Pilihan Angelina.

2426 Words
Tidak ada kata yang terucap di bibir itu, Angelina hanya membiarkan Sky membawa tubuhnya masuk ke kamarnya. Kamar yang di mana ranjangnya belum pernah di naikin oleh wanita manapun selain dirinya. Iya, Angelina tau itu, tau jika Sky tidak akan membawa satupun wanita lain ke kamar yang dia tempati bersama Angelina, karena sekalipun Sky melakukan aksi kotor itu dengan para wanita-wanita yang biasa menghangatkan ranjangnya dan menuntaskan rasa dahaga Sky, meski biasanya akan memilih kamar di sebelahnya karena ranjang itu adalah ranjang pilihan Angelina, dan dia memang tidak membiarkan siapapun berada di sana kecuali mereka berdua. Sky melepas satu persatu pakaian yang masih melekat sempurna di tubuh Angelina dan saat itulah Sky melihat jejak kebiruan di sekujur tubuh Angelina. Meski noda kebiruan itu tidak memenuhi tubuh Angelina, tapi Sky tahu jika jejak-jejak itu dia sendiri yang menciptakannya. Sky berjongkok dengan posisi setengah menaungi tubuh Angelina, kemudian mencumbu jejak memar kebiruan di punggung dan lengan Angelina. Ada rasa sakit yang ternyata turut Sky rasakan jika mengikat bagaimana dia memperlakukan wanita itu. Rasa sakit itu ternyata juga ternyata turut menyiksa nurani Sky. Sky tau jika dia sebenarnya sangat egois dengan apa yang sudah dia lakukan. Hanya karena ketidak sabarnya dan amarahnya, dia tega menyakiti wanitanya sampai meninggalkan jejak seperti ini. Sky sadar, bahkan sangat sadar jika dia sudah sangat keterlaluan, tapi untuk mengakui jika salah , Sky juga tidak bisa. "Apa ini sakit?" Tanya Sky dengan sangat bodohnya, untuk luka di bahu dan lengan Angelina yang baru saja dia kecup, tapi ajaibnya Angelina justru terlihat membagi senyum kemudian menggeleng kan kepala untuk satu pertanyaan Sky yang menurutnya sangat konyol. "Tidak." Jawabnya lembut dan Sky kembali menatap manik mata wanitanya, lalu mengecup kedua kelopak mata itu sebagai ucapan maaf darinya. Jika sudah seperti ini Sky bisa menjadi sangat manis, bahkan Angelina bisa merasakan jika Sky yang dulu begitu mencintainya benar-benar masih ada, akan tetapi Angelina tetap memungkiri hal itu karena rasa kecewa juga sakit hatinya atas apa yang sudah dia lakukan kemarin dan kemarinnya lagi. Sky bisa dengan sangat kejam menyakiti mental dan lahir batin Angelina dengan menunjukkan secara langsung pada wanita yang dia cintai , bahwasanya dia bisa menggauli wanita lain tempat di depan mata Angelina langsung tanpa melibatkan hati dan perasaannya, jika Angelina tidak dengan cepat menemuinya, atau membuatnya menunggu lama. Terkadang Angelina berpikir jika Sky benar-benar memiliki hati seperti hewan. Di satu sisi Sky terus mengatakan cinta, akan tetapi di sisi lainnya , Sky juga tidak pernah berpikir dua kali sebelum menyakiti hati Angelina, bahkan Sky tidak pernah mau tau hal itu. Setelah mengecup kedua kelopak mata Angelina, ciuman Sky justru turun ke telinga, leher dan d**a Angelina. Angelina sudah benar-benar naked di atas ranjang itu, saat Sky justru mengikat kedua lengan Angelina mengguanakan simpul baju tidurnya. Mengikatnya dengan ikatan longgar hanya untuk menahan kedua tangan wanita itu untuk berada di atas kepalanya , sementara Sky mulai menjajahkan ciumannya di sekujur tubuh wanitanya. Angelina lantas menggigit belah bibir bawahnya sendiri untuk meredam rasa aneh yang turut menjalar di sekujur tubuhnya karena sapuan lidah panas Sky. Rasa nikmat itu sudah tidak lagi bisa Angelina rasakan setiap kali Sky menggagahinya seperti ini. Hanya sakit yang bisa Angelina terima meskipun Sky melakukannya dengan cara yang sangat manis dan lembut. Tak puas mencumbu d**a dan perut Angelina, ciuman Sky juga turun ke kedua belah paha Angelina dan rasa aneh itu semakin menyerang syaraf Angelina dan tanpa sadar Angelina justru menjatuhkan air matanya dengan isakan yang juga lolos dari bibirnya, dan bersamaan dengan itu Sky justru menyadari ketidaksenangan wanitanya ketika dia menginginkannya dengan cara yang indah. Sky menarik ciumannya, kemudian beralih menatap mata Angelina yang terlihat menutup sempurna untuk melawan rasa yang sedang Sky tularkan di tubuhnya. "Kau menangis?" Tanya Sky tiba-tiba dan buru-buru Angelina menggeleng tanpa ingin membuka kelopak matanya, karena dia tau jika dia membuka mata itu, bisa dipastikan air itu akan lolos di pelupuk matanya. "Tidak. Aku tidak menangis. Aku hanya sedang menghayati rasa nikmat itu. Rasa nikmat karena cinta yang,,,,!" "Jangan berbohong Angelina, karena aku bukan orang yang bisa kau bohongi."_____"Kau jelas menangis , Angelina dan,,," "No. Aku tidak menangis , Sky. Aku tidak menangis!" Tolak Angelina saat membuka mata itu dan ternyata air yang sedari tadi terasa menggenang di kelopak matanya tiba-tiba mengering tergantikan rasa takut yang begitu kentara. Sky sudah beranjak bangkit dari atas tubuh Angelina, tapi Angelina justru menghentikan Sky dengan menarik lengannya. Tidak ada kata yang terucap dari bibir Angelina, hanya tatapan penuh sesal yang coba dia tunjukkan pada Sky, dan Sky membalasnya dengan tatapan tajam penuh penekanan. "Kau adalah milikku, Angelina. Dan aku tidak suka di layani karena terpaksa." Ucapnya yang sudah langsung memakai jubahnya dan mengikat nya asal dengan simpul yang sebelumnya dia gunakan untuk mengikat kedua tangan Angelina. Sky berjalan dengan perasaan gelisah bercampur kalut dan tidak tenang di hatinya, melemas rambutnya sendiri untuk meredam rasa tidak suka di hatinya, dan Angelina buru-buru bangkit dari atas ranjang itu dan menyusul langkah Sky sebelum laki-laki itu benar-benar kehilangan mood baiknya dan berakhir Angelina yang akan tersiksa lebih parah lagi. Angelina memeluk tubuh tegap Sky dari arah belakang punggungnya, masih dengan tanpa busana. Dia lantas membutuhkan ciuman di punggung dan tengkuk leher Sky untuk membuat laki-laki itu tenang. "Maafkan aku jika membuatmu berfikir seperti itu. Sungguh aku tidak merasa terpaksa. Aku senang melakukannya, dan tadi, aku,,,!" Suara Angelina tertahan di tenggorokannya saat Sky justru berbalik menghadapnya dan lengan kekar itu kini menarik pinggang Angelina untuk lebih merapat di tubuhnya. Angelina sedikit mendongak untuk bisa menatap wajah laki-laki itu dan Sky justru semakin menarik ujung dagu Angelina untuk mengusap lembut bibir tipis wanita itu sebelum akhirnya dia juga mendaratkan satu ciuman yang begitu dalam dan terasa sangat tulus. Ciuman tanpa tuntutan di mana bibir Sky hanya bertemu dengan bibir Angelina, tanpa melakukan sentuhan lebih seperti lumatan atau sejenisnya. "Aku mencintaimu, Angelina. Sangat mencintaimu. Apa kau tau itu!" Ucap Sky tepat di depan bibir Angelina dan Angelina hanya membalas dengan anggukkan ringan. "Iya. Aku tau. Karena aku juga begitu!" Balas Angelina sebelum akhirnya Sky kembali membawa tubuh itu ke atas ranjang dan kembali menaunginya. Kali ini Sky benar-benar melakukannya dengan cara yang lembut dan benar. Meski durasinya juga tidak bisa dikatakan sebentar, akan tetapi kali ini Angelina bisa merasakan jika Sky melakukannya dengan sangat hati-hati. Bohong jika Angelina tidak menikmati penyatuan mereka kali ini. Iya, Angelina memang sempat melengkuh lembut dan penuh gairah saat tubuh Sky menyentak tubuhnya dengan begitu kuat dan terasa penuh. Angelina memang menikmatinya, akan tetapi rasa nikmat itu juga tidak lebih mendominasi dari rasa sakit yang terlanjur melekat di ingatan Angelina dan akan selalu dia rasakan hanya karena menatap Sky. Pasalnya di sini tidak hanya tubuhnya yang menerima luka, akan tetapi hati dan pikirannya juga, tapi Angelina seolah bebal dengan semua itu. Tujuannya hanya satu, berdamai demi kebaikan semua orang, orang yang dekat dan menyayangi Angelina, karena kadang Sky memang tidak terduga. Di lain tempat. David baru sampai di rumahnya saat Angelina sudah pergi dari rumah itu. Sudah lebih dari satu bulan David tidak melihat putrinya itu, dan iya, ada rasa rindu yang lebih mendominasi di hati David pada Angelina dibanding kepada istrinya sendiri, Luci. Hal itu wajar terjadi mengingat Angelina adalah satu-satunya putri yang David miliki, dan Angelina juga merupakan anak termuda di antara ketiga saudaranya, dan anggap saja Angelina mendapat tempat paling spesial di hati David dibanding Daniel atau Lucas. Namun menurut Galuh, hal itu wajar dirasakan oleh setiap orang tua, mereka memang akan condong lebih pada anak buntutnya. Tidak peduli sekeras apapun mereka ingin mengelak dari fakta tersebut dengan mengatakan cinta dan kasih sayang mereka sama besar antara anak pertama ataupun terakhir, nyatanya itu sebenarnya tidaklah benar. Itu hanya cara mereka menutup fakta bahwasanya hati mereka merasakan cinta dan sayang yang lebih kepada anak terakhirnya. "Di mana Enji?" Sapa David saat baru turun dari mobil dan menaiki undakan teras depan rumah, dan Luci sudah lebih dulu menyambut kepulangannya. "Dia sudah kembali ke rumah sakit. Katanya ada pasien yang harus dia jaga ekstra setelah melewati operasi, dan iya, kau tahu sendiri jika aku tidak bisa mencegahnya pergi jika dia sudah membawa nama pasiennya." Jawab Luci saat mengikuti langkah suaminya masuk ke dalam rumah, dan David hanya terdengar menghela nafas dalam diam dengan perasaan sedikit kecewa. "Apa kau tidak memintanya untuk menungguku sebentar? Sudah lebih dari satu bulan aku tidak menemuinya, terakhir aku mencarinya ke rumah sakit tapi stap rumah sakit mengatakan jika Angelina sedang berada di ruang operasi." Balas David penuh sesal , tapi kali ini Luci sendiri yang justru terdengar menghela nafas dalam diam. "Bukankah kau yang memintaku untuk tidak memberitahunya jika saat itu kau sudah berada di Boston? Lalu dengan cara apa lagi aku harus menahannya agar berada di rumah?" Sarkas Luci mengingatkan permintaan David sebelum David bertolak ke Boston untuk mengambil alih aset milik ayahnya. "Oh, selalu saja seperti itu. Kapan aku bisa menemuinya lebih leluasa seperti dulu. Menemuinya serasa menemui selingkuhanku saja. Harus curi waktu dan kesempatan, padahal dia adalah putriku. Aku berhak atas dirinya sepenuhnya sampai dia benar-benar menikah, bukan! Tapi lihatlah, kenapa sesulit ini untuk berjumpa dan bertatap mata dengannya?" Balas David dan Luci langsung mengangguk dengan sangat cepat , karena begitulah fakta seorang anak perempuan. Dia akan tetap menjadi milik keluarganya sampai anak itu benar-benar bertemu dengan jodohnya dan memutuskan hidup dengan laki-laki pilihannya. Benar apa yang David katakan, mereka nyaris tidak memiliki waktu untuk bersama Angelina. Sesekali David memang menemui putrinya di unitnya, akan tetapi itu pun David harus menunggu, begitu juga ketika David ingin menemui putrinya di rumah sakit, selalu saja ada alasan yang membuatnya tidak bisa bertemu dengan putrinya. Entah Angelina yang mungkin sedang berada di rumah sakit lain, atau Angelina yang sedang berada di ruang operasi. Rindu. Kata itu sudah terlanjur melekat di hati seorang David untuk putrinya, meskipun terkadang rindu itu juga lekas terobati hanya dengan panggilan video. Namun tentu saja rasanya akan sangat berbeda saat dia bisa memeluk dan membelai wajah halus putri kesayangannya. "Kau benar. Tapi mau bagaimana lagi. Ini adalah jalan yang dia pilih, dan kau yang dulu menyetujuinya. Jadi jangan menyesali apa yang sudah kita putuskan, karena ini adalah jalan untuk kemandiriannya, membuatnya semakin dewasa dan bertanggung jawab atas keputusan yang sudah dia pilih." Ucap Luci menenangkan laki-laki yang lebih dari tiga puluh tahun hidup bersamanya. "Dan seharusnya kau bangga dengan apa yang dia kerjakan. Dia berjuang untuk menyelamatkan hidup banyak orang, seperti impian yang dia inginkan!" Ucap Luci panjang lebar sembari menaiki anak tangga rumah mereka untuk sampai di kamar mereka di lantai atas. "Aku tidak pernah menyesali apa yang menjadi keputusannya, Luci. Hanya saja terkadang aku memang tidak bisa mengabaikan rindu ini untuknya. Lantas salahkah aku jika aku justru menginginkannya untuk tetap kecil saja, agar dia tetap menjadi putri kesayanganku, yang tidak bisa jauh dari ku meski hanya beberapa jam saja." Balas David sembari menghembuskan nafas dan Luci justru terkekeh saat menyadari persamaan putrinya dan suaminya dalam urusan rindu seperti ini. Baru beberapa saat lalu Angelina berpikir hal yang sama. Ingin tetap menjadi anak kecil, hanya agar bisa menjadi putri kesayangan mereka, yang hanya tahu bagaimana cara menerima kebahagiaan dan cinta dari mereka. Bukan justru disibukkan dengan urusan ini dan itu dan membuatnya merasa semakin jauh dari kedua orang tuanya. "Udah ah. Jangan mulai." Potong Luci untuk pernyataan suaminya tadi. "Ada si kembar yang sedang menginap di sini. Jadi jika kau ingin melepas rindu pada Angelina, temuilah mereka bertiga. Mereka juga dari kemarin menanyai mu terus!" Ucap Luci dan senyum cemerlang itu juga kembali terbit di wajah teduh David yang sempat murung. "Benarkah?" Serunya dan Luci langsung mengangguk. "Iya. Mereka ada di kamar. Baru saja masuk. Sepertinya mereka juga belum tidur." Balas Luci dan David juga langsung berbelok , berjalan menuju kamar lama David , di sisi kiri paling ujung, kamar yang baru kemarin selesai mereka renovasi, dengan menggabungkan dua kamar, kamar tamu, dan kamar lama David , karena jika mereka menginap, si kembar tetap tidak mau tidur di kamar lain, dan tetap memaksa tidur bersama ibu dan ayahnya. *** {Cintaku adalah tulus yang tak pernah menemukan tapi. Namun apakah tulus ku berada di tempat yang tepat? I think, no. Kamu adalah sosok yang aku temukan dengan balutan rasa, aku rengkuh hangat dalam belaian kasih dan penuh cinta. Jujur, aku tidak bisa mendefinisikan tentang kita. Apakah cinta ini sebuah anugerah atau justru hanya perjanjian luka dengan semesta. Lalu di mana aku, dimana kasih yang dulu ku kecup dengan sejuta cinta dan ketulusan. Kau adalah pembohong ulung yang sudah berhasil memperdaya cintaku. Wujud luka paling menyakitkan yang pernah aku temui dan rasakan. Lisan mu adalah racun di antara manisnya kata cinta yang selalu kau bisikkan. Iya, kau adalah bohong sejati. Bagaimana bisa seseorang yang kusebut kekasih menikam luka paling perih di dalam hati. Maka kali ini aku pilih menyerah, karena kurasa cinta aku dan kamu tidak akan pernah menemukan kata kita. Maaf, jika pada akhirnya cintaku pergi tanpa kata permisi.} (Dairy Angelina lembar ke empat) Jam sudah menunjukkan angka dua dini hari, tapi mata itu tidak kunjung terpejam. Kedua tangan besar Sky masih memeluk selingkar perut dan d**a Angelina, sementara Sky sudah terlelap dari empat jam yang lalu. Perlahan Angelina mengurai pelukan Sky, tapi baru saja dia melepas sebelah lengan Sky, laki-laki itu justru terjaga dari lelapnya. "Baby. Ada apa?" Tanya Sky dengan suara serak khas orang bangun tidur , dan dia masih belum membuka matanya secara penuh. "Tidak apa-apa. Aku hanya merasa sesak!" Jawab Angelina saat Sky benar-benar mengurai pelukannya dan bangkit lebih dulu dari rebahnya diikuti Angelina yang juga ikut bangkit sembari menarik ujung selimut untuk menutup dadanya, karena mereka berdua masih sama-sama naked setelah melewati sesi bercinta yang kedua sebelum mereka tertidur tadi. Sky meraih gelas air mineral di sisi nakasnya, kemudian memberikannya pada Angelina untuk meringankan rasa sesak yang tadi Angelina keluhkan, dan iya, Angelina menerimanya kemudian meminumnya sampai habis, lalu menghela nafas dalam diam dan menghembuskannya dengan sangat kasar, seolah ada rasa sesak yang memang kentara dia rasakan di dadanya. "Bagaimana? Apa sudah lebih baik?" Tanya Sky dengan begitu lembut sembari terus membelai punggung terbuka Angelina dan Angelina mengangguk sejenak. Sky memang bisa bersikap begitu manis di waktu tertentu, dia bisa menjelma menjadi malaikat bersayap emas untuk Angelina, tapi juga bisa berubah menjadi iblis paling menakutkan jika sudah merasa terancam atau sekedar tidak sabar. "Tidurlah, ini masih larut malam. Bukankah tadi kau mengatakan jika besok kau ada seminar!" Ucap Sky lagi saat ingat apa yang sebelumnya Angelina katakan dan Angelina hanya asal mengangguk, kemudian kembali menjatuhkan tubuhnya di atas lengan Sky, membiarkan laki-laki itu memeluknya seperti seorang tawanan, berharap dia akan segera bertemu sang surya dengan senyum penuh kasih, meskipun dalam hati ada luka yang terpatri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD