Ex or Future husband?

1079 Words
                “Sorry Cel…” Desis Aldo, ia menatap mata Celine dengan tatapan penuh rasa bersalah, entah apa yang membuatnya menjadi seperti itu, tetapi semenjak di putuskan oleh Celine, Aldo tidak pernah lagi merasakan kebahagiaan yang pernah ia rasakan ketika bersama Celine dulu, Vani memang terlihat menarik ketika masih bersama Celine dulu, tetapi ketika ia melepas Celine, semua yang terasa menarik pada Vani jadi terasa hambar. Ia merindukan sosok Celine.                 “Gak usah, gua mau balik.” Ucap Celine, ia tidak nyaman berada dengan pria lain sementara ia sebentar lagi akan menjadi istri orang, Celine berdiri kemudian berjalan pelan menjauh dari pria itu, sebisa mungkin ia tidak dekat-dekat dengan Aldo, Celine hapal betul bagaimana Aldo, bisa saja apa yang terucap dari mulut nya hanyalah kebohongan, bukannya Celine berprasangka buruk, namun ia pernah sangat mempercayai pria itu namun di sia-siakan begitu saja.                 “Cel… gua mau minta maaf, tau gak kenapa gua sering ke sini? Karena sometimes, gua capek dan ngerasa bersalah, dulu everytime gua capek lo pasti ada nawarin bahu buat sandar, lo bisa dengerin gua ngeluh bahkan kalau lo juga lagi capek, sementara Vani enggak, dia gak pernah mau ada di dekat gua, Cuma datang pas dia butuh, gua kangen lo Cel… maaf kalau kemarin gua jahat banget sama lo, apapun yang gua lakuin dulu gua minta maaf dan gua berharap kita bisa kem-”                 “Gak ada yang bisa kembali, lo mau se nyesel apapun juga gua gak akan mau kembali sama cowo kayak lo. Lo tau gak gimana sakitnya gua pas lo selingkuh sama Vani? Lo tau sendiri Vani adalah orang yang paling gua percaya selain keluarga gua sendiri, kenapa waktu itu harus Vani? Kenapa? Kenapa gak orang lain aja? Gara-gara lo, gua jadi kehilangan dua orang sekaligus. Mungkin ngelepas lo emang berat, tapi ngelepas Vani juga jauh lebih berat, act like a strangers with her justru nyiksa gua lebih dari yang lo pikirin. Udahlah, ngomong kayak gini sama lo juga udah berkali-kali, gak usah menyesal-menyesal gitu, itu juga pilihan lo sendiri, bukan pilihan gua.” Celine memotong ucapan Aldo, mata nya menatap sinis pria itu, rasanya begitu kesal ketika ingin menenangkan diri namun Aldo malah tiba-tiba muncul dan mulai drama di hadapannya lagi.                 “Perasaan gak ada yang bisa ngatur Cel, sekalipun diri sendiri, makanya sekarang gua ngerasa gua harus balik sama lo, karena ternyata lo itu rumah buat gua, gua ngerasa nyaman tiap ada lo.”                 “Sayang nya orang yang lo anggap rumah udah punya rumah nya yang lain, oh iya, tujuh hari dari sekarang, hari H nikahan gua, lo dateng ya.” Balas Celine, tentu saja Aldo terkejut, kejadian di café tempo hari hanya membuat Aldo merasa tergertak sebentar, ia masih tidak begitu percaya ketika Al mengaku sebagai calon suami Celine, karena di pikirannya, Celine masih belum move on dari dirinya.                 “Cel… lo bercanda kan? Gimana bisa lo nikah sama orang yang gak lo suka?” Tanya Aldo, panik.                 “Siapa bilang gua gak suka sama dia?”                 “I can see it in your eyes, lo mau nunggu orang, berarti dia gak special buat lo. I know that you are a selfish girl. Lo gak akan mau nunggu orang yang lo anggep special . selama 6 tahun sama gua lo mana pernah sekalipun nunggu gua, lo selalu punya prinsip kalau lo yang harus di tunggu, apapun keadaannya.” Jelas Aldo, bibirnya terangkat, menunjukan senyum yang entah apa artinya kepada Celine.                 “Harusnya kalau gitu lo udah paham dong, siapa yang lebih berarti buat gua, dan siapa yang enggak. Emang lo siapa mau gua tungguin?” Balas Celine, emosi nya serasa di permainkan oleh pria itu, kemarin Aldo membuangnya seakan-akan ia adalah mahluk paling hina, dan sekarang ia malah berkata seperti itu.                 “Cel… ayo balik ke gua, nikah tanpa cinta gak bakal bikin kalian langgeng.” Sambung Aldo.                 “Nggak, perempuan t***l mana yang mau sama b******n kayak lo Aldo? Ngehabisin waktu sampai tua sama manusia kayak lo adalah hal yang gak pernah gua harapkan selama hidup, jangan minta maaf, cukup hidup bahagia sama Vani, itu kan pilihan lo?”  Bohong, Celine bohong, di bulan-bulan pertama ia putus dengan Aldo, ia masih sempat berharap agar pria itu mau kembali kepadanya, ia bahkan bersumpah pada dirinya sendiri bahwa jika Aldo kembali, Celine akan memaafkan apapun yang Aldo lakukan kepadanya, namun sekarang ucapannya begitu berbanding terbalik, karena perasaannya pun tak lagi sama.                 “I wish it cel…” Desis Aldo. Namun Celine menghiraukannya, ia berjalan menjauh dari arah pria itu, niat nya untuk menenangkan diri tiba-tiba hancur begitu saja karena pria itu, rasanya Celine ingin memaki Aldo karena sangking kesal nya. Malam sudah semakin larut, Celine berjalan cepat pulang ke rumah nya, dan ia tidak menduga bahwa mobil Al terparkir rapih di sana, ketika masuk pria itu sedang duduk di ruang keluarga, dengan televisi yang menyala, pria itu sontak berbalik ketika Celine membuka pintu, tatapannya tajam, penuh rasa ingin mengintimidasi, sementara Celine tidak tahu harus berbuat apa, sebab ia juga tidak merasa salah.                 “Loh mas, kok kamu di sini? katanya ada operasi?” Tanya Celine, saat ia sudah duduk manis di samping pria itu.                 “Kenapa? Kaget ya?” Balas Al.                 “Ya enggak, katanya kamu ada operasi, kenapa malah di sini sekarang? Gak jadi ya operasinya?” Tanya Celine, lagi.                 “Kaget ya? Mantan mu mana? Kenapa gak sekalian nganter kamu pulang?” Tanya Al. seketika kepala Celine mendadak ingin pecah ketika Al menyinggung masalah Aldo, tanpa bertanya pun Celine sudah tahu pasti Al melihat nya bersama Aldo di taman.                 “Nggak itu cu-”                 “Cuma kebetulan ketemu di taman berdua malam-malam begini? Rumah dia kan tidak di sini Celine, lucu juga ya kalau kebetulan.” Balas Al, dengan penuh kesarkasan.                 “Mas aku lagi gak mau debat.” Ucap Celine, ia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, kepalanya terasa begitu berat, saat ini di banding dengan berdebat ia lebih memilih untuk tidur saja, ia tidak mau berlarut-larut hanya karena Al yang salah paham.                 “Bukannya tempo hari kamu sudah berjanji kalau kamu tidak akan berurusan lagi sama mantan kamu itu? atau itu Cuma janji kosong apa bagaimana? Saya kesini cuma mau bawakan berkas kamu yang ketinggalan di mobil, barangkali kamu butuh, tapi saya malah gak sengaja lihat kamu sama mantan kamu lagi ngobrol bareng di pinggir taman, lucu ya, kalian memang serasi.”                 “Mas, itu gak sengaja.”                 “Kalau kamu masih suka sama dia, mending kita tidak usah lanjutkan pernikahan ini.” 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD