Ujian Pra Nikah

1099 Words
Kali ini Celine mengalah, ia mulai berdamai dengan emosi dan juga keadaannya sekarang, walaupun tentu saja ia masih merasa begitu kesal karena ulah sang suami tapi setidaknya kekesalannya itu, sudah berkurang di bandingkan yang semalam.   Merasa bersalah dengan Al, Celine segera bangun dari tempat tidurnya, berjalan menuju kamar mandi, kemudian setelah itu ia melesat keluar kamar untuk menyiapkan sarapan sebagai tanda permintamaafannya kepada Al karena telah mengacaukan malam pertama mereka.   Celine tiba-tiba teringat akan pesan yang diberitahukan oleh ibu nya sebelum berangkat ke gedung pernikahan kemarin, "Kalau pagi, sebagai seorang istri, kamu harus siapin sarapan buat mas mu, siapin bajunya, setrikain biar nda lecek, jangan baju kamu aja yang di setrika, perhatiin semuanya kalau jadi istri,  kasur dibersihin, inget kamu udah jadi istri besok pagi." kira-kira begitulah pesan Ibu Celine sesaat sebelum mengantar anaknya menuju gedung pernikahan.    Setelah sarapan untuk Al siap, Celine kembali lagi ke kamar, rasanya matanya begitu berat untuk di buka karena ia terlalu lama menangis semalam, Dengan mata yang masih mengantuk Celine berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil handuk yang sempat ia pakai semalam dengan niat akan ia masukan ke mesin cuci, sebagai istri yang baik, mulai hari ini ia akan berusaha menjadi istri yang seutuhnya.   Dengan santai Celine membuka pintu kamar mandi, seketika Celine mematung di tempatnya  setelah melihat tubuh suaminya sendiri yang sedang mandi, ia dengan jelasnya melihat tubuh kekar milik suaminya tanpa sehelai benang pun!   "Mas! Kalau mandi pintunya dikunci dong! Kan malu aku liatnyaaa " teriak Celine sembari menutup pintu kamar mandi tersebut.   Celine menenangkan dirinya sendiri, karena entah kenapa jantungnya berdegub kencang tidak karuan setelah melihat suaminya berpenampilan seperti itu.   Dengan wajah yang masih memerah serta detak jantung yang belum sepenuhnya kembali normal Celine dengan rajinnya mempersiapkan baju kerja untuk sang suami. Jantung nya kembali berdegub kencang, dan bahkan wajahnya semakin memerah begitu melihat dalaman milik Al yang terpampang jelas di depan mata Celine.     "Sakit gak ya nanti?" Gumam Celine dalam hati sembari memperhatikan dengan seksama dalaman milik suaminya itu.   Celine tersadar dari lamunan panjangnya, ia segera menggeleng, kemudian setelah itu barulah ia menyelesaikan hal-hal tentang pakaian Al, dari menyetrikakannya, hingga menggantungnya dengan rapih di depan pintu lemari.   Baru saja Celine hendak membereskan ranjang yang acak-acakan, tiba-tiba Al keluar dari kamar mandi, tentu saja tetap dengan balutan handuk tipis yang hanya menutupi sebagian kecil dari bagian tubuhnya yang tidak dapat dilihat. Celine segera membalikan tubuhnya, takut-takut ia kedapatan oleh Al bahwa wajahnya sedang memerah. Al berjalan melewatinya berjalan menuju salah satu bagian lemari, mungkin untuk mengambil baju kerjanya.   "Eh! Mas, gak usah baju kamu udah aku siapin, tuh yang aku gantung." Ucap Celine sembari menunjuk sebuah setelan kerja milik sang suami.   Al mengangguk dengan polos, kemudian menutup pintu lemari. Setelahnya ia berjalan untuk mengambil baju yang telah disiapkan oleh sang istri.   "Mas! Pakai baju nya di kamar mandi aja atuh…" Ucap Celine yang tiba-tiba sadar bahwa suaminya akan kembali tampil polos di hadapannya.   "Di sini saja." Jawab Al dengan sangat polos   Celine langsung terkejut mendengar jawaban dari pria dingin itu.    "Aduh mas! enggak, kamu harus ganti baju di kamar mandi. Lagian, enggak malu apa?" Gumam Celine sembari menatap suaminya sedikit-sedikit.   Al Menggeleng "Gak malu." Jawabnya dengan enteng.   "Ih Mas Al... aku yang malu ngeliat kamu kalau kayak gitu!" Ucap Celine yang tetap tidak mendapat respon dari suaminya itu.     Di hari pertama pernikahannya Celine bahkan sudah ditinggal suaminya untuk bekerja. Seharian penuh, ia benar-bosan , ia benar-benar tidak pernah merasa sebosan ini sebelumnya. Bagaimana tidak, ia yang biasanya tidak pernah merasa kosong, tiba-tiba ia harus berdiam diri di rumah, tanpa pekerjaan, tanpa meeting , dan tanpa kesibukan yang biasanya ia lakukan di kantor.   Setengah hari ia lewati hanya dengan sibuk memainkan ponsel dan menonton film, Celine betul-betul Bosan. Celine melirik jam di dinding, ternyata sudah hampir pukul dua belas siang, yang berarti, sebentar lagi jam makan siang, Celine berencana mengunjungi teman-temannya di kantor. Jadi sesegera mungkin ia langsung beranjak dari tempatnya, kemudian ia mengganti pakaian, setelah itu barulah ia berangkat.   -----     "Pengantennn baruuuu!" Seru Cesil sambil menyambut Celine dengan heboh nya di lobby kantor. Sementara itu Celine hanya tertawa melihat tingkah lucu sahabatnya itu.   Mereka berdua langsung berjalan menuju Kafetaria kantor yang terletak di sebelah kiri gedung kantor. Mereka duduk, dan ternyata Tasya dan juga Rieka sudah berada di sana, duduk sembari menunggu Celine datang.   "Asiiik niiih ibu CEO datanggg!"seru Sandra sembari meledek Celine yang baru saja menjatuhkan b****g nya pada kursi.   Celine yang baru datang, tiba-tiba  menunjukan wajah yang cemberut serta mengerutkan alisnya. Rasanya ia begitu iri dengan para sahabat nya yang masih bertahan di kantor.   "Lancar gak?" Tanya Cesil sembari meledek Celine dengan cara menaikan satu alisnya.   Celine mengerutkan alisnya tidak paham dengan pertanyaan sahabatnya itu.   "Lancar apanya? Gila lo ya."  Jawab Celine sembari mendengus kesal. Yang lain hanya tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi lucu sang pengantin baru.   "Dih cemberut aja lu, henna di tangan lu aja belum ilang, masa iya udah cemberut gini sih, aneh lo ra!" Ledek Tasya.   "First night lo lah, gimana? Manteb gak? Ceritaiin dongg gue penasaran niih, gimana sih sama CEO? Apalagi pak Al, jauh banget ya umurnya sama lu,dia udah dewasa banget lo itu, jago ya?" ucap Rieka sembari terus meledek Celine.   Perlu kalian ketahui bahwa umur Celine dan juga Al terpaut enam tahun, cukup tua untuk ukuran seorang Celine yang masih berusia 24 tahun.   Saat persiapan pernikahan mereka beberapa waktu yang lalu, terkadang Celine berpikir, kenapa bisa-bisa nya ia mau dengan laki-laki yang jika dilihat dari umurnya, sudah pantas memiliki tiga anak.   "Ya nangis, gara-gara di berentiin kerja, tidur, udah deh gitu doang." Jawab Celine dengan kesal.   "Lah ngga nganu?" Tanya Cecil sembari menunjukan mimik muka yang lucu sehingga teman-temannya paham akan apa yang ia maksud.   "Boro-boro nganu. Gua ngeliat dia shirtless aja udah engap." Jawab Celine yang sukses membuat teman-temannya tertawa.   Mereka semua tertawa, menertawakan keputusan Celine untuk menikah dengan CEO kaku tersebut   "Lagian kenapa harus pak Al? Padahal ada banyak laki-laki yang mau sama lo, dari anak menteri sampai anak presiden juga mau sama lu, kenapa malah maunya pak Al? Apa jangan-jangan jawabnya jangan gara-gara dia CEO yaaa bukk?" Tanya Tasya dengan wajah meledek, dari kisah cinta Celine, Tasya lah yang memang paling tahu segalanya, bukan karena Celine membeda-bedakan temannya, hanya saja Tasya dan Celine selalu memiliki pekerjaan yang sama sehingga mereka lebih sering bertemu dan lebih mudah untuk bertukar cerita.   “Yaa adalah, gak bisa di ceritain pakai kata-kata. Capek gue! Mana dia dingin banget lagi kayak es, gua di kamar sama dia gak sampai 24 jam malah engap sendiri, udah kayak staycation di kutub utara.” Jawab Celine yang malah mendapat balasan gelak tawa dari para teman-temannya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD