Episode 8

1705 Words
Alan masuk ke dalam kamar sambil membuka kancing kemejanya, masih merasa panas dan gerah karena efek obat yang di minumnya tadi. Pria itu tahu pasti semua ini adalah perbuatan Sabrina. Sepertinya Sabrina memang benar-benar mencintai nya hingga dia ingin menjebak Alan dengan memberi obat itu. Sabrina,, bukan saatnya kita untuk bermain-main,, aku masih akan menjalankan misiku!" Batin Alan. Aland mendudukkan dirinya di atas ranjang sambil membuka bajunya dan melemparnya ke atas tempat tidur. Pria itu sengaja melepas kemejanya karena aroma parfum Amanda masih tercium wanginya. Sial, wanita itu memang memiliki pesona luar biasa, aku hampir saja terperosok ke dalam pesona mautnya! Alan tidak bisa memungkiri bahwa Amanda tadi memang berhasil membantunya dalam keadaan siksaan hasrat yang sungguh menyakitkan. Bahkan ciuman itu masih bisa dia rasakan sampai saat ini. Bibir Amanda yang begitu manis masih tertinggal bekasnya di bibir Alan. Pria itu memegang bibirnya, entah kenapa hanya membayangkan berciuman dengan Amanda, senjata miliknya langsung menegang. Bahkan jantungnya berdegup lebih cepat saat ini. Sial..!!! Alan langsung masuk ke dalam kamar mandi dan membuka seluruh pakaiannya yang tersisa. Pria itu menyalakan shower dan langsung mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Pria itu memejamkan matanya dan bayangan wajah Amanda langsung terlintas. Ciuman panas itu, wajah cantik Amanda, sentuhan lembutnya dan mata bening hazel Amanda berhasil menghipnotis Alan. "Kenapa aku memikirkan wanita itu? tidak Alan, kamu tidak boleh jatuh hati pada Amanda, ingatlah tujuan mu untuk menyakiti wanita kejam itu, semua yang dia tunjukan adalah kepalsuan, buktinya dia langsung melarikan diri dan tidak bertanggung jawab atas penabrakan yang dia lakukan pada Sofia," guman Alan mengusap wajahnya kasar. Sepertinya mulai saat ini dia harus lebih bisa mengendalikan diri agar tidak terjerumus dalam lembah yang nanti akan menyeretnya. Alan tidak boleh lemah, dia bahkan bisa kuat kembali setelah kematian Sofia. "Sofia, sebentar lagi aku akan membalaskan kesakitan mu selama setahun ini, aku berjanji akan membuat wanita itu menyesali semua perbuatannya!" Batin Alan. Sedangkan di Mansion. Amanda berjalan ke arah pintu kamar dan membukanya, gadis itu merasa sedikit malu karena tingkahnya yang seakan menggoda Alan. Padahal tadi jelas-jelas Amanda melihat dan mendengar sendiri bahwa kekasih Sabrina ternyata memang Aland yang sama, lalu apa maksudnya pria itu mengatakan bahwa dia sudah sejak dulu mencintai Amanda. Meskipun awalnya wanita cantik itu kesal karena merasa di bohongi, tetapi setelah Alan memberikan alasan yang masuk akal akhirnya Amanda menerima permintaan maaf darinya. Alan mengatakan bahwa sebenarnya dia tidak mencintai Sabrina, karena Sabrina lah yang mengejarnya selama ini. "Apa benar dia sudah mencintai ku dari awal? pria setampan Alan?" Gumam Amanda. Amanda tersenyum sambil menatap dirinya di cermin, wanita itu memegang bibirnya yang bengkak akibat ciuman panas yang di lakukannya bersama Alan tadi pada waktu di dalam mobil. "Ya Tuhan, kenapa jantungku berdegup kencang saat memikirkan pria itu? apakah aku sudah mulai menerimanya, apakah hatiku sudah terbuka untuk Alan?" gumam Amanda. "Aahh tidak, aku tidak mungkin jatuh cinta padanya kan?" Gerutu wanita itu. Amanda menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang sambil memegang dadanya yang masih berdebar-debar itu. Pesona pria yang bernama Alan Abraham Smith memang sudah membuat Amanda melupakan perasaannya kepada Aaron, sahabat baiknya sekaligus pria yang di sukainya. Ngomong-ngomong soal Aaron, Amanda lupa bahwa dia telah meninggalkan sahabatnya itu di restoran tadi, gara-gara Alan menarik tangannya pada saat itu. "Ya Tuhan, kenapa aku bisa melupakan Aaron!" seru Amanda. Wanita itu langsung mengambil ponselnya yang berada di dalam tas dan langsung menghubungi Aaron. "Halo Aaron, maaf ya tadi aku pulang bersama Alan, pria itu tiba-tiba memaksaku begitu saja," "Tidak apa-apa Amanda, yang penting kamu sekarang baik-baik saja, sekarang kamu di mana?" "Aku sudah pulang, maaf ya udah ninggalin kamu,, baiklah kalau begitu aku istirahat dulu, Aaron,, sampai jumpa," "Amanda tunggu sebentar, aku ingin menanyakan sesuatu padamu?" Amanda mengerutkan keningnya. "Ingin bertanya apa Aaron?" "Apakah benar kalau Tuan Alan adalah calon suamimu?" Amanda bingung harus menjawab apa, karena bukan dia yang lamaran itu. Apalagi dia dan Alan masih belum lama saling mengenal. "Iya Aaron, Alan sudah melamarku melalui Papa, aku juga tidak tahu apa-apa," jawab Amanda. Aaron mengepalkan tangannya ketika mendengar jawaban Amanda. "Baiklah Aaron, aku tutup teleponnya ya?" Amanda mematikan panggilannya dan membaringkan tubuhnya kembali ke ranjang. Sedangkan Aaron meremas ponselnya, apakah dia sudah kalah mendapatkan hati Amanda karena sudah di dahului oleh Alan. Apa dia masih bisa mengungkapkan perasaannya pada wanita yang sudah lama di cintai nya itu? Aaron mengaku telah kalah. Dia yakin bahwa Amanda juga menerima lamaran itu, biar bagaimanapun Alan adalah orang yang sangat luar biasa. Siapa yang akan menolak apabila telah di lamar oleh pria nomer satu di kota London itu. ### Keesokan paginya. Sabrina membuang semua pakaian yang ada di lemari nya, pakaian yang dibelikan Alan untuknya, wanita itu juga menghancurkan semua parfum parfum dan barang-barang pemberian Alan. Setelah mengetahui fakta bahwa ternyata Alan telah memutuskannya dan kebih memilih Amanda membuat Sabrina benar-benar merasa tidak terima. BRAAAKKK!!! "Sabrina! apa yang kamu lakukan!!" seru Vivian Mama dari Sabrina masuk ke dalam kamar putrinya itu. Vivian mendengar suara-suara gaduh dari kamar putrinya itu dan langsung masuk untuk mencari tahu. "Alan Ma, dia laki-laki yang b******k, Alan memutuskan ku!!" teriak Sabrina masih berusaha menghancurkan barang-barang miliknya. "Cukup Sabrina, hentikan! apakah dengan begini Alan bisa kembali padamu! kamu harus bisa mengendalikan emosi sayang!" Sabrina tidak mendengarkan ucapan sang Mama. "Alan melamar Amanda, mereka bahkan belum lama kenal! kenapa begitu mudahnya Alan putus dariku lalu setelah itu memilih Amanda!!" "Sabrina kalau memang Alan itu mencintai kamu kenapa dia tidak melamarmu, kenapa dia memilih Amanda? lupakan Alan, biarkan dia bersama Amanda, biar bagaimanapun kalian ini saudara, jangan sampai ada permusuhan gara-gara masalah ini," ucap Vivian memberi nasihat putrinya. "Tapi Ma, aku sangat mencintai Alan, bahkan aku yang lebih kenal dulu dari Amanda, tapi kenapa tiba-tiba Alan melamar wanita itu, apa kekurangan ku Ma," ucap Sabrina sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tubuhnya merosot terduduk di lantai, Sabrina menangis sesegukan, dia merasa terhianati. Kenapa Alan melakukan hal itu padanya. Sepertinya dia harus menemui Amanda untuk menyuruh sepupunya itu menolak lamaran dari Alan. Vivian memeluk Putrinya itu, dia berusaha menenangkan Sabrina yang merasa kecewa dan patah hati. Keluarga besar Vivian memang sudah tahu bahwa Alan Abraham Smith telah melamar keponakannya itu, tapi Vivian harus berbuat apa? keluarga kakak iparnya itu adalah salah satu orang hebat di London. Vivian tidak bisa menolong sang putri karena suaminya juga bekerja pada Tuan Jhonatan kakaknya sendiri. "Aku harus menemui Amanda Ma, aku harus menanyakan padanya apa keputusan yang dia pilih, seharusnya dia bisa memutuskan lamaran itu kalau dia tahu bahwa Alan adalah kekasihku!" "Tidak Sabrina, percuma kalau kamu melakukan hal itu, bukanlah Alan sudah memutuskan mu? nanti kalau Alan sampai tahu kamu berbuat itu, yang ada dia akan membencimu!" ucap Vivian. Sabrina berdiri dan berjalan keluar dari dalam kamarnya, dia pergi menuju ke ruang kerja sang Papa dan mengambil kunci mobil. "Kamu mau ke mana Sabrina," seru Vivian mengejar putrinya. "Aku akan menemui Amanda Ma, aku harus bertanya apa keputusan dia!" jawab Sabrina. "Tunggu! apakah kamu akan menyetir sendiri sayang? apa kamu sudah tidak trauma lagi? ingat Sabrina, kamu telah menabrak seseorang setahun lalu itu juga karena kamu mengemudi dalam keadaan emosi seperti ini, apakah kamu ingin mengulanginya lagi!" seru Vivian. Sabrina menghentikan langkahnya kala mendengar ucapan sang Mama, diapun menjatuhkan kunci mobil itu. Tubuh gadis itu bergetar, dia teringat kembali kejadian di mana dirinya menabrak seseorang dan karena takut Sabrina langsung melarikan diri. Entah korbannya meninggal atau tidak, tapi sehari kemudian banyak media memberitakan tentang kematian seorang wanita korban tabrak lari. "Biarkan William yang mengantarkan mu kalau kamu ingin bertemu Amanda," ucap Vivian menatap sang putri. William adalah sopir pribadi Sabrina, setelah kecelakaan itu Sabrina merasa trauma kalau dia harus mengemudikan mobilnya sendiri. Akhirnya Sabrina menyetujui usul Mamanya, dia akan membuat Amanda memilih antara dirinya atau Alan. Amanda baru saja selesai mandi dan sedang merias diri, wanita itu akan bertemu dengan sang Nenek yang tinggal tidak jauh dari Mansionnya. Mama Amanda telah meninggal dunia saat wanita cantik itu berusia Lima belas tahun. Amanda hanya anak tunggal, jadi sang Paoa sangat menyayanginya. Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. Amanda berjalan dan membuka pintu. "Ada apa Elsa?" tanya Amanda pada kepala pelayan di Mansion. "Nona Sabrina ingin bertemu dengan anda Nona, dia sedang menunggu di ruang tamu," ucap Elsa. "Suruh saja dia masuk, aku sedang memakai blush on," jawab Amanda tersenyum ramah. "Baik Nona," jawab Elsa. Amanda tahu bahwa Sabrina pasti akan mendatangi nya, biar bagaimanapun Sabrina dan Alan adalah mantan pasangan kekasih. Tapi dia juga harus bisa memberikan keputusan. Amanda meneruskan kembali memakai blush on-nya, wanita cantik itu memang sangat suka merawat diri dan juga berdandan cantik, tapi walaupun sedang tidak memakai make up tetap saja kecantikan alaminya terpancar. Mungkin karena sudah tuntutan seorang Presiden direktur yang harus selalu tampil cantik dan menawan Amanda jadi hoby memoles wajahnya dengan polesan natural. Tiba-tiba pintu kamar terbuka tanpa di ketuk. Amanda menoleh dan mendapati Sabrina masuk begitu saja ke dalam kamar Amanda. Sabrina masuk ke dalam kamar dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. "Amanda, aku ingin tahu apa keputusan mu?" tanya Sabrina to the point. Amanda bisa melihat tatapan Sabrina yang terlihat sangat kacau. Sebenarnya gadis itu merasa kasihan terhadap Sabrina, tetapi setelah tadi mendapatkan telepon dari Alan, membuat Amanda telah yakin dengan keputusannya. "Sabrina, maafkan aku kalau ternyata Alan yang melamar ku adalah mantan kekasihmu, tapi jujur aku sudah mulai membuka hatiku untuk Alan, dan di sini sekarang posisi nya aku adalah calon istrinya, sedangkan kamu adalah mantan kekasih, jadi maaf kalau aku harus memilih Alan," jawab Amanda to the point. "Bukankah kamu bilang tidak akan menyukainya? Amanda aku tidak terima di perlakukan seperti ini, aku pastikan kamu tidak akan pernah bahagia, aku bersumpah hanya akan ada kesedihan kalau kamu memilih Alan!" ucap Sabrina sambil menunjuk ke arah Amanda. Kemudian wanita itu pergi keluar dari dalam kamar itu. Amanda menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang di ucapkan sepupunya itu. Apakah dia salah kalau harus menerima lamaran itu? bahkan Alan sendiri mengatakan kalau dia sudah mencintai Amanda sejak pertama bertemu. Entahlah, Amanda bingung, satu sisi dia sudah melukai hati Sabrina. Tapi di sisi lain Amanda tidak bisa menolak Alan begitu saja. Amanda menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Wanita itu menahan air mata yang seolah berlomba akan keluar. Alan Abraham Smith, sebenarnya apa yang kamu rencana kan dengan semua ini? apakah ini memang kebetulan atau sudah di rencanakan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD