Mafia Ranjang

2277 Words
Keesokan harinya. Meskipun semalam Sky memperlakukannya dengan sangat baik, tidak ada aksi kekerasan yang laki-laki itulah lakukan di tubuhnya, nyatanya Angelina tidak pernah merasa baik-baik saja setelah melewati malam panjang dengan laki-laki itu. Pagi itu Angelina terbangun lebih dulu, iya lantas bergegas mandi dan membersihkan tubuhnya lalu berganti pakaian dengan pakaian yang sudah disiapkan untuknya. Entah bagaimana cara Sky melakukan itu, tapi setiap kali Angelina bermalam di unitnya, maka Sky memang akan menyiapkan segala keperluannya Angelina dari a sampai z. Iya, sesempurna itu memang ekspresi cinta Sky padanya, akan tetapi hati Angelina yang terlanjur mati rasa seolah tidak lagi merasakan betapa inginnya laki-laki itu menunjukkan bahwasanya dia, Angelina benar-benar istimewa untuknya. Saat Angelina selesai dengan berganti pakaiannya, bel unit itu juga terdengar berbunyi dari arah luar. Tentu Angelina tidak bisa asal membuka pintu itu ketika dia sedang berada di dalam unit Sky. Dia tidak bisa mengambil resiko jika hubungannya dan Sky justru diketahui oleh salah satu anggota keluarganya, baik itu keluarga Sky ataupun keluarga Angelina sendiri, meskipun Sky pernah mengatakan jika unit itu tidak diketahui oleh siapapun dari anggota keluarga mereka, akan tetapi Angelina memang tetap harus selalu waspada , jika tiba-tiba seseorang justru mengenalinya. Tentu Sky yang meminta hal itu tetap dirahasiakan. Entah sampai kapan ini semua harus disembunyikan dari publik, Angelina sendiri tidak tahu dan tidak ingin tahu meskipun sesekali Angelina pernah membahas perkara anak ataupun status pernikahan mereka. Namun saat itu Sky justru menolak untuk membuka topik pembicaraan itu, dan iya, tentu saja Angelina tidak bisa bersikeras untuk meminta penjelasan ataupun pengakuan dari Sky, mengingat kali ini Angelina sudah tidak lagi menginginkan untuk dirinya bersama laki-laki ini, Sky. "Delivery home,,,!" Suara itu memanggil dari arah luar pintu dan Angelina sedikit bernafas lega saat mengambil kesimpulan jika orang yang baru memencet bel unit itu adalah jasa delivery makanan, dan Angelina juga yakin jika ini adalah pesanan Sky. Angelina lantas berjalan ke arah pintu, berniat ingin membuka pintu unit itu, akan tetapi baru saja Angelina akan menekan gagang pintu untuk membuka unit itu, suara serak Sky justru menghentikan langkah dan pergerakan tangan Angelina. "Enji,,,!" Panggilnya, lalu menggeleng dari arah pintu kamarnya, dan Angelina menoleh sambil mengangguk karena sejatinya dia tahu apa maksud dari tatapan Sky itu. Dia lantas terbalik menuju meja pantry , sementara Sky yang kali ini berjalan ke arah pintu utama unit itu, membukanya lalu menerima pesanannya. Sky membawa tiga peper bag itu dan meletakkannya di atas meja pantry, saat Angelina justru terlihat sedang meracik kopi hitam kesukaan Sky, lalu menyeduhnya di dispenser air panas, dan Sky berjalan mengitari meja pantry untuk bisa menjangkau tubuh wanitanya. Sky lantas menarik pinggang Angelina untuk dia peluk saat Angelina justru terlihat sibuk mengaduk gelas kopinya. "Good morning!" Sapanya dengan berbisik di sisi wajah Angelina sambil menopang dagu dan kepalanya di bahu Angelina. Angelina mengangkat sebelah tangannya untuk membelai lembut rahang kasar laki-laki itu kemudian berbalik sekejap untuk mendaratkan satu kecupan di pipi hangat Sky. "Morning too." Balas Angelina. "Bagaimana tidurmu semalam. Apa kau kembali terusik?" Bisik Sky sekali lagi tapi Angelina langsung menggeleng dengan menarik kedua sudut bibirnya untuk membentuk sebuah senyuman sebagai isyarat jika dia tidak seperti itu. "No. Kau mendekapku sepanjang malam, lalu bagaimana mungkin mimpi buruk itu akan berani datang." Balas Angelina saat berbalik untuk menghadap Sky. "Oh syukurlah." Jawab Sky. Sky hanya tidak tahu jika mimpi buruk Angelina itu tidak jauh-jauh dari dirinya. Bahkan Angelina akan merasa tertekan luar biasa ketika Sky memeluk dan menciumnya dengan pelukan dan kecupan cinta sekalipun. "Mau ngopi, atau sarapan dulu?" Tanya Angelina sembari mengalungkan kedua tangannya di bahu dan leher Sky, bermanja seperti dulu ketika rasa cinta itu teramat begitu dia rasakan pada sosok dewasa ini, Sky. "Tidak bisakah aku hanya memeluk mu seperti ini. Sungguh, aroma kopi pun akan kalah manis dan menenangkan dengan aroma tubuhmu, baby. Dan duniaku akan baik-baik saja saat aku bisa mendekap mu seperti ini." Jawab Sky yang terdengar sangat manis di telinga Angelina. Andai saja kata-kata itu senada dengan perilaku Sky, mungkin Angelina akan menjadi wanita satu-satunya yang paling bahagia karena dicinta dengan begitu sempurna oleh laki-lakinya, tapi tidak, Sky tidak seperti itu. Jika kebanyakan orang mengatakan, 'ayah adalah sosok laki-laki yang akan menjadi cinta pertama bagi anak perempuannya.' Meskipun ada beberapa anak perempuan yang justru tidak menyukai karakter ayahnya, dan ada pula yang membenci sifat dan karakter ayahnya sendiri hanya karena sikap dan interaksi mereka yang menurut si anak tidak berkesan atau cenderung melukai hati anak itu sendiri, akan tetapi itu tidak berlaku untuk Angelina, karena Angelina tetap merasakan cinta pertama itu kepada sosok David, ayahnya. Dulu, ketika Angelina masih belum mengenal kata cinta, Angelina pernah mengutarakan mimpi terbesarnya pada sang ayah, bahwasanya dia ingin menikahi laki-laki baik seperti David yang akan mencintainya seumur hidupnya. Laki-laki yang akan setia pada satu wanita saja. Laki-laki yang bertanggung jawab dan bisa menenangkan rasa gundah dan kecemburuan yang kadang kala akan keluar secara alami di waktu tertentu. Laki-laki yang dengannya duniamu akan terasa baik-baik saja. Laki-laki yang hanya tahu bagaimana cara meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama seperti ayahnya. Waktu itu Angelina juga sempat bercerita dengan begitu ceria ketika mengutarakan impian indahnya pada sang ayah. Dia ingin memiliki pesta pernikahan dengan nuansa putih dan ungu, menggunakan gaun besar yang sangat indah dengan mahkota di atas kepalanya, berjalan di atas karpet permadani dengan ayahnya yang akan menggandeng lengannya untuk mengantarnya ke atas altar pernikahannya, dan saat itu Angelina hanya akan menebar senyum kebahagiaan saat dia benar-benar memutuskan untuk hidup bersama laki-laki pilihannya dan pastinya sangat Angelina cintai. Namun sepertinya semua harapan itu hanya akan menjadi angan semata, karena sejauh ini Sky tidak ingin membahas rencana pernikahan yang sesungguhnya bersama Angelina. Entah apa yang Sky inginkan. Di satu sisi dia terus menekan Angelina dengan kalimat bahwa Angelina adalah miliknya, hanya miliknya, dan akan selalu menjadi miliknya. Namun sampai saat ini juga Sky menolak untuk mempublikasikan hubungan dia dan Angelina. Pernah terlintas di pikiran Angelina, mungkinkah Sky memiliki wanita lain yang dia cintai lebih besar dari cintanya pada Angelina, hingga membuat Sky enggan untuk mempublikasikan hubungan mereka di hadapan publik. Angelina berfikir jika mungkin saja Sky hanya sedang menjaga perasaan wanita lain itu agar tidak terluka jika Sky memutuskan untuk mendeklarasikan status dan pernikahannya dengan Angelina. "Sky,,, ayolah. Kau tidak perlu menggombal se-pagi ini, karena tanpa semua itu pun aku sudah mencintaimu. Sangat mencintaimu!" Balas Angelina dengan intonasi suara yang terdengar sangat lembut dan penuh kehati-hatian dan detik berikutnya ada senyum yang juga turut terbit di kedua sudut bibir Sky ketika mendengar ucapan cinta dari wanitanya. Namun Angelina justru merasa ingin mengutuk dirinya sendiri atas apa yang baru saja dia ucapkan pada laki-laki yang sudah membuat segala keyakinannya luluh lantah karena rasa kecewa juga sakit hatinya. "Sudahlah Sky. Ayo nikmati kopi mu, lalu bergegaslah mandi. Aku akan menyiapkan sarapan mu!" Ucap Angelina saat mengurai pelukan laki-laki itu di kedua sisi pinggangnya dan Sky justru terdengar berdecak tidak bersemangat. "Bukankah semalam kau mengatakan jika pagi ini kau ada meeting penting?" Sarkas Angelina dan Sky kembali mengangguk dengan perasaan malas. "Jadi ayo. Kau harus segera bergegas Sky. Aku juga akan menyiapkan pakaian mu, dan kita akan sarapan sebelum berangkat ke tempat kita masing-masing." Ucap Angelina saat meminta Sky duduk di kursi meja pantry, dan mendorong cangkir kopi laki-laki itu, untuk segera dia nikmati. "Jam berapa kau selesai dengan seminar mu? Aku ingin kau segera pulang ke sini jika sudah selesai, karena setelah meeting ini selesai , aku juga tidak punya schedule untuk satu minggu ke depan, jadi aku ingin kau stay di sini selama aku berada di Indonesia." Ucap Sky saat menerima cangkir kopinya dan Angelina langsung mengangguk dengan sangat cepat , meskipun dia juga tidak yakin dengan keputusannya ini. "Iya. Aku akan kembali pulang ke sini , setelah selesai, tapi sebelum itu, aku akan mampir di rumah sakit, untuk melihat kondisi pasien ku yang kemarin habis melakukan transplantasi sumsum tulang belakang, setelah aku akan menemui di sini!" Jawab Angelina tapi Sky justru terlihat tidak suka dengan jawaban Angelina tadi. "CK. Mau sampai kapan kau akan terus sibuk dengan pasien kamu, Angelina. Dan hanya untuk kau tahu, inilah alasan utama aku tidak ingin kau menjadi seorang dokter. Aku ingin kau hanya merawat ku, menjadi dokter pribadiku, bukan seperti saat ini, Angelina." Jawab Sky, tapi Angelina langsung menggeleng sembari kembali memeluk punggung Sky dari arah belakang dan kali ini Angelina sendiri yang menopang wajahnya di bahu Sky , lalu menoleh untuk mendaratkan kecupan di pipi kasar Sky. "Oh, Sky. Ayolah. Mau sampai kapan kau akan terus dengan pendirianmu ini." Balas Angelina masih sambil memeluk laki-laki itu. "Aku sudah memimpikan hari ini dari sejak aku masih kanak-kanak. Sejak oppa ku, di diagnosa mengidap penyakit kanker stadium akhir. Aku memang tidak bisa menyelamatkan oppa saat itu, tapi aku juga berjanji untuk menyelamatkan orang yang mengalami penyakit yang sama dengan oppa ku. Tidak sampai seumur hidupku, Sky, tapi sampai kau benar-benar siap mempublikasikan status pernikahan kita. Sampai dunia mengakui jika aku adalah istrimu. Maka saat itulah aku akan resign dari pekerjaan ini, dan hanya menjadi wanita yang akan mengurus segala tentangmu, dan aku harap saat itu kau tidak lagi keberatan untuk memiliki seorang keturunan dariku." Jelas Angelina panjang kali lebar, tapi Sky tetap hanya menunjukkan sikap tidak sukanya, dan Angelina bisa merasakan jika Sky selalu merasa tidak suka setiap kali Angelina membahas perkara pernikahan dan anak. "CK." Sky berdecak, tapi Angelina justru memutari duduk Sky, lalu pilih duduk di atas pangkuan Sky, untuk membujuk laki-laki itu dengan cara manja. "Ayolah, Sky. Kau tidak cocok cemberut. Kau tetep akan terlihat tampan dengan senyum yang menghiasi wajah mu!" Ucap Angelina sembari mengecup bibir Sky yang kini beraroma kopi. "Tapi aku masih merindukanmu, Angelina. Sangat merindukanmu." Balas Sky dan kembali Angelina mengangguk, tapi kali ini Angelina tidak mendebat kata rindu itu, melainkan membalas ucapan itu dengan kecupan, dan baru setelah itu Sky bisa sedikit lega. Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, mereka juga lekas menyelesaikan sarapannya dan menit berikutnya mereka juga sama-sama meninggalkan unit itu, dan menjalankan aktivitas mereka seperti biasa. Sky yang menghadiri meeting, dan Angelina yang benar-benar menghadiri seminar itu dengan ikut menjadi pengisi acara. Untuk sejenak Angelina melupakan dilema yang dia rasakan dengan hubungannya bersama Sky, ketika dia bertemu dengan anak-anak yang juga mengidap kanker yang sama seperti oppa Teo. Sangat disayangkan jika anak-anak seumuran mereka harus berperang untuk bertahan hidup dengan penyakit di tubuhnya, dan hal inilah yang membuat Angelina bersikeras untuk menjadi seorang dokter di bidang ini. Lantas bagaimana Angelina bisa benar-benar melepas tanggung jawab ini hanya karena ingin menuruti keinginan Sky yang tidak ingin melihatnya berinteraksi dengan orang lain, saat Sky sendiri justru dengan sangat sadis melukai semua elemen dalam tubuh dan pikiran Angelina, dengan segala sikap psikopat dan mafia ranjangnya. Seminar itu baru ditutup dan menit berikutnya Daniel justru menyapa adik perempuannya di kejauhan. Senyum laki-laki itu begitu menawan saat bertemu pandang dengan Angelina dan sorot mata mereka beradu di kejauhan. "Oh kau terlihat sangat cantik dan profesional ketiga berpidato tadi, Sayang!" Ucap Daniel ketika memeluk punggung adik perempuannya. "Aku memang selalu cantik, Kak. Kak Daniel saja yang baru menyadari itu!" Jawab Angelina sambil terkekeh dan kali ini Daniel pun ikut terkekeh menanggapi pernyataan adik perempuannya. "Iya ya ya. Pantes Deddy sampai rela menduakan Mommy. Jadi karena ini , ya?" Sarkas Daniel lagi dan kali ini Angelina tersenyum sembari memamerkan barisan giginya yang rapi ke arah kakak tertuanya. "Daddy itu juga punya Enji, Kak. Sama seperti Kak Daniel dan Lucas. Meskipun kalian berdua sudah dimiliki oleh perempuan lain." Balas Angelina dan kali ini mau tidak mau Daniel langsung mengangguk dengan sangat mantap untuk pernyataan adik perempuannya. "Ah, apa kau juga akan mengatakan jika aku sudah mengkhianati Amora?" Kutip Daniel. "Oh ini benar-benar bahaya Enji. Please jangan katakan ini pada Kakak iparmu!" Ucap Daniel pura-pura takut tapi kali ini Angelina justru semakin terkekeh dengan sikap norak saudara laki-lakinya. "Ya ya ya ya, bisa diatur. Asal ada jaminan penutup mulutnya!" Seru Angelina dan kali ini Daniel menatap tajam wajah adik perempuannya, tapi tentu saja Angelina menganggap itu hanya sebagai lelucon kakak beradik. "Ih, Kak Daniel jelek kek gitu. Takut Enji!" Kekeh Angelina sembari mentoel hidung mancung kakak laki-lakinya dan Daniel langsung tersenyum menanggapi sikap usil Angelina. Daniel lantas menarik nafas sebanyak yang bisa ditampung oleh rongga dadanya kemudian menghembuskannya dengan sangat kasar sebelum akhirnya dia juga mengutarakan niat dan maksud kedatangannya di seminar kali ini. "Enji. Apa kau ingat apa yang Kakak katakan kemarin?" Tanya Daniel sembari berjalan mengikuti langkah wanita cantik itu. "Apa?" Tanya Angelina. "Ucapan Kakak yang kemarin!" Ulang Daniel tapi Angelina justru terlihat mengerutkan alisnya tidak mengerti. "Apa?" Ulang Angelina dan Daniel hanya terlihat menghela nafas untuk sikap acuh adik perempuannya setiap kali Daniel mengatakan ingin mengenalkan seorang teman laki-laki padanya. "Kakak ingin mengenalkanmu dengan seseorang." Jawab Daniel setelahnya dan Angelina kembali menatap ke arah laki-laki tampan pemilik mata sayu itu. "Oh, ya, Enji ingat!" Balas Angelina. "Ayo , ikut Kakak. Dia juga ada di seminar ini." Ucap Daniel dan Angelina semakin terlihat mengerutkan alisnya untuk satu pernyataan Daniel, yang baru saja mengatakan jika laki-laki yang ingin Daniel kenalkan padanya juga ada di tempat ini, di seminar ini. "Dia juga hadir di seminar ini?" Kutip Angelina dan Daniel langsung mengangguk membenarkan. "Siapa? Apa dia seorang pasien, atau mungkin dia seorang dokter juga?" Sambung Angelina tapi Daniel hanya terlihat membagi senyum. "Dia juga seorang dokter, Enji. Makanya kemarin Kakak mengatakan , jika kalian akan cocok!" Jawab Daniel. "Oh, siapa dia?" Tanya Angelina dan detik yang sama Daniel justru menyapa seseorang di kejauhan dan pandangan Angelina justru tertuju pada orang yang baru saja Daniel sapa dan membalas sapaan Daniel. "Itu,,,!" Seru Daniel dan mata Angelina langsung terlihat membulat sempurna saat bertemu pandang dengan laki-laki itu, laki-laki yang ingin Daniel kenalkan padanya. "Kau,,,,?" Syok Angelina.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD