Tentang Al

1067 Words
                Al turun dari mobil, rasa nya begitu lelah karena seharian penuh telah bertemu dengan banyak orang dalam rangka pengembangan anak perusahaannya yang baru. Ia membuka pintu rumah, dan tidak mendapati adanya tanda-tanda kehidupan sama sekali di rumah itu. rumah dengan enam kamar, dengan dua lantai, delapan pembantu, sama sekali tidak terasa rumah bagi Al. Selama ini, rumah baginya adalah hanya sebuah tempat singgah saat ia mulai merasa kelelahan. Bukan seperti istana yang di bicarakan oleh orang-orang.                 Al menaiki satu per satu anak tangga, dan secara tidak sengaja, ia berpapasan dengan Celine. Celine Wanita yang ia pinang, tiga tahun yang lalu. Wanita yang berstatus sebagai istrinya, namun sama sekali tidak menunjukan bahwa mereka adalah sepasang suami istri.                 “Kamu mau kemana Celine?” Tanya Al. Ia menghentikan langkah nya, menunggu Celine hingga mereka berada di satu anak tangga yang sama.                 “Bukan urusan mu.” Jawab Celine dingin. Wanita itu tetap sama, sama sekali tidak ada yang berubah dari dirinya, sejak mereka pertama kenal, bahkan hingga saat ini. Al menarik napas panjang kemudian membuangnya dengan gusar. Celine tampil dengan penampilan yang cukup menarik perhatian kaum adam, ia memakai baju sepaha, dengan belahan tepat beberapa centi di bawah pinggul nya. Lengkap dengan heels super tinggi dan riasan wajah yang semakin membuat wajah Celine terlihat sangat menggoda.                 “Tentu urusan ku. Saya suami kamu, saya berhak tau kamu mau ke mana, sama siapa, dan pulang jam berapa. Berhenti memberi batasan tembok di antara kita Celine.” Ucap Al, lagi. Celine menyunggingkan senyum licik di wajah nya, menatap dalam-dalam mata Al dengan tatapannya yang mematikan. “Ketemu pacar ku.” Jawab nya dengan penuh keangkuhan. Al diam seribu bahasa ketika mendengar Celine berbicara seperti itu. tahun ini adalah tahun ke tiga pernikahan mereka, Al sama sekali belum pernah menyentuh Celine, mereka tinggal di satu rumah yang sama namun tidur di kamar yang berbeda, jarang ada interaksi di antara mereka, Celine tidak mau di nafkahi oleh Al, Celine tidak mau memberi Al hak nya sebagai suami, Celine tidak mau bersikap selayak nya seorang istri, Celine hidup sesuka hati nya tanpa peduli dengan Al.                 Celine Intania Gunawan. Wanita dengan paras cantik, hidung mancung, kulit pucat serta bibir tipis, lulusan salah satu universitas terbaik di Indonesia, memiliki karir yang bagus, kehidupan yang hampir di katakan sempurna. Lahir dari keluarga Gunawan Bersaudara, Hidup dengan harta yang berlimpah sejak kecil, terkenal di kalangan masyarakat, hampir tidak memiliki kekurangan. Tiga tahun silam, ayah nya membuat keputusan sepihak, hingga membuat Celine harus menikah dengan Al Diangga Hartawan. Anak dari salah satu rekan bisnis keluarga mereka. Walaupun harta yang di miliki oleh Al dan keluarganya jauh lebih banyak dari yang Celine punya, tentu saja hal tersebut tidak membuat Celine bisa menerima perjodohan mereka begitu saja. Gara-gara menuruti perintah ayah nya untuk menikah dengan Al, Celine harus melepas beberapa karir nya begitu saja, salah satu nya ia berhenti jadi model hanya untuk menjaga nama baik keluarga Al, padahal, menjadi model adalah salah satu cita-cita Celine yang sejak kecil Celine inginkan.                 Setelah menikah dengan Al, Celine sama sekali tidak berubah. Kelakuannya semakin menjadi-jadi. Banyak hal yang ia lakukan untuk membuat Al melepaskannya duluan, sebab ia tidak bisa melepas Al begitu saja, ayah nya telah berjanji bahwa jika ia masih tetap bersama Al setidaknya hingga ayah nya meninggal, Celine akan mendapat lima puluh persen dari total kekayaan yang di miliki oleh sang ayah. Tentu saja Celine tidak mau membuang kesempatan emas nya itu.                 “Jangan pergi ya. Di luar hujan, lagi pula sekarang juga malam sudah terlalu larut. Kalau mau pergi, besok saja. You can do anything what you want… but please don’t go, bahaya.” Ucap Al.                 Selama menikah dengan Celine, Al memang tidak pernah sekalipun bersikap kasar ataupun semena-mena kepada wanita itu, walaupun terkadang kelakuan Celine sudah di luar batas, Al tetap saja sabar. Hal tersebut merupakan didikan dari orang tua nya, sehingga bagaimana pun kelakuan Celine, ia tidak pernah meluapkan kemarahannya di depan istri nya itu. walau terkadang, Al juga hampir kelepasan setiap kali Celine bertingkah seenak nya.                 “Oh ya? Yasudah.” Jawab Celine. Al cukup kaget mendengar ucapan Celine barusan. Celine hampir tidak pernah mengiyakan perintah nya kecuali mereka sedang berada di hadapan orang tua mereka.                 “Saya istirahat dulu.” Ucap Al. Ia berjalan meninggalkan Celine sendirian di anak tangga. Al sudah cukup senang melihat Celine menurut kepadanya, berharap bahwa hal tersebut merupakan langkah awal dari mereka untuk benar-benar memulai kehidupan rumah tangga mereka. Al masuk ke kamarnya, melepas baju, kemudian merendam tubuh nya di sebuah bathub berisi air hangat, hal yang sering Al lakukan setiap kali ia merasa lelah.                 Al sadar bahwa, tubuh nya sudah tidak se kuat ketika ia berumur tujuh belas tahun, sekarang, walaupun ia masih kuat bekerja, tetap saja, ia sudah mulai mudah merasa kelelahan. Bagaimana tidak, Al selalu bekerja secara gila-gilaan, tidur nya kurang, terkadang kalau pun ia pulang cepat, biasanya ia akan membawa pekerjaannya pulang ke rumah.                 Setelah mandi, Al berniat untuk menyelesaikan pekerjaannya yang sengaja ia bawa dari kantor, sebelum tidur, agar besok pagi ia langsung bisa menyerahkan berkat tersebut ke sekretaris nya, namun mengingat bahwa Celine berada di rumah, menjadikan Al mengurung niat bekerja nya, malam itu ia ingin membuka percakapan di antara mereka berdua, setidak nya itu adalah usaha Al untuk membuat pernikahan mereka terasa lebih nyata. Laptop yang sudah Al nyalakan, kini di tinggal lagi oleh pemilik nya, Al berjalan ke kamar Celine yang letak nya berada di sudut lantai dua dekat balkon, ia mengetuk pintu kamar tersebut namun tak ada jawaban. Al membuka pintu nya, namun ternyata Celine tidak ada di kamar tersebut.                 Samar-samar terdengar suara televisi dari lantai bawah, Al berpikir Celine pasti berada di bawah. Buru-buru ia turun ke bawah, mencari sumber suara tersebut, namun di luar dugaannya, ternyata Celine tidak sendirian, istri nya itu sedang bersama dengan selingkuhannya, Devan. Celine membalikan tubuh nya ketika sadar bahwa Al sedang berdiri di belakang nya, ia tersenyum penuh kemenangan saat melihat Al berdiri di belakang sana, menatap mereka berdua dengan tatapan kosong.                 “What are you doing?” Desis Al dengan suara yang pelan, ia sudah tidak habis pikir lagi dengan Celine. Selama ini ia memang membiarkan Celine melakukan apapun yang ia suka, tapi tidak dengan membawa pacar nya datang ke rumah mereka.                 “Hai ja, you know him right? He is my boyfriend. Babe, he is Al. My future ex husband.” Balas Celine dengan senyum licik di wajah nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD