Dengan siapa?

1045 Words
“Wuidihh pengantin baru nih.” Baru saja menginjakan kaki di kantor ledekan-ledekan itu terus tertuju pada ku. Maklum saja, aku baru saja masuk setelah menggelar acara pernikahan satu minggu yang lalu. Celine Elena Hartanuwidjaya, manusia yang setelah putus dengan pacar enam tahunnya berjanji untuk tidak akan mempercayai laki-laki manapun itu, namun sekarang mengingkari janji nya sendiri. Ia malah menikahi anak dari sahabat ibu nya sendiri. “Dih norak lo.” Ucap ku sembari tersipu malu ketika melewati teman-teman ku . mereka semakin bersemangat menggoda ku, bahkan beberapa dari mereka mengekor di belakang ku hanya untuk terus meledek. “Jadi gimana nih boss? Udah belum? Di tunggu yaa acara aqiqahannya.” Celetuk Syela yang mengekor di belakang ku, ia memang seharusnya ke ruangan yang sama dengan ku, hari ini ia yang akan mendampingi ku untuk meeting dengan client kami. “Norak lo Syel.” Balas ku. Rasanya ada yang aneh setelah kembali ke kantor, aku tidak bersemangat seperti biasanya. Rasanya aku ingin pulang saja, duduk di rumah, dan menonton serial drama korea favorite ku dengan segelas kopi di temani oleh Mas Al. oke, apa ini efek dari liburan sepuluh hari ku atau aku yang sudah nyaman dengan suami ku sendiri? “Mbak, gimana rasanya nikah?” Tanya Syela. “Ya enak.” “Apanya yang enak?” “Semuanya.” “Ya apanya mbak?” “Semua. Makan, tidur, jalan-jalan. Apa aja enak sama suami. Nikah aja kalau mau, keburu tua.” Jawab ku jujur, memang benar. Setelah menikah dengan mas Al apa saja menjadi menyenangkan. Nafsu makan ku jadi jauh lebih bertambah, tidur ku nyenyak, keuangan ku jauh lebih lancar, dan masih banyak lagi hal menyenangkan yang tidak bisa ku jelaskan satu per satu. Andai saja tahu kalau menikah semenyenangkan ini, mungkin aku sudah lama menikahi nya. “Skip dulu deh mba , itu kan seneng-senengnya doang gak tau drama nya hubungan suami-istri kayak gimana. Kayak Mba Wendy pas punya anak suami nya malah tiba-tiba selingkuh, nyelekit banget, padahal sebelum-sebelum nya suami nya tuh kayak cinta mati banget sama Mba Wendy, udah pernah gak di restuin, tapi masih gas aja, pas udah dapat restu terus nikah terus punya anak, malah kayak gitu, astagaa padahal Cuma gara-gara bentuk badan aja yang berubah, padahal mah bisa di kurusin itu.” Aku diam sejenak mencerna ucapan Syeila, perasaan ku jadi tiba-tiba campur aduk, yang punya dasar cinta saja bisa runyam seperti itu, bagaimana dengan aku dan Mas Al yang menikah hanya karena perjodohan? “Emang Wendy udah lahiran? Kapan? Terus suami nya selingkuh sama siapa?” Tanya ku. Setahu ku kandungan Wendy belum cukup sembilan bulan, masa iya ia sudah melahirkan? “Iya cepet lahirannya. Lima hari yang lalu, suaminya ketahuan selingkuh tiga hari pasca melahirkan, di rumahnya sendiri lagi, parah banget.” Jawab Syeila. Kami masuk ke dalam ruangan kami, aku menyapa teman-teman ku sebentar kemudian baru duduk di tempat ku, di meja kerja ku ada banyak sekali kado dari teman-teman ku yang tak sempat hadir ketika resepsi ku kemarin. Aku memang sudah duduk di depan meja kerja ku, mata ku terpaku pada laptop di hadapan ku namun pikiran ku melayang jauh, ucapan Syeila tadi terus terbayang-bayang di kepala ku, rasanya aku jadi takut sendiri untuk punya anak, aku tidak bisa membayangkan jika harus membesarkan anak ku seorang diri, membayangkan tubuh ku menjadi gendut dan Mas Al pergi bersama wanita lain membuat ku jadi bergeridik ngeri. Tapi permintaan mertuaku? Hahh aku jadi hampir gila sendiri memikirkannya walaupun itu Mas Al memang tidak terlihat seperti pecundang but… people could change in an instant right? “Cel, kerjaan lo udah di rekap tuh sama Dira, tinggal di cek aja ya.” Ucapan Emma membuat lamunan ku buyar, aku mengangkat jempol ku kemudian kembali fokus pada setumpuk file di atas meja kerja ku. List pekerjaan untuk hari ini lumayan sedikit, aku jadi tidak perlu terlalu memforsir tenaga ku untuk hari ini. ***** “Makan siang di mana nih? Gua pengen traktir.” Jeno si manusia yang baru saja naik jabatan beberapa minggu yang lalu tiba-tiba bersuara. Aku dan beberapa teman ku langsung menyoraki nya heboh. Akhirnya setelah tiga tahun menunggu, jabatannya naik juga, walau harus mengancam HRD kami dengan surat pengunduran diri dulu. “Songong lo ya, mentang-mentang jabatannya udah naik juga.” “Lah iya dong, ini namanya syukuran. Kemarin gak jadi-jadi mulu gara-gara nungguin Celine nikahan, sekarang orang nya udah di sini gas aja lah.” Jawab Jeno penuh dengan rasa semangat. Saat ini kami sedang duduk di dalam mobil nya, menyusuri Jakarta yang sedang terik-terik nya, padahal kami belum tahu mau kemana, tetapi mengikut saja, berhubung Jeno sedang semangat-semangat nya. “Makan ini aja, di resto yang waktu itu di ajakin makan bareng sama pak boss, yang pas syukuran proyek nya tembus 5M, gimana?” Celetuk Syela. Jeno langsung mengangkat jempol dengan penuh rasa semangat dan membawa kami ke sana, aku hanya diam saja, melihat antusiasme teman-teman ku yang begitu tinggi. Restaurant dengan nuansa sunda, dengan sungai kecil buatan di samping nya, lengkap dengan saung bambu yang membuat pengunjung nya merasa makan di pinggir sungai membuat restaurant itu tidak pernah sepi, aku yang pertama kali mengenalkan restaurant ini kepada boss ku, Aldo yang pertama kali membawa ku ke sini, sehingga mau tidak mau, restaurant nya jadi punya kenangan sendiri di kepala ku. “Ramai banget dah, udah kayak antri makan bakso aja.” Ucap Jeno sembari menunggu satu keluarga yang duduk di saung bambu yang akan kami duduki untuk pergi. Tidak lama kemudian akhirnya mereka selesai, dan kami berhasil duduk di sana. “Laki lo gimana Cel? Gimana sih rasanya nikah sama strangers? Aneh banget kan ya? Apa lagi doi terkenal banget, pas di selebgram itu nge up story di nikahan kalian, lima belas menit kemudian langsung trending di twitter, gila. Nama lo langsung naik.” Aku cukup kaget mendengar ucapan Jeno. Aku tahu salah satu kenalan Mas Al yang merupakan selebgram juga di undang, tetapi tidak tahu bahwa suami ku jadi tiba-tiba trending di twitter. Pantas saja followers nya tiba-tiba bertambah semakin banyak. “Oh pantes aja, followers nya laki gua nambah banyak, trending ternyata. Next time gua suruh dia buka endorse lah, lumayan cuannya.” “Panjang umur tuh orang nya lagi di ceritain, itu dia bukan? Arah jarum jam dua belas, tuh.” Jeno menunjuk seorang pria dengan kemeja hitam, dengan jas dokter di tangannya, tidak salah lagi, orang itu adalah Mas Al. tapi dengan siapa dia datang?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD