Maaf.

1135 Words
Al hanya bisa menghela napas pasrah ketika melihat Celine, calon istri nya. Tengah berjalan keluar dari BAR dengan keadaan mabuk, teman-temannya yang lain membopong nya naik ke mobil, walau mereka juga mabuk, namun Celine terlihat jauh lebih parah. Buru-buru Al turun dari mobil nya, menghampiri Celine dan juga teman-temannya yang lain sebelum mereka tancap gas dari tempat itu. Eva, Manda, dan Chelsea yang nampak masih sedikit sadar justru kaget ketika melihat kehadiran calon suami sahabat mereka, buru-buru Manda turun dari mobil menghampiri Al, tentu dengan keadaan mabuk. “Mas Dokter yaa?” Ucap Manda, Al hampir muntah ketika bau alkohol dari Manda memenuhi indra penciumannya, Manda pun turun dari mobil, lalu berjalan dengan sempoyongan sembari menghampiri Al di sisi kiri mobil nya. “Saya mau bawa Celine pulang.” Ucap Al ketika Manda sudah berada di hadapannya. “Oiyaaaa.” Manda mulai meracau tidak jelas, Al langsung menarik Celine keluar dari mobil milik manda, lalu di bawa ke mobil nya, setelah itu ia kembali ke tempat di mana mobil manda terparkir, cukup bahaya bagi mereka jika harus pulang dengan keadaan mabuk. “Pak, saya titip mereka, saya sudah pesan driver buat mereka, nanti driver nya datang, kalau cari orang yang namanya Fudhail, suruh langsung ke mobil itu saja.” Ucap Al kepada sacurity yang sedang berjaga di luar Bar tersebut. “Baik pak, nanti kami urus.” “Kalau begitu saya duluan.” Ucap Al, ia segera kembali ke mobil, Celine sudah ambruk sejak tadi, gadis itu bahkan pingsan, bau alkohol menyeruak, memenuhi seisi mobil hingga membuat pria itu harus menurunkan semua kaca mobil, agar bau alkohol dari Celine tidak tetap di sana. Sebenarnya, Al juga bingung harus membawa Celine kemana, sebab tidak mungkin untuk membawa Celine pulang ke rumah nya sendiri, orang tua nya masih dalam keadaan trauma atas kejadian Cena, lebih mustahil lagi membawa Celine pulang ke rumah orang tua Al, mungkin jika mereka tahu, pernikahan mereka akan langsung di batalkan saat itu juga. Hari sudah semakin larut, Celine sejak tadi semakin meracau, Al juga semakin bingung akan membawa gadis itu kemana, namun kebingungannya segera hilang ketika Fathur, kakak dari pria itu tiba-tiba menelfonnya. “Assalamualaikum.” Ucap Al ketika telepon mereka terhubung. “Dimana bro?” Tanya Fathur kepada adik nya itu. “Di jalan, sama Celine. Dia mabuk berat, tapi jangan bilang ibu. Ini lagi bingung mau di bawa ke mana, kalau di bawa pulang mau bilang apa sama orang tua nya?” Tanya Al, ia sudah hampir menyerah, namun di seberang sana Fathur malah tertawa dengan kencang, entah apa yang lucu. “Bang…” “Bawa ke apartement, nanti gua pulang, lo izin sama ibu kalau mau nginep di apart, biar jagain Celine sekalian.” Ucap Fathur, Al mengangguk kemudian mematikan sambungan teleponnya begitu saja, lalu mengirim pesan kepada ibu nya, meminta izin karena tidak pulang malam itu. untung Fathur tidak terlalu kolot pikirannya, sehingga ketika Al jujur kepadanya, Al biasa saja, tidak terlalu khawatir. Keadaan di apartement Fathur malam itu, bisa di bilang sepi, bahkan terlalu sepi, hanya ada mereka berdua yang berjalan di area lobby, hingga ke kamar Fathur, Al agak kewalahan sebab Celine sejak tadi terus meracau, takut-takut mengganggu tetangga sehingga Al memilih untuk menggendong Celine saja, dari pada tetangga kamar Fathur jadi terganggum lagi pula, menumpang di apartement kakak nya saja sudah membuat Al sudah merasa tidak enak. “Gercep juga lo.” Ucap Fathur ketika Al sudah berdiri di ambang pintu sembari membopong Celine. “Ssst, di kamar mana nih?” Tanya Al. “Kamar tamu lah.” Balas Fathur sembari berjalan di hadapan adiknya itu untuk membantu Al membawa Celine masuk ke dalam kamar tamu di apartement nya itu. kamar yang sering di tempati oleh Al setiap kali bermalam di sana. “Thanks bang.” Ucap Al ketika mereka berdua sudah keluar dari kamar itu dan membiarkan Celine beristirahat di sana. “Clubbing bareng lo?” Tanya Fathur. “Nggak, dia pergi sendiri, padahal gak di kasih izin sama saya.” Balas Al, ia menjatuhkan b****g nya di kursi depan televisi, ia memutuskan untuk tidak tidur, takut-takut jika Celine tiba-tiba bangun dan membutuhkan sesuatu. Fathur menyusul di sebelahnya, duduk sembari menikmati segelas jus yang baru saja ia buat sebelum Al datang. “Izin sama lo , buat apa? kan belum jadi suami nya.” “Latihan.” “Pasti Celine risih, sama orang tua nya aja gak pernah di larang, masa lo udah ngelarang aja padahal belum sah.” “Itu namanya khawatir.” “Pasti dia. Pas dia bangun langsung ngerasa gak enak banget sama kita berdua, besok gak usah di galakin, pasang muka biasa aja, kasihan anak orang.” Ucap Fathur, ia paham bagaimana adik nya itu, bagaimana ekspresi dingin yang sering kali di tunjukan oleh Al setiap kali pria itu merasa tidak suka akan suatu hal. “Iya tenang.” Balas Al. Setelahnya mereka berdua memutuskan menonton pertandingan bola, hingga adzan subuh berkumandang, dan baru beristirahat setelah mereka sholat. Pagi nya, Celine bangun dengan keadaan yang begitu pusing, ia bahkan hampir saja menjatuhkan dirinya sendiri ketika berusaha bangun dari tempat tidur, matanya sesekali memperhatikan setiap inci dari kamar tempat nya tidur, tak satupun yang mirip dengan kamar nya. “Ahh sial…” Desis Celine ketika ia berhasil bangkit dari tempat tidur nya, lalu berjalan pelan ke arah sebuah pintu menuju kamar mandi, ia membasuh wajah nya berkali-kali, berusaha menahan rasa mual yang sedang ia rasakan, bau alkohol nya bahkan belum hilang setelah semalam penuh, Celine menatap pantulan dirinya dari dalam cermin, terlihat berantakan sekali, namun tetap cantik. Setelah itu, ia keluar dari kamar mandi, dari luar kamar tercium bau masakan yang begitu lezat, dan di detik itu juga, Celine seketika sadar bahwa ia sedang tidak berada di rumahnya saat itu. perlahan ia keluar dari kamar tempat nya tidur, hal pertama yang ia lihat adalah Al yang sedang berkutat di pantry, lengkap dengan berbagai macam masakan yang telah ia buat di atas meja. “Pagi, ayo sarapan dulu.” Ucap Al, pria itu tersenyum sembari menatap Celine. Kepulan asap pada segelas teh menarik perhatian Celine pagi itu, Celine lantas duduk dengan canggung, menatap Al yang sedang berkutat dengan alat masak nya. “Kok aku di sini?” Tanya Celine, pikirannya melayang-layang mengingat kejadian semalam, seketika ia ingin menghilang saja dari hadapan pria itu ketika mengingat bahwa, ia membohongi Al semalam. “Kamu mabuk, sudah tidak apa-apa, makan dulu, hari ini tidak usah kerja yaa.” Ucap Al, pria itu menaruh sepiring nasi goreng di hadapan Celine, di susul dengan teh hangat setelah nya, kemudian ia duduk di hadapan gadis itu. “Maaf…” Desis Celine, untuk pertama kalinya, ia merasa bersalah atas apa yang ia lakukan semalam, Al sudah melarang nya, dan ia juga sudah merepotkan Al akan apa yang ia lakukan. “Tidak apa-apa, jangan di ulangi yaa. saya cuma tidak mau kamu kenapa-kenapa, tidak usah di bahas lagi oke? Saya tidak marah. Kamu makan dulu, setelah ini, saya antar pulang.” Ucap Al sembari tersenyum manis menatap calon istrinya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD