11 - malam yang tak diinginkan

1688 Words
Malam itu musik musik RnB bergema di seluruh penjuru ruangan club ini. Bayak tubuh meliuk mengikuti irama hentakan musik. Eca sudsh larut dengan dunianya. Dimana ia melampiaskan semuanya dengan minuman. Tak ada lagi sahabat yang selalu ada untuk dirinya, semua sama. Hanya bisa menyudutkan dan menyalahkan dirinya. Mungkin hanya alkohol lah yang mengerti akan diri Eca untuk saat ini. Sedangkan Tomi sedari tadi mengawasi Eca dari sudut club, tak memperdulikan banyaknya wanita yang menawari kepuasan padanya. Ia mengacuhkan setiap tawaran yang di beri padanya walah secata cuma cuma. Tatapannya hanya menuju ke satu wanita. Istrinya Eca, wanita yang tengah sibuk menenggak mingumannua. Entah sudah berapa gelas cairan yang sudah masuk kedalam perutnya sedikit. Ia terus memperhatikannya tak lepas sedikit pun. Hingga ia curiga saat melihat gelagat Rio mantan calon suami Eca yang kabur seperti banci di acara pernikahannya sendiri. Terlihat Rio tak hentinya menatap Eca dengan tatapan tak sukanya. Dirinya setiap malam memang tak pernah lepas tanggung jawab dalam mengawasi dan menjaga Eca. Ia sadar jika Eca tak pernah mau mendendengarkan ucapannya, bahkan tak pernah bisa di larang. Tomi yang tak mau Eca masuk kedalam sebuah masalah, dan terjebak dengan orang yang berniat busuk memutuskan untuk menjaganya dari jauh. Maka dari itu Tomi selalu mengawasi setiap malamnya. Jangan heran perbuatan Tomi yang satu ini tak pernah di sadari Eca karna Tomi selalu mencari posisi aman. Kecurigaannya semakin kuat saat Rio mendekati Eca yang sudah dalam kedaan over. Rio memberikan minumnan kepada Eca, dan setelah minuman itu tertenggak Rio tersenyum sinis dan mulai memapah Eca dan memasukan tubuh Eca kedalam mobilnya. Merasa bahaya Tomi mengikuti kemana mobil Rio membawa Eca, emosinya langsung muluat saar mobil Rio memasuki sebuah sebuah sebuah hotel. Tomi yang merasa geram terus membuntuti Rio, menahan segala emosi yang sudah meluap sedari tadi. Tomi mempercepat langkahnya saat melihat Rio memapah Eca memasuki sebuah kamar. "BRENGSEK...!!! Mau lo apain istri gua hah!" Tomi langsung menerjang Rio hingga, Rio yang tak siap menerima serangan itu terjengkan bersamaan dengan Eca. Seketika wajah Tomi memerah menahan semua amarahnya begitu melihat Eca meliuk seperti wanita haus belaian. Tomi sepertinya tau minuman apa yang telah Rio berikan pada Eca. Obat perangsang. Rahang Tomi mengeras, ia menarik Eca kebelakang tubuhnya. Membiarkan sang istri tersiksa melawan gejolaknya. Tomi yang sudah dalam puncak amarahnya langsung menindih tubuh Rio menghantam wajah tampan itu dengan bringas. Memukul dan memukul, meluapkan segala emosi yang sejak tadi ia pendam. Rio mencoba melawan dan menangkis semua serangan Tomi, Namun semua itu percumah tenaga Rio tak sebanding dengan Tomi. "Anjing. Lo siapa hah.!" Teriak Rio di tengah pukulan Tomi. Tomi semakin emosi, menarik kerah baju Rio, mengangkatnya tinggi-tinggi, menatap dengan tajam, bak elang menatap mangsanya. "b*****t. Gua suaminya, mau lo apain istri gua hah!" Bentak Tomi dengan nada yang teramat dingin dengan sorot mata yang penuh akan kebencian. Seketia Rio menciut melihat sorot mata Tomi, Rio bergidik ngeri saat merasakan amarah Tomi yang meluap-luap itu. Namun Rio tak tinggal diam, ia terus mencoba melawan, meninju dan menendang tanpa arah, bebera papukulan sukses mengenai sasaran, namun itu semua seolah tak terasa di tubuh Tomi. Kemarahan dan kebencian telah menguasai dirinya. Malas menghadapi Rio, Tomi langsung membanting tubuh Tomi. Menendang dan menjejak tubuh kurus itu. Merasa kurang puas, Tomi langsung menduduki tubuh Rio memukul dengan membabi buta tanpa ampun, Tak memberikan sedikit ruang untuk Rio membalas pukulan Tomi. Rio pasrah, menerim rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya. Tomu terus saja menyerang Rio, meluaokan segala emosi yang sudsh meluap itu hingga Rio tak sadarkan diri. Di rasa puas dengan hasil yang telah ia perbuat, Tomi langsung melangkah ke arah Eca yang sudah berantakan dengan gaun yang tersingkap melihatkan kemulusan paha Eca. Dengan sigap Tomi mengendong Eca. Membawanya ke dalam mobil. Namun semua tak segampang saat Eca mambuk. Karna saat ini Eca terus saja meliuk, seolah merasakan sengatan tinggi saat tangan mulu Tomi menyentuh paha dan punggungnya. Tangan Eca pun tak mau diam, tangannya terus saja bergerak, mengelus dan mengusap seluruh tubuh Tomi. Tentu saja Tomi di buat kewalahan akan perbuatan sang istri. Dirinya menahan sekuat tenaga dan melebarkan melangkah agar cepat sampai ke dalam mobil. Untung saja keadaan hotel terlihat sepi karna memang saat ini, malam mulai memasuki dini hari, jadi tak banyak oranv yang memperhatikan kelakuan Eca, hanya beberapa kariawan yang terlihat di meja resepsionis yang menatapnya dengan heran. Tomi tak memperdulikan tatapan itu, ia terus saja melangkah cepat, ingin segera membawa Eca pergi dari tempat ini. Namun harapan tinggalah harapan, segelah di mobil Eca bukannya tenang malah terlihat semakin bringas. Setelah mereka masuk ke dalam mobil, Eca malah semakin menjadi. Tangannya terus saja bergerak menyusuri sekuruh tubuh Tomi, mengelus paha dan terus bergerak naik. Tomi langsung menyingkirkan tangan Eca saat merasa tangan itu mulai menyentuh daerah terlarangnya. Tomi seolah kehilangan konsentrasinya, beberapa kali mobilnya berbelok dengan tajam membuat mobil itu oleng, untungnya Tomi masih bisa menguasai kendali mobil itu, hingga tak terjadi kecelakaan. Eca yang semakin terbakar akan gairah terus saja menggerayangi tubuh Tomi, tak memperdulikan jika bahaya siap menanti di depan mata. Eca melepaskan sabuk pengamannya lalu beranjak dari duduknya, berniat duduk di pangkuan Tomi. "Ca... Kamu mau ngapain, aku lagi bawa mobil ini" Tomi mencoba menahan Eca sekuat tenaga, namun tetap saja Tomi tak mampu, apa lagi saat ini dirinya sibuk mengemudi Tak menggubris ucapan dan penolakan Tomi, Eca terus saja menyerang Tomi, hingga akhrinya Eca berhasil duduk di tangkuan Tomi, Membuat Tomi langsung menghentikan mobilnya seketika. "Ca!, barusan itu bahaya", gersm Tomi melihat tingkah istrinya yang hampis saja membuat mereka celaka. "Plisss, paaahhhnas...." Reang Eca, seolah tak sanggup langi menahan gejolak dalam dirinya. "Tapi gimana. Aku gak bisa, aku gak mau kamu semakin gak suka sama aku karna ngelakuin ini" "f**k it... Aku gak peduli, plisss... aku gak kuat lagi tom..." Eca mulai menjilati leher jenjang Tomi, merambat naik hingga ke telinganya, menggigit kecil, membuat Tomi mengerang, Tomi terus berusaha me jauhkan tubuh Eca, sekuat tenaga ia menahan tubuh Eca yang mulai meliuk tak beraturan di atas pangkuannya. Jujur sebagai lelaki normal tentu saja itu membuat gairah Tomi naik. Namun sekuat tenaga Tomi harusmenahan itu. Tak mau sampain Eca semakin membencinya jika hal itu terjadi. "Caa! Berenti, jangan buat aku ngelakuin hal yang gak seharusnya, aku gak mau kamu makin benci sama aku" "Gak bisa tom.! Aku serasa mati jika ini tak tersalurkan, plisss tolong aku tom" rintih Eca mencoba menahan gejolak dalam tubuhnya. Namun semua terasa percumah, gairah itu seolah menyiksanya secara perlahan, sentuhan kecil saja membuat daerah kewanitaanya bedenyut nyeri. Tomi yang semakin putus asa, ia tak tau apa yang harus di perbuat, mau melakukan nya di sini tak mungkin, ini masih di jalan raya. Tomi yang kehabisan akal, akhirnya memaksa Eca kembali duduk, mengikatnya dengan sabuk pengaman. Dengan cepat ia melajukan mobilnya, mencoba tak memperdulikan teriakan dan rintihan Eca. Ia menebalkan telinganya selama perjalanan. Tak lama mereka telah sampai di rumah, Tomi dengan cepat memasukan mobilnya ke dalam garasi. Turun dari mobil dan langsung membuka pintu penumpang. Ia terhenti sesaat melihat Eca yang semakin mengerang tersiksa. Tomi yang tak tega melihat itu langsung melepaskan ikatan di tubuh Eca. Membopongnya dan membaea masuk kedalam kamar Lagi-lagi butuh perjuangan ekstra, mengelak setiap sentuhan Eca. "Akh.." pekik Eca saat Tomi membanting tubuh nya di atas ranjang. "Tom... Pliss tooohhllonng akkhuu" Eca semakin meliuk di atas ranjang. Merasa rintihannya tak di pedulikan, Eca mencoba bangkit, mendekati Tomi dengantangan yang mulai melepaskan gaun hitamnya. Dan terpampanglah tubuh pilos Eca yang masih terbungkus daleman itu. Tomi menelan ludahnya susah payah saat melihat pandangan indah di depan matanya. Eca mengerang, tangannya mulai menggerayangi Tomi. Lagi-lagi tomi menahan tubuh Eca, mencoba menjauhkannya dan menghindari segala bentuk sentuhan Eca. "Tom.. Plisss pahhhnnaaasss... Aku gak kuat lagi. Plisss" Eca terus saja tersiksa saat tangan Tomi mentuh bagian tubuh Eca untuk menjauhkan dari tubuhnya. "Tommm....." Erang Eca semakin menjadi, mengisaratkan rasa tersiksanya. "Damn it..." Tomi semakin frustasi. Ia bingung, menolong Eca atau membiarkannya. Jika di biarkan Eca akan semakin gila dan berteriak tak jelas. Tomi tak tega melihat Eca senakin tersiksa seperti itu Tapi jika melakukan itu, tomi tak yakin, jika Eca tak membencinya, bahkan malah akan jijik dengan dirinya. Tapi Tomi tak mau terus terusan meilhat Eca semakin menggila, akhirnya ia memutuskan memilih pilihan kedua, membantu Eca dan menerima segala jenis makian dan kebencian Eca nantinya. Dengan cepat Tomi menarik tengkuk Eca, mendaratkan bibirnya di bibir manis Eca. Mengecupnya dan mulai melumatnya dengan pelan. Eca yang menerima serangan itu langaung membalasnyam Meluapkan segala gairah yang ada di tubuhnya. Erangan dan desahan nikmat Eca keluar dengan indahnya, menggema di seluruh penjuru ruangkamar mereka. Satu yang tomi tau atas kejadian malam ini. Eca sudah berhasil menjaga kesuciannya selama ini, dan bodohnya Tomi merenggut itu hanya karna sebuah obat perangsang. Menyesal? Tentu saja, tomi sangat menyesal karna melakukan penyatuan hanya karna efek obat bukan karna perasaan cinta dsri dua belah pihak. Malah yang penuh penyesalan bagi Tomi. ♤°◆°♤ "Aaaaa!!!" Sebuah teriakan membangunkan Tomi dsri tidurnya. Tubuhnha masih terasa lunglai karna pegemulannya semalam, Bukan sekali dua kali, bahkan mereka melakukannya berkali kali karna Eca terus saja meliuk, dan efek obat itu bertahan lama.membuat dirinya harus bekerja ekstra untuk meredamkan gairah Eca. "Lo apain gua brengsek...!" Eca berteriak tak terkendali, ia terus memukul Tomi dengan makian tak sukanya. "Bangun t*i. Lo apain gua hah, b******n!!" Tomi langsung bangun, ia berusaha menenangkan Eca. Ia jelas tau jika kelakuannya akan berbuah seperti ini, "Ca tenang ca. Aku bisa jelasin semuanya" "Jelasinapa lagi, lo ambil kesempatan hah, dasar binatang!" teriak Eca samkin emosi melihat tubuh polos dan rasa nyeri di bagian keeanitaanya. "Keluar...!!" "Ca.. Aku bisa jelasin semuanya, kamu jangan marah dulu" "Gua bilang keluar anjing" Eca semakin emosi, tangannya meraih jam wakeer di atas nakas dan melempar kearah Tomi. Namun Tomi berhasil menghindarinya dan jam itu berakhir dengan menghantam dinding. Tomi tak ingin terjadi sesuatu yang lebih parah akhirnya memilih keluar. "Gua benci lo b******n, sampek mati pun gua akan benci lo!!" teriakan Eca seketika membuat tubuh Tomi membeku. Sebenci ini kah kamu terhadaku ca. tak pantaskah aku jika ada di sisimu? Apa dengan kepergianku kamu akan memaafkanku.? Apa dengan kepergianku kamu akan merasa bahagia? Jika memang itu kemauanmu, mungkin aku tak akan berusha lebih untuk berjuang. Maaf...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD