Ning Anin terus memaksakan diri, dirinya ingin membuktikan kepada Faiz kalau dia juga mengendarai mobil tersebut, meski dia sangat sadar kalau dia dan teman-temannya yang lain bisa kembali ke pondok, meski harus sampai di rumah sakit terlebih dahulu atau arwahnya saja karena jasadrnya sudah mati di tengah jalan. Ning Anin melirik Farha dan juga Minan, mereka bedua masih tertidur pulas. Ning Anin ingin sekali membangunkan mereka namun dia tidak tega. Ning Anin memegang kemudi, kakinya mulai berada di dua pijakan di bawah, dia tidak tahu mana yang rem dan mana yang gas. Dia juga tidak tahu cara mengemudikan mobil. Kenekatannya hanya berdasarkan kemarahannya saja. “Bismillahirrahmannirrahiim.” ucapnya. Pintu pengemudi tiba-tiba terbuka. Di sana sudah ada Faiz. “Turun!” kata Faiz. Ning An