Sarah dan Kris

2188 Words
Bab 7   Sarah menuju ke bagian belakang jet pribadi Kris, di sana terdapat dapur dengan segala perlengkapannya. Dilihatnya ada seorang pria gemuk dengan pakaian koki, Sarah lalu menghampiri pria itu.   “Permisi, nama saya Sarah, saya sekretaris bos Kris. Dapatkah anda menghidangkan makan malam untuk kami?.” Tanya Sarah dengan sopan.   Pria gemuk itu meneliti penampilan Sarah, “Penampilan wanita ini memang cantik, pantas saja bos Kris menyukainya.” gumamnya dalam hati.   “Saya sudah mendengar nama anda, anda terkenal di sini, karena anda menjadi kekasih bos Kris yang paling berani melawannya. Tentu saja saya akan mengantarkan makan malam romantis untuk pasangan  kekasih seperti kalian. Oh, iya kami disini menjuluki kalian pasangan ‘Tom and Jerry’ yang selalu bertengkar padahal saling menyayangi.”   “Kami sebenarnya suka mengintip perdebatan kalian berdua, hiburan tersendiri buat kami yang jauh dari pasangan.” Ucap koki itu sambil terkekeh geli.   Sarah tersedak salivanya, mendengar penuturan pria tersebut. “Em...kalian semua salah saya bukan kekasihnya bos Kris, saya hanyalah sekretarisnya yang sedang menjalani masa hukuman.”   “Wah, saya tidak menyangka sama sekali kalau perdebatan saya dengan bos Kris menjadi hiburan tersendiri buat kalian.” Ucap Sarah kikuk, karena ia merasa malu.   Pria gemuk tersebut hanaya terkekeh mendengar penuturan Sarah.   “Anda tidak perlu menyiapkan makan malam romantis, cukup makan malam biasa saja.”   Kemudian Sarah meninggalkan dapur yang terdapat di dalam jet pribadi Kris. Ia kembali duduk di atas sofa. Didengarkannya musik lewat sound system yang ada di dekat meja. Sarah ikut bernyanyi mengikuti lagu yang sedang diputar saat ituu.   Sedang asyik menggoyangkan badan dan kepalanya mengikuti irama musik yang sedang di putar, hingga Sarah tidak menyadari kedatangan Kris.     Dengan perlahan Kris mendekati Sarah, ia bermaksud mengejutkan Sarah. Sarah yang mempunyai reflek dan antisipasi yang baik, karena ilmu diri yang dimilikinya segera menarik tangan Kris yang memegang pundaknya, dengan hentakkan menggunakan tenaga dalam ia melakukan teknik bantingan, hingga Kris terjatuh dan keningnya membentur bibir meja hingga terluka.   Kris yang terjatuh, segera melakukan teknik kaitan yang membuat Sarah terjatuh. Namun, sayangnya Sarah terjatuh justru menimpa badan Kris. Mata keduanya  saling bertatapan, seakan ada magnet yang menarik mereka.   Sarah menjadi gugup ditatap seintens itu oleh Kris. Dikedipkannya, matanya dan ditariknya senyum tipis dibibir mungilnya.   “Latihan merayu dan menggoda, bos!, apakah saya berhasil dalam latihan kali ini?.” Tanya Sarah sambil mengedipkan matanya.     Ttransit Di Turki   Kris terdiam di tempat ia terjatuh di lantai, tangannya memegang pinggang Sarah, seolah-olah menahan Sarah agar tidak menjauh dari tubuhnya. Kris merasakan jantungnya berdebar-debar. Tangannya bagaikan dialiri oleh aliran listrik  saat menyentuh tangan Sarah.   “Apakah Sarah berhasil dalam pelajaran merayu dan menggoda kali ini, tentu  saja ia berhasil. Karena aku telah terjerat dalam pesona Sarah,” bisik suara hati Kris.   Suasana intim antnara Sarah dan Kris dibuyarkan oleh kedatangan seorang pramugari yang membawakan makan malam mereka berdua.   Sarah pipinya merona merah karena terpergok sedang dalam situasi yang dapat menimbulkan fikiran negatif di mata orang lain.   Kris membalik badan Sarah dengan lembut, lalu ia bangkit berdiri, diulurkannya tangannya ke arah Sarah.   Sarah kaget, melihat perlakuan Kris yang tidak seperti biasanya. “Kesambet jin mana, nih bos Q, tumben sikapnya manis,” gumam Sarah dalam hatinya. Diterimanya uluran tangan Kris.   Merekapun makan dalam suasana yang canggung. Tak ada yang ingin memecahkan kecanggungan tersebut.   Setelah sekian lamanya saling berdiam diri, akhirnya Kris memecahkan kesunyian itu. Sebentar lagi pesawat kita akan mendarat di bandara internasional Atartük Turki dalam waktu 5 jam lagi.  Kau dapat beristirahat di kamarku.”   Melihat gelagat Sarah yang akan membantah perkataannya, Krispun berucap, “Tidak dapatkah kau sekali saja tidakmendebat dan membantah perkataanku. Kau tidak perlu khawatir, aku akan tidur disini. Aku sudah tahu kau itu jago beladiri, tidak perlu kau praktikkan lagi padaku.”   “Aku tidak keberatan kalau kau mau mempraktikkan ilmu beladirimu di atas tempat tidur.” Kata Kris sambil mengedipkan sebelah matanya.   Sarah menjulurkan lidahnya ke arah Kris, lalu beranjak berdiri dari tempatnya menuju ke kamar Kris untuk beristirahat. Karena rasanya ia tidak sanggup lagi kalau harus berdekatan dengan Kris Jantungnya terasa berdebar-debar.   Tak lama berselang Sarah tertidur dengan nyenyaknya di atas tempat tidur Kris. Namun, saat tengah malam ia terbangun dari tidurnya, karena merasa ada yang menggelitik di kuduk dan telinganya.   Sarah mencoba untuk bangkit dari tidurnya, akan tetapi ia merasakan pelukan yang erat di perutnya. Sarah meyakini, ini pastilah ulah bosnya yang bertindak selalu seenak hatinya sendiri. Sarah berniat untuk memberikan pelajaran kembali kepada Kris.   “Tampaknya si bos masih belum kapok. Perlu diulang ternyata, biar kapok.” Umpat Sarah dalam hatinya.   Kris yang sadar kalau Sarah pasti tidak akan diam saja tubuhnya dipeluk-peluk. Berbisik di telinga Sarah, “Biarkan saja, seperti ini dulu. Saya tidak akan macam-macam, saya ngantuk sekali. Kembalilah tidur,” perintah Kris sambil mengeratkan pelukkannya di perut Sarah.   Dalam hatinya Sarah mendengus sebal, “Dasar bos tidak tahu malu.”   Sarahpun kembali tertidur di dalam pelukan hangat Kris. Sementara Kris di dalam hatinya berseru senang penuh kemenangan, “Akhirnya bisa juga aku membuatmu tidak melawan, wanita Amazonku.” Kata Kris dalam hatinya.   Subuhnya Krislah yang terlebih dahulu bangun, dikecupnya kening Ica lembut. “Hei pemalas, bangunlah cepat, sebentar lagi waktu sholat subuh akan habis. Mandilah di kamar mandi kamar ini, saya akan mandi di ruangan lain.”   “Tapi, saya tidak keberatan kalau kamu mengajak saya mandi bersama.” Tambah Kris sambil mengedipkan kedua matanya.   Sarah yang merasa kesal dengan ucapan Kris, melemparkan guling ke arah Kris. Kris hanya menatap Sarah datar. Iapun berlalu dari kamarnya menuju kamar mandi yang terdapat di bagian belakang pesawat.   Setelah Kkris pergi,, Sarah bergegas pergi ke kamar mandi. Dibersihkannya tubuhnya dengan shower, setelah selesai mandi ia memutuskan untuk memakai hodie dan celana jeans, karena ia sudah dipeingatkan oleh Kris bahwa mereka akan mendarat di Turki dan saat ini di Turki sedang turun salju.   Selesai berpakaian Sarah segera mengambil air wudhu, untuk menunaikan tugasnya sebagai seorang muslim. Ternyata Kris sudah siap dengan gelaran sajadahnya. “Cepatlah kenakan mukenamu, kita tidak mau kehabisan waktu sholat subuh bukan,” peringat Kris kepada Sarah.   Sarah dengan cepat mengenakan mukena yang terhampar di atas sajadah. Sarah tidak menyangka sama sekali kalau Bos ‘g***o’ tidak ada akhlaknya ternyata bisa menjadi seorang imam.   Mereka berdua melaksanakan sholat subuh berjamaah dengan khusyu, usai sholat Kris mengukurkan tangannya untuk di salami oleh Sarah.   Sarah tertegun, “Loh bos kenapa saya harus salim dengan bos. Kita kan bukan Mahram, boskan bukan suami saya.” Kata Sarah kepada Lris.   “Sudah terima saja, cepat dan jangan lupa cium tangan saya. Anggap saja kamu sedang berlatih untuk menjadi seorang istri yang  solehah yang patuh dengan perintah suaminya.”   Sarahpun mengambil uluran tangan Kris, lalu diciumnya tangan Kris. Kris mengusap kepala Sarah dengan lembut.   Dalam hatinya Sarah bergumam, “Idah kayak pasangan suami istri benaran aja nih. Jangan sampai aku baper sama bos Kris. Tidak-aku tidak boleh terbawa perasaan dengan sikap manis bos.”   Dalam hatinya Kris merasakan kebahagiaan, saat Sarah mencium kedua tangannya. “Begini rasanya ternyata kalau sholat berjamaah dengan pasangan halal, astaga aku lupa. Sarahkan bukan pasangan halalku. Mana mungkin juga aku menikah dengan wanita jadi-jadian macam Sarah.”   “Kenapa tuan lihat-lihat saya!, jangan bilang ya, kalau bos sudah mulai jatuh cinta dengan saya. Kita kan sudah buat perjanjian tidak akan saling jatuh cinta, karena kita ini sangat berbeda, bagaikan siang dan malam, bulan dan bumi.” Kata Sarah.   “Kapan kita membuat perjanjian sperti itu, seingat saya, saya tidak pernah mengajak kamu membuat perjanjian seperti itu.”   “Kalau bos tidak mau membuat perjanjian yang mencegah kita untuk saling jatuh cinta, berarti bos benaran nih mulai suka dengan saya. Ngaku aja bos, gak usah malu-malu. Saya tidak marah kok.” Tambah Sarah panjang lebar kepada Kris.   Kris yang merasa kesal dengan ucapan Kris, memakaikan pecinya ke atas kepala Sarah.   “Kalau kamu sudah menjadi wanita anggun, yang tidak suka main kekerasan, mungkin saya akan mempertimbangkan kamu untuk menjadi kekasih saya. Namun, untuk saat ini kamu masih jauh dari kriteria wanita yang cocok untuk saya sukai.”   “Bohong dosa loh bos, tapi gak papa sih kalau si bos gak suka sama saya. Itu artinya nanti saya bebaskan bos, untuk melihat-lihat cowok-cowok Turki yang ganteng-ganteng. Dan juga, untuk berkencan dengan pria manapun.”   “Mengapa saya harus keberatan. Geer  sekali anda, hanya karena saya menjadi imam anda dan meminta anda untuk mencium tangan saya, anda bersikap seolah-olah saya akan menjadikan anda sebagai pasangan saya.” Kata Kris kepada Sarah dengan formal, ia merasa marah dan cemburu mendengar Sarah akan melihat-lihat pria Turki yang memang terkenal dengan kegantengannya. Ia masih ragu akan perasaannya kepada Sarah.   Usai melipat sajadahnya dan menyampirkannya pada kursi Greg berlalu ke luar dari kamarnya, disusul Sarah yang juga telah selesai melipat mukenanya.   Sarah menyusul Kris duduk di sofa, mereka berdua duduk berhadapan. Tak lama setelah mereka duduk datanglah seorang pramugari menghampiri mereka dengan membawakan dua piring nasi goreng dengan telur mata sapi dan dua gelas air jeruk.   Sarah mengucapkan terimakasih kepada pramugari itu. Pramugari itupun menganggukkan kepalanya.   Setelah pramugari itu pergi Kris dan Sarah menikmati sarapan pagi mereka dalam keheningan, hanya terdengar suara garpu dan sendok mereka yang sesekali beradu dengan piring.   Usai sarapan, Kris mencoba untuk mengacuhkan Sarah. Diambilnya berkas yang berada di dalam tas kerjanya. Kris begitu asyik dengan berkas-berkas ditangannya, padahal sebenarnya itu hanyalah akal-akalannya saja untuk menghindari Sarah.   Sarah yang merasa kesal karena dicueki oleh Krispun berjalan menuju ke bagian kabin pesawat, “Sepertinya lebih asyik bergabung dengan pramugari-pramugari yang ada di pesawat ini,” fikir Sarah.   Awak pesawat yang sedang duduk bersantai merasa kaget melihat kedatangan Sarah. Mereka merasa segan dengan kedatangan Sarah, karena telah beredar cerita kalau bos mereka, pemilik jet pribadi sangat possessive dengan Sarah.   Dengan gugup seorang pramugari bername tag Lusiana menghampiri Sarah. “Apakah nona atau tuan memerlukan sesuatu,” Tanya Lusi dengan ramah.   “Tidak, kami tidak perlu apa-apa, hanya…apakah saya boleh bergabung duduk bersama kalian.” Tanya Sarah. “Saya merasa bosan duduk di pesawat tanpa ada yang harus dilakukan.” Tambah Sarah lagi.   “Tentu saja, nona. Silahkan nona duduk.”   Pada awalnya mereka merasa segan dengan Sarah, akan tetapi lama kelamaan mereka merasa ayik mengobrol dengan Sarah. Seorang awak pesawat dengan wajah yang tampan dan umurnya hampir sama dengan Sarah, bertanya kepada Sarah, “Jadi benar, kalau kamu itu bukan kekasihnya bos Kris.”   “Iya, benaran. Saya bukan kekasihnya bos Kris. Saya hanyalah sekretarisnya yang beruntung mendapat kesempatan mengikuti perjalanan dinas bos ke luar negeri.” Bohong Sarah kepada awak kabin, bernama Syarif yang bertanya kepadanya.   “Kalau begitu, apakah boleh aku meminta nomor hpmu, siapa tahu saat aku tidak bertugas kita dapat kencan berdua,” kata Kris, yang langsung mendapat sorakan dari teman-temannya.   “Gercep, mas. Ingat anak, bini di rumah bro!.” Celutuk rekan Syarif.   Sarah terkejut mendengar kalau Syarif mempunyai istri dan anak. “Wah, saya tidak tahu kalau kamu sudah mempunyai istri dan anak. Maaf saja, ya. Saya tidak mau menjadi pelakor.” Sahut Sarah kepada Syarif.   “Kamu jangan percaya, itu semua bohong. Suer deh. Saya belum menikah dan punya anak.” Kata Syarif berusaha meyakinkan Sarah.   “Buaya darat tuh, jangan dipercaya Sarah.” Tambah rekan Syarif lagi.   Syarif menjadi kesal dengan rekan-rekan kerjanya yang mengerjainya habis-habisan, “Bisa gagal nih mendekati Sarah, kalau mereka terus-terusan merecoki,” gumam Syarif.   Syarif merogoh saku celananya, dikeluarkannya KTP miliknya, kemudian diserahkannya kepada Sarah. “Nih, kamu lihat di situ tertulis kalau saya belum menikah. Kamu jangan percaya dengan omongan mereka semua,” kata Syarif menjelaskan kepada Sarah.   Sarah yang sadar kalau ia dan Syarif sedang dipermainkanpun tertawa. Syarif yang awalnya tegang, karena takut Sarah percaya dengan kata-kata rekannya juga menjadi tertawa. Ia lega Sarah mengerti kalau itu semua hanyalah guyonan.   Sarah lalu memberikan nomor kontaknya kepada Syarif, dan saat ia sedang menyebutkan nomor kontaknya datanglah Kris.   Sebenarnya Kris sayup-sayup dapat mendengar ada seseorang yang meminta nomor Sarah dan ingin mengajaknya berkencan. Hal  itu membuat emosi Kris naik ke ubun-ubun. Dengan segera di letakkannya berkas yang sedang dibacanya dan menghampiri mereka semua.   “Ternyata di sini kamu rupanya, cepat kembali. Saya mempunyai tugas untukmu.”  Perintah Kris kepada Sarah.   “Tunggu sebentar bos, saya sedang memberikan nomor kontak saya kepada Syarif.”   “Tidak perlu, saya bosmu. Kamu harus tunduk dengan perintah saya.”   Kris lalu berbalik pergi dari kabin awak pesawat yang diikuti oleh Sarah di belakangnya. Setelah mereka berdua duduk di atas sofa, Kris memarahi Sarah.   “Saya meminta kamu menemani saya dalam perjalanan dinas, bukannya untuk mencari teman kencan. Apakah kamu tidak melihat saya sedang mempelajari berkas-berkas di tangan saya.”   “Maaf bos, apa yang harus saya kerjakan bos.”  Tanya Sarah kepada Kris.   “Saya ingin kamu membuat balasan email untuk rekan bisnis saya. Peter. Katakan kepadanya kalau meeting akan tertunda selama 1 hari, karena kita harus transit di Turki dan ada yang harus saya kerjakan selama di Turki.”   “Siap bos, memangnya apa yang akan bos kerjakan di Turki. Karena di dalam buku agenda, bos tidak ada kegiatan sama sekali di Turki.”   “Tentu saja ini semua kegiatan dadakan, saya mau mengenalkan kamu dengan teman-teman Arab saya, siapa tahu mereka mau menjadikan kamu sebagai harem mereka.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD