Rama yang berubah

1432 Words
Rama keluar dari ruang kerja Danu dan berjalan menghampiri Elsa yang sudah menunggu pria itu. “Ikut saya,” perintah Rama, Elsa hanya mengangguk dan mengikuti langkah pria itu. Tidak ada pembicaraan antara keduanya selama dalam perjalanan menuju ruang yang dituju. Dari jarak yang cukup dekat seperti sekarang Elsa bisa mengamati pria itu dengan cermat, usia Rama mungkin sudah hampir kepala empat atau lebih, tampak sekali kedewasaan dalam sikap dan pembawaannya. Dengan kacamata di hidung bangirnya memberikan kesan terlalu serius dan bukan orang yang murah senyum. Dengan tinggi tubuh 165 cm serta menggunakan hak 5 cm Elsa sudah termasuk wanita yang bertubuh tinggi tapi masih kurang tinggi saat berjalan di samping Rama karena dia hanya sebatas bahu pria bertubuh ramping itu. Tidak lama mereka sampai pada ruangan yang dituju. Elsa bisa melihat ruangan kerja yang nyaman ada sekat ruang masing-masing dari kaca terang untuk para pekerja yang terkesan luas. Elsa bisa melihat ada dua orang pegawai berada si sana, yang begitu melihat kedatangan Rama serta gadis itu mereka langsung tersenyum lebar dan berdiri menghampiri. “Wah bos, tumben banget bawa cewek cantik bikin mata mengantuk jadi segar lihatnya,” Kata pria dengan wajah terlihat oriental yang kemudian mengedipkan sebelah matanya pada Elsa. Dan yang satunya hanya tersenyum lebar pada Elsa, pria itu tak kalah tampan seperti khas timur Asia dan wanita itu hanya tersenyum melihat tingkah kedua orang itu. Rama memandang keduanya dengan tajam, “Kalian ingin mendapatkan surat peringatan yang ke berapa?” Mendengar kata surat peringatan, keduanya langsung pergi kembali ke ruangan yang mereka berada tadi dengan wajah terlihat meringis namun masih tetap melemparkan senyum kecil pada Elsa. Dan Elsa pun membalas senyum kedua pria itu tapi begitu menoleh ke arah Rama senyum itu menghilang dan dia langsung menundukkan kepalanya. “Itu ruanganmu,” tunjuk Rama pada sebuah ruangan lain, pada Elsa. “Dan itu pantry.” Elsa mengikuti arah yang ditunjukkan oleh Rama pada ruang dengan sekat lebih tertutup partisi bord. “Kapan bisa mulai bekerja, besok atau lusa?” tanya Rama tanpa ingin berbasa-basi sambil menatap pada Elsa. “Saya akan mulai bekerja lusa,” sahut Elsa. “Baiklah,” Rama menganggukkan kepalanya sekilas. Tidak lama terdengar suara ponsel yang berbunyi, dan Rama melihat pada layar di gawainya itu kemudian dia terlihat menarik napas berat apalagi dengan nama yang terpampang di sana, tapi dia akhirnya mengangkat telepon itu. “Halo Bu.” .... “Kapan?” ... “Baiklah.” Rama terlihat mengangguk kemudian mengakhiri panggilan dan melihat pada Elsa. “Kalau begitu kamu bisa pergi, dan saya harap kamu siap untuk bekerja keras mulai lusa,” ucap Rama dan Elsa pun pamit pergi sambil dengan perasaan yang aneh melihat sikap Rama karena begitu sangat berbeda saat di restoran tempo hari. “Steven, Alfa kesini,” ucap Rama memanggil kedua pria tadi dan mereka datang menghampiri Rama. “Ya bos,” sahut Alfa. “Elsa akan mulai bekerja lusa, tapi saya harap kalian jangan pernah berpikir untuk menggoda atau berbuat yang tidak-tidak, kalau tidak saya tidak akan segan melakukan sesuatu yang tidak kalian inginkan,” ucap Rama penuh peringatan yang kemudian berpaling dan berjalan menjauhi keduanya. “Astaga belum juga melakukan pendekatan, sudah dikasih peringatan dan ancaman, bagaimana kalau sampai berani melakukan hal yang tidak-tidak mungkin akan ada pemecatan tanpa hormat,” ucap pria bernama Alfa yang berwajah oriental sambil memandang heran pada temannya Steven. “Sepertinya itu peringatan buat kamu, bukan buat aku,” kata Steven. “Kenapa bisa begitu?” tanya Alfa heran. “Karena kamu yang menggoda cewek tadi, bukan aku,” kata Steven dengan santai yang kemudian pergi juga meninggalkan Alfa yang kebingungan. @@@@ Elsa sangat senang begitu sampai di rumahnya dia tak sabar untuk memberi kabar kalau dia diterima bekerja. Dan ketika sampai diruang keluarga Elsa melihat ada Frans, Ibu Sumi dan juga Ayah Bandi. “Wah, semua pada kumpul di sini,” ujar Elsa sambil menghampiri mereka dan langsung duduk di sebelah Ibu Sumi. “Iya Sa, kita ngak sabar menunggu berita dari kamu soal pekerjaan, “ sahut Ibu Sumi. “Bagaimana Sa?” tanya Bandi. “Di terima Yah, lusa sudah masuk kerja,” sahut Elsa. “Secepat itu?” tanya Frans heran. “Iya Daddy, semua berkat rekomendasi Mr Dexter atasan Elsa dulu dan juga karena Daddy,” terang Elsa. “Kok karena Daddy?” tanya Frans bertambah heran. “Kan karena Daddy yang sudah memberi rekomendasi pada Mr Dexter, untuk Elsa waktu bekerja di Jerman,” jawab Elsa. “Bukan karena Daddy Sa, itu memang karena kamu mampu dan bisa, kalau tidak Mr Dexter tak akan mau merekomendasikan kamu sekarang,” jelas Frans. Elsa tersenyum senang mendengar dengan ucapan Frans itu, kemudian pandangannya beralih pada Bandi. “Ayah kok baru kelihatan, memang satu minggu ini ke mana saja?” tanya Elsa. “Biasa Sa, Ayah mesti ngurir antar barang ke beberapa kota,” jelas Bandi. Elsa tertawa mendengar kata kurir, padahal ayah Bandi punya usaha transportasi lumayan banyak dia hanya akan mengantar barang kalau kebetulan ada sopirnya yang berhalangan hadir atau memang diminta langsung oleh Customer. “Ini oleh-oleh ayah dari Kalimantan buat kamu,” kata ayah Bandi menunjuk pada kotak makanan yang dia tahu Elsa sangat menyukai jajanan khas Kalimantan itu. “Terima kasih Yah,” ucap Elsa senang. Kemudian mereka berempat terlihat berbincang bincang dan bertanya soal wawancara kerja Elsa. “Bagus Sa, artinya kamu akan menetap kembali di sini,” kata ayah Bandi. “Itu benar Yah, Elsa ngak mau meninggalkan Daddy lagi,” kata Elsa memandang Frans. “Baguslah Sa, biar susah maupun senang yang penting kita bisa kumpul seperti dulu lagi,” kata ayah Bandi. Dan semua setuju dengan pendapat ayah Bandi. @@@@ Elsa sudah bekerja selama beberapa minggu dan dia mulai terbiasa dengan ritme kerja di perusahaan itu. Apalagi Rama adalah pimpinan yang tak banyak menuntut selama pekerjaan itu bagus dia tak masalah tapi di saat pekerjaan itu dalam masalah maka dia akan menegur dengan cara yang baik. Elsa sangat senang bisa bekerja di tim Rama apalagi ada Alfa dan Steven yang sangat membantu dan selalu bersikap sopan juga menyenangkan padanya. Tapi dalam hati Elsa masih tersimpan rasa penasaran tentang Rama yang bersikap berbeda saat berada di restoran. “Elsa nanti siang ikut saya rapat kerja sama klien,” ujar Rama yang baru saja datang dari rapat bersama Danu tadi pagi. “Baik pak,” jawab Elsa. “Klien kita ingin bertemu denganmu untuk membicarakan soal rancangan gedung yang kau buat,” terang Rama lagi. Elsa senang mendengar bahwa rancangannya langsung di setujui, padahal Rama hanya memberikan waktu tidak kurang dari tiga minggu. Kemudian mereka pergi bertemu dengan klien yang dimaksud, di sebuah resto yang terkenal. “Duduklah di sebelah sini,” perintah Rama sambil menunjuk kursi tepat di samping pria itu. Elsa sedikit ragu, tapi kemudian dia mengikuti perintah itu. Tapi sayangnya klien itu datang terlambat dan alhasil mereka menunggu cukup lama. “Maaf saya terlambat,” terdengar suara pria dari belakang Elsa. Gadis itu terkejut karena dia sangat mengenal suara itu, apakah dia ..? Rama melihat pada asal suara itu dan berdiri, menampakkan wajah kesalnya. “Seharusnya kamu menelepon dan mengabari kalau akan terlambat,” ucap Rama sambil menatap tajam pada pria yang masih berdiri itu. “Maaf,” sahut pria itu dan Rama menggelengkan kepalanya, sambil menepuk bahu Elsa. “Elsa kenalkan ini CEO yang akan memakai rancangan milikmu itu,” ujar Rama dan Elsa pun berdiri untuk memperkenalkan dirinya walaupun terlihat ragu. Tapi begitu Elsa berbalik melihat siapa pria itu, gadis itu sangat terkejut begitu pandangannya bertemu pada pria yang ada di hadapannya dan tubuhnya langsung mendadak kaku tak bergerak. “Elsa,” kata pria itu sama terkejutnya. “I... Ikbal,” gumam Elsa pelan dengan wajah yang pucat, mereka saling memandang lama. “Sebaiknya kalian duduk,” ujar Rama memecahkan keterkejutan di antara Elsa dan pria yang di panggil dengan nama Ikbal. Dengan rasa yang masih terkejut Elsa akhirnya duduk sambil menatap Rama penuh tanya. Sementara pria yang di panggil Elsa dengan sebutan Ikbal terus memandangi Elsa dengan pandangan sangat intens. “Sa, apa kabar? Aku terus mencari kabar tentang kamu, tapi aku tidak tahu kamu ada di mana,” ujar Ikbal sambil berdiri di samping Elsa duduk. Tak ada sahutan dari Elsa yang masih terkejut dengan kehadiran pria yang pernah membuatnya merasakan sakit hati luar biasa. Elsa masih menatap pada Rama, dan gadis itu melihat pandangan pria itu tertuju pada Ikbal. Kemudian kedua pria itu saling memandang tajam, dan Elsa bisa melihat ada pandangan permusuhan diantara mereka berdua. Astaga kenapa aku harus bertemu kembali dengannya? dan tatapan Elsa masih tertuju pada Rama yang menampakkan wajah penuh tanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD