Episode 9

1925 Words
Beberapa minggu kemudian. Alan masih gencar membuat Amanda jatuh cinta padanya, pria itu tahu sebenarnya hati Amanda masih ragu tentang dirinya. Tapi Alan harus memastikan pada Amanda bahwa dia memang benar-benar serius terhadapnya. Tidak tahu saja bahwa mungkin saja Alan sudah masuk ke dalam jebakan permainan nya sendiri. Ingin balas dendam dengan cara membuat Amanda sakit hati. Setelah membuat wanita itu jatuh cinta padanya, lalu akan menyakiti hati Amanda dan meninggalkan wanita itu sendiri dalam keadaan yang benar-benar jatuh sedalam-dalamnya. Seperti saat ini, pria itu selalu datang ke kantor Amanda seperti biasanya, membawakan wanita itu setangkai bunga mawar putih yang masih fresh tentunya. Dengan berbagai macam rayuan gombal yang akan pria itu lakukan, biarlah dia menjadi pria yang bucin sekarang, rencana balas dendam itu masih membara di hatinya dan tidak akan pernah surut sebelum membuat Amanda menyesal dan menangis di atas makam Sofia. Berjalan dengan gaya cool, melewati meja sekretaris tanpa menyapa, benar-benar angkuh dan sombong. "Sayang, apa kamu masih sibuk?" Amanda mendongak setelah mendengar suara Alan yang mengagetkannya. "Kenapa tidak ketuk pintu dulu?" Tanya Amanda sewot. "Tidak perlu kan, sama calon istri sendiri, kaya sama siapa, ini buat kamu." Alan menyodorkan bunga mawar yang di bawanya tadi. Bagaimana Amanda tidak merasa terharu dan tergoda kalau setiap hari selalu mendapatkan perlakuan romantis dari pria setampan Alan. Meskipun Amanda masih sedikit kesal karena berasa di permainkan oleh Alan yang memutuskan Sabrina dan memilih nya untuk menjadi pendamping hidup, tapi bagi Amanda dirinya tidak bersalah, salahkan saja Alan yang membuat hubungan nya dengan Sabrina menjadi rumit. "Terima kasih." Akhirnya Alan bernapas lega setelah kemarin-kemarin bunga yang di bawanya selalu di tolak oleh Amanda karena kesal dengannya. Kali ini Amanda mau menerima bunga itu Sepertinya Alan berhasil meluluhkan lantakan hatinya yang sedikit beku. "Mau makan siang bersama?" Amanda mengangguk. Alan langsung menyodorkan lengannya untuk di gandeng oleh Amanda. kemudian mereka memutuskan untuk makan siang di restoran bintang lima tempat favorit mereka. Alan memilihkan menu kesukaan Amanda yang sudah sangat dia hapal, oh benarkah pria itu banyak mempelajari tentang jati diri Amanda mulai dari makanan favorit, warna baju yang dia suka, sampai bunga yang sangat di sukai Amanda, Alan juga tahu. "Kapan kita akan fighting baju pengantin?" Tanya Alan membuat Amanda tersedak. "Pelan-pelan donk sayang, tidak akan ada merebutnya darimu." Alan menyodorkan segelas jus jeruk miliknya. "Terima kasih." Jawab Amanda tersenyum. "Aku sudah mempersiapkan semua kebutuhan untuk pernikahan kita nanti, aku ingin acarnya sederhana dan mewah, tidak perlu terlalu besar, tapi tetap terkesan glamor." "Aku tidak terlalu suka glamor, kalau mau yang biasa saja, tapi apa kamu yakin mau nikah sama aku?" Tanya Amanda. Alan menatap wanita itu serius, menampilkan mata yang dia buat seolah memang dirinya cinta mati kepada Amanda. "Apa kamu masih meragukanku?" Tanya Alan. Sejujurnya pria itu takut kalau Amanda tidak bisa mempercayainya. Akan sia-sia semua hasil usahanya kalau wanita itu masih sulit untuk mencintai Alan. Amanda tidak berani menatap lama-lama ke dalam bola mata itu, takut dirinya semakin jatuh terperosok ke dalam lautan cinta yang Alan berikan. Amanda sedikit terkejut ketika tangannya di genggam erat oleh Alan. "Lihatlah mataku, kamu bisa melihat pancaran cinta dan keseriusan yang ada di dalamnya, percayalah padaku bahwa aku sangat mencintaimu, aku hanya ingin hidup bersama mu dan aku hanya ingin kamu yang jadi milikku." Ucap Alan membuat hati Amanda hangat. Amanda menatap Alan lama, kemudian wanita itu tersenyum dan mengangguk. "Iya, aku percaya." Mereka tidak sadar bahwa sedari tadi ada yang mendengar percakapan mereka. Ya, Aaron ada di belakang kursi yang Amanda duduki. Pria itu mengepalkan tangannya. Tapi sejutus kemudian dia lepaskan. Aaron tahu bahwa dirinya memang tidak pantas untuk Amanda. Dia juga takut kalau Amanda tahu isi hatinya yang sebenarnya, sahabanya itu mungkin akan membenci dirinya. Aaron tidak mau itu terjadi. Lebih baik dia secepatnya keluar dari restoran itu karena biarpun makannya enak dan lezat tapi tetap saja akan terasa hambar kalau sedang patah hati begini. Hari hari berikutnya. Alan dan Amanda sedang menikmati makan siangnya di sebuah restoran bintang Lima, tempat yang selalu di datangi oleh para pasangan muda itu menyajikan berbagai macam makanan yang mahal. Rencananya akan Alan susun begitu sempurna, membuat Amanda mencintai nya kemudian mencampakkannya sampai Amanda merasa tersiksa. "Aku sudah memesan gaun pengantin yang indah untukmu Amanda, gaun yang dirancang oleh designer terkenal dan akan membuat mu menjadi sangat cantik di acara pernikahan kita nanti, aku begitu terpesona dengan kecantikan wajahmu ini," Ucap Alan menatap wajah cantik wanita di depannya itu. Berusaha membuat Amanda baper tapi memang Alan mengakui kecantikan Amanda yang luar biasa itu. Sedangkan Amanda hanya tersenyum mendengar ucapan Alan, sudah hal biasa kalau setiap orang memuji kecantikannya itu, tapi entah kenapa kalau Alan yang memujinya jantungnya berdetak lebih cepat. Tiba-tiba Alan mendekat dan menyentuh wajahnya, Amanda sedikit terkejut karena Alan membelai pipi mulusnya itu. Sentuhan pria itu benar-benar membuat hati Amanda bedesir. Tatapan mata Alan bagaikan menghipnotis nya, mata yang terpancar penuh aura cinta. "Aku mencintaimu Amanda? Bagaimana dengan perasaan mu padaku, apakah masih ada keraguan?" Tanya Alan masih menatap mata hazel Amanda. Amanda bersemu merah ketika Alan menanyakan tentang perasaannya, setiap hari Alan akan menanyakan hal itu, dan setiap hari pula Alan akan mengatakan cinta padanya. "Aku tidak tahu Alan, tapi rasanya aku begitu nyaman ketika dekat denganmu, dan juga hatiku menjadi berdebar tak menentu," Jawab Amanda terus terang. Alan tersenyum senang, selangkah lagi dia bisa mendapatkan hati Amanda dan akan membuatnya sakit dan terluka. "Itu namanya cinta sayang, kamu sudah mulai mencintaiku, aku benar-benar bahagia mendengarnya, kita akan melalui pernikahan penuh kebahagiaan," Ucap Alan mengecup tangan wanita cantik itu. Lihatlah Amanda, setelah ini kamu akan merasakan bagaimana rasa sakit saat kehilangan orang yang sangat di cintai nya, aku kehilangan Sofia karena mu, kekasih yang sangat aku cintai, padahal sebentar lagi kita akan melangsungkan pertunangan, aku rela berbuat apapun agar Sofia bisa di terima di keluarga Smith. Tapi ternyata kamu malah menghilangkan nyawanya, kebahagiaan di depan mata kami lenyap dalam sekejap, itu semua gara-gara wanita jahat seperti mu Amanda Alfredo!!" Batin Alan. Dendam di hatinya kini bertabuh kembali, Alan benar-benar akan membuktikan ucapannya itu. ??? Alan terus gencar membuat proyek cinta untuk calon istrinya. Sudah tiga bulan dia melakukan pendekatan dengan calon istrinya yang sangat susah luluhnya, selama itu pula Sabrina masih terus neror Amanda yang hasilnya membuat Sabrina kecewa. Karena baik Amanda maupun Alan malah semakin dekat. Amanda sendiri akhirnya bisa menerima Alan sepenuh hati, dia mengakui telah jatuh cinta kepada pria tersebut. "Besok malam temani aku bertemu dengan nenek, ya?" Ucap Amanda yang saat ini berada di apartemen Alan. "Tentu saja sayang, sekalian membahas tentang pernikahan kita. Aku ingin segera mewujudkan impian ku untuk mempersunting dirimu." Jawab Alan yang saat ini kepalanya berada di atas pangkuan Amanda. "Bolehkah aku bertanya padamu?" Tanya Amanda. "Tentu saja Sayang, apa yang ingin kamu tanyakan, hem?" Amanda tampak menatap pria itu. Perhatiannya benar-benar membuat hati Amanda luluh. "Kenapa kamu bisa jatuh cinta padaku?" Tanya Amanda. Alan langsung duduk dan menghadap ke arah calon istrinya itu. "Pegang tanganku, ambillah seluruh hidupku juga, karena aku tidak bisa tidak jatuh cinta padamu. Aku jatuh cinta pada bening matamu. Tempat kutemukan miniatur taman surga. Aku mencintaimu, dan aku akan mencintaimu sampai mati. Jika ada kehidupan setelah itu, aku akan mencintaimu lagi. Aku ingin mengatakan padamu bahwa di mana pun aku berada, apa pun yang terjadi, aku akan selalu memikirkanmu, dan waktu yang telah kita habiskan bersama adalah waktu yang paling menyenangkan." Amanda benar-benar tersentuh oleh jawaban pria ini. Sudah tidak dapat dia pungkiri bahwa Alan telah berhasil membuat nya jatuh cinta. "Terima kasih, aku juga mencintaimu." Ucap Amanda membuat Alan tersenyum. Malam itu di Mansion nenek Amanda yang bernama Nyonya Eva, wanita paruh baya yang berusia Enam puluh lima tahun itu adalah merupakan asli wanita Indonesia, di mansion itu sedang mengadakan makan malam keluarga besar. Semuanya sedang membahas tentang pernikahan Amanda dan Alan yang akan di lakukan sebulan lagi. Pernikahan itu memang terkesan cepat karena keluarga Alan ingin pernikahan keturunan dua orang besar untuk segera bersanding. Tuan Bryan memang tidak mengetahui motif sang putra di balik pernikahan itu, kedua keluarga besar memang sudah lama saling mengenal dan mereka pun mengadakan kerja sama sejak dahulu. "Amanda, kamu harus bisa menjadi seorang istri yang baik untuk Alan, ingat setelah kamu menikah nanti tanggung jawab akan lebih besar, membina rumah tangga itu tidak mudah nak, kamu harus bisa menjaga suamimu dan juga rumah tangga mu nanti," Ucap Nenek Eva menasihati cucunya itu. "Tentu saja Nenek, aku selalu menuruti semua perintah mu itu, jadi Nenek tidak usah mengkhawatirkan Manda, Manda sudah dewasa Nek," Jawab Amanda. Sabrina yang melihat hal itu merasa sangat kesal dan marah, dia masih tidak terima kalau Amanda menikah dengan Alan. Seharusnya aku yang menikah dengan Alan, bukan kamu Amanda, aku tidak terima di perlakuan seperti ini. Batin Sabrina. "Setelah menikah kamu tidak perlu mengurus perusahaan yang ada di Indonesia lagi, nanti Papa yang akan menghandle nya dari sini, Papa juga sudah menyuruh orang kepercayaan untuk mengelola perusahaan," Ucap Papa Jhonatan. "Iya Pa, sebenarnya Amanda sudah nyaman mengelola JH Corp cabang Indonesia, tapi kalau memang Manda harus berhenti bekerja karena harus ikut dengan suami ya apa boleh buat," Jawab Amanda. Semua orang benar-benar antusias dengan pernikahan itu, pasti akan menjadi pernikahan termegah abad ini karena mereka adalah dua keluarga besar dan hebat di kota itu. vivian mengelus lengan putrinya agar tidak emosi, dia bisa melihat tatapan mata Sabrina yang penuh dengan kemarahan. Sedangkan Amanda melirik ke arah Sabrina yang sedang menatapnya tajam itu, seolah mengibarkan bendera perang untuknya. Tapi Amanda berusaha tidak menghiraukan tatapan dari Sabrina karena dia tidak merasa bersalah karena memang ini semua bukan kemauannya, di sisi lain Amanda juga sudah mulai membuka hatinya untuk Alan. ??? Hari demi hari berlalu dengan kemesraan yang di tunjukan oleh Alan kepada Amanda, mereka benar-benar seperti layaknya sepasang kekasih yang saling mencintai. Sepertinya pendekatan selama beberapa bulan ini benar-benar membuat Amanda jatuh ke dalan genggaman Alan, wanita cantik itu saat ini benar-benar mencintai Alan saat ini. Tidak ada hari tanpa bunga, setiap hari Alan selalu mengirim bunga pada Amanda. Tentu saja membuat wanita cantik itu begitu bahagia, Amanda merasa sangat di sayang. Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh Alan, yaitu hari di mana pernikahannya dengan Amanda, selama Lima bulan lebih Alan berusaha mati-matian membuat Amanda jatuh cinta padanya. Acara pernikahan itu di adakan sangat megah, bunga-bunga kesukaan Amanda sudah menghiasi berbagai sudut di Mansion Nenek Eva. Banyak di hadiri oleh kolega bisnis kedua keluarga itu. semua orang memberikan selamat kepada kedua pasangan yang baru saja mengucapkan janji suci mereka. Aaron menatap pengantin wanita dengan hati yang patah, pria itu sadar bahwa dirinya tidak gentleman untuk berkata jujur tentang perasaan nya terhadap Amanda. "Amanda, Tuan Alan selamat atas pernikahan kalian, aku mendoakan yang terbaik, tolong jaga Amanda, jaga hatinya karena aku sangat menyayangi sahabat ku ini," Ucap Aaron ketika menyalami kedua pengantin baru itu. "Tentu saja tuan Aaron, kamu tidak perlu khawatir aku pasti akan menjaga istriku," Jawab Alan menatap tajam pria di hadapan nya itu. Aaron beralih menatap Amanda, matanya memanas kala melihat sahabat nya yang cantik dan masih di cintainya itu. Amanda begitu terkejut saat tiba-tiba Aaron memeluknya. "Amanda, berjanjilah padaku kamu akan bahagia, selamanya aku adalah sahabat mu, kalau kamu membutuhkan ku datanglah my sweety," Bisik Aaron di telinga Amanda. Alan tidak suka melihat Aaron memeluk istrinya seperti itu. "Eghem!!" Alan berdehem keras sehingga membuat Amanda melepaskan pelukan sahabatnya itu. "Tentu saja Aaron, aku sangat bahagia saat ini, Alan adalah pria yang sangat baik," Jawab Amanda menatap ke arah pria yang sudah resmi menjadi suaminya itu. Ini adalah awal dari penderitaan mu Amanda. Alan tersenyum dan langsung mencium lembut bibir istrinya itu. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD