatu yang terasa robek di bawah sana. “Mas… sakit.” Ucap ku, Mas Al tak henti-hentinya menciumi ku, berusaha meredakan rasa sakit di bagian bawah ku, ia diam sesaat, dan pelan-pelan ia mulai bergerak, awal nya masih terasa sakit dan di menit-menit selanjut nya, rasa sakit itu sudah di gantikan dengan kenikmatan yang hampir membuat ku gila, aku tidak sadar ketika meracau merasakan kenikmatan, sementara Mas Al ia memang tidak bersuara namun ekspresi nya mampu membuat ku paham bahwa ia juga menikmati permainan kami. “You like it?” Bisik nya di telinga ku. Aku mengangguk, aku ingin menjawab namun entah kenapa menjawab saja sulit rasanya karena sudah terlalu nikmat. “You like it hon?” Tanya nya, lagi. “Ahh yess, mas… faster.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD