KORBAN TERAKHIR

1234 Words
Winarsih melihat kehadiran Toriq dari panggung tempatnya menari,seulas senyum menghiasi wajah cantiknya. Winarsih memang sengaja menjadikan Toriq sebagai orang terakhir yang harus merasakan pembalasannya.. Toriq melihat betapa lincah gerakan tubuh Winarsih mengikuti irama gendang. Selain Winarsih ada beberapa orang penari yang lainnya, Tapi, Winarsih lah yang paling cantik dan terlihat menarik. Toriq melihat ada Dahlan dan juga Supardi yang menjaga Winarsih. Tidak heran, karena kecantikannya yang membuat banyak mata yang tergoda dan tertarik membuat Dahlan pasti merasa sangat khawatir akan keselamatan Winarsih. Terlebih lagi Winarsih pernah hilang selama beberapa bulan. Pastilah Dahlan akan lebih berhati-hati menjaga putrinya. Menjelang tengah malam Toriq baru pulang ke rumahnya. Ia melihat Andini masih terjaga di kamar mereka. “Kau belum tidur?’ tanya Toriq. “Aku menunggu Akang pulang. Aku cemas takut terjadi sesuatu pada Akang,” jawab Andini. “Sekarang aku sudah pulang,kau tidurlah, hari sudah malam,” kata Toriq. “Akang masih marah karena kejadian tadi?” tanya Andini takut-takut sambil menyadarkan kepalanya ke bahu Toriq. Toriq membelai rambut istrinya perlahan. “Sudahlah, aku tidak marah kepadamu. Aku hanya merasa sedikit kehilangan saja.” Toriq mencium istrinya itu dan kemudian ia sendiri merebahkan tubuhnya sendiri di samping istrinya. *** Toriq tiba-tiba terjaga dari tidurnya,ia seperti mencium wangi bunga melati. Dan entah mengapa tiba-tiba saja ia merasakan rindu yang begitu dalam kepada Winarsih. Bahkan tadi ia sempat melihat Andini seperti Winarsih. Toriq menghela napas panjang, ia pun bangkit dari ranjangnya dan keluar dari kamarnya. Ia melangkah keluar dan duduk di teras rumahnya sambil menyalakan sebatang rokok. “Seharusnya aku menikahimu ,Winarsih,” gumam Toriq perlahan. “Kau kenapa?” Toriq menoleh dan melihat Kasani sudah berdiri di belakangnya. “Abi belum tidur?” tanyanya. “Tadi Abi haus dan ingin minum, ternyata kau sedang duduk di teras,jadi Abi hampiri. “Aku hanya sedang teringat kepada seseorang,Bi,” jawab Toriq. “Winarsih? Kau memikirkannya ,kan? Abi ini bukan anak kemarin sore,Abi tau kau sudah lama jatuh cinta pada Winarsih. Jika memang dia yang kau cintai kenapa kau memilih Andini?” Toriq menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. “Dia menolakku,Abi. Jadi,buat apa aku menunggunya?” “Kenapa kau tidak mengatakannya pada Abi. Kalau Abi tau kan, Abi bisa datang kepada kedua orangtuanya dan langsung melamarnya. Kalau Abi yang datang Dahlan dan Sumi mana mungkin bisa menolak.” Toriq tak menjawab,Abinya betul,seharusnya waktu itu ia mengatakan pada Kasani untuk melamar Winarsih secara langsung. Tapi, pada waktu ituia sudah keburu sakit hati dan kesal karena penolakan Winarsih. ***. _Beberapa bulan sebelumnya_ “Winarsih!” seru Toriq saat melihat seorang gadis melintas di hadapannya. Gadis itu menoleh dan tersenyum dengan manisnya. “Eh, Kang Toriq,ya?” tanyanya. “Kau masih ingat padaku rupanya. Kau mau ke mana?” “Aku mau mengambil jahitan di tempatnya Marni,Kang.” “Kau masih menari?” “Masih,Kang. Kakang baru kembali ke desa ini?” tanya Winarsih. “Iya, aku kembali sekalian untuk mencari istri. Apa kau mau menjadi istriku,Win?” Winarsih terbelalak kaget mendengar perkataan Toriq. Ia tau bahwa toriq adalah anak Lurah di desanya . Tapi, hati Winarsih sudah tertambat kepada pemuda lain. “Maafkan Win, Kang. Tapi, Win belum siap untuk menikah.” “Umurmu kan sudah cukup,Win. Apa kau tidak takut menjadi perawan tua?” “Maaf,kang Win buru-buru,” ujar Winarsih sambil bergegas meninggalkan Toriq membuat pemuda itu merasa kesal. “Kau lihat saja, kau akan menyesal sudah menolakku. Kalau aku tidak bisa menikmati tubuhmu itu,bukan Toriq namanya,” gumam Toriq kesal sambil menatap kepergian Winarsih. ****. “Kalau kau mau,Abi bisa datang ke rumah Dahlan dan Sumi. Biar Abi lamar dia untuk menjadi istri keduamu,” ujar Kasani. “Bagaimana dengan Andini?” tanya Toriq pada Kasani. “Ah, lelaki memiliki istri lebih dari satu itu kan hal yang biasa,sunah. Asalkan bisa adil dalam membagi nafkah lahir dan batin.” “Abi saja yang atur,” tukas Toriq sambil tersenyum. “Tidurlah sekarang,” ujar Kasani sambil melangkah masuk ke dalam. Toriq sendiri langsung kembali ke kamarnya. Ia melihat Andini sudah tertidur lelap, namun ia sendiri tidak juga bisa memejamkan matanya. Dalam pikirannya hanya ada Winarsih saja yang selalu ia pikirkan dan menghiasi mimpi-mimpinya. **** Winarsih tidak terkejut saat melihat Toriq muncul di sungai ketika ia sedang mencuci . Ia berlagak tak pedulli dan melanjutkan kegiatannya mencuci. “Win, Kang Toriq sepertinya mencarimu,” kata Surti. “Buat apa mencariku,dia kan punya istri,” jawab Winarsih pura-pura tidak peduli. Sementara ibu-ibu lain sudah saling berbisik membicarakan kedatangan Toriq. “Win, banyak cuciannya?” sapa Toriq. “Lumayan, Kang. Kenapa kang?” tanya Winarsih. “Akang bantu,ya.” “Eh,jangan! Tidak enak rasanya Kang kalau dilihat orang lain,apa lagi status Akang ini kan suami orang. Saya tidak enak kalau Akang membantu saya mencuci. Apa kata orang nanti. Saya belum siap jika ada yang menyebut saya perebut suami orang.” “Memangnya siapa yang berani mengatakan hal itu kepadamu, coba saja jika kau tidak lama menghilang kau pasti sudah akan menjadi istriku,” kata Toriq. Winarsih langsung menghentikan gerakan tangannya, lelaki ini benar-benar tidak tau malu, apa dia sudah lupa jika dia yang sudah membuat dirinya celaka. Ingin secalin Winarsih langsung membunuh pemuda ini di hadapan semua orang, tapi, kematian terlalu mudah untuk lelaki jahat di hdapannya ini. Winarsih pun berusaha mengendalikan dirinya, gadis itu tersenyum manis pada Toriq. “Itu artinya kita tidak berjodoh,Kang,” jawab Winarsih. Gadis itu segera menyelesaikan pekerjaannya dan ia pun langsung menatap kedua sahabatnya. “Kalian sudah selesai juga,kan,” katanya pada Marni dan Surti. “Sudah, ayo kita pulang,Win,” jawab Surti. Winarsih dan kedua temannya itupun segera beranjak, namun Toriq dengan cepat membawakan keranjang pakaian milik Winarsih. “Bia raku yang bawa,” katanya. Winarsih tak menjawab,ia pun segera berjalan bersama Surti dan Marni. “Hati-hati,Win,” kata Surti. “Tenang saja, aku tau apa yang harus aku lakukan,” bisik Winarsih pada Surti. Tiba di pertigaan jalan, ketiga gadis itu berpisah karena rumah mereka memang tidak searah. Winarsih pun mau tidak mau hanya berjalan berdua bersama dengan Toriq. “Win,kenapa kau tidak mengatakan bahwa aku yang sudah memperkosamu? Apa kau tidak mengtakan kepada kedua orangtuamu juga?” tanya Toriq. Winarsih menghentikan langkahnya lalu menatap Toriq dengan tatapan yang menusuk. “Apa gunanya bagi saya jika saya mengatakan aib itu pada orangtua saya atau pada orang lain? Saya rasa tidak akan mengubah keadaan juga. Lebih baik saya saja yang simpan ini menjadi rahasia yang akan saya bawa sampai mati,” jawab Winarsih. “Aku akan mempertanggungjawabkan perbuatanku kepadamu dengan cara menikahi dirimu. Apa kau mau?” tanya Toriq. “Sebelum aku jawab, aku ingin bertanya pada Akang , kenapa Akang memperkosa saya waktu itu?” “Karena aku kesal kau menolak cintaku,” jawan Toriq. “Apa setelah itu Akang menyesal?” tanya Winarsih. “Aku tau bahwa aku sudah melakukan kesalahan,” kata Toriq. “Itu bukan jawaban,” ujar Winarsih sambil meraih keranjang cuciannya yang dibawa oleh Toriq dan langsung melangkah pergi meninggalkan Toriq. Lelaki itu berusaha untuk mengejar Winarsih, tapi langkah Winarsih lebih cepat dari Toriq karena ia menggunakan ilmu meringankan tubuh yang ia miliki sehingga langkahnya menjadi lebih ringan dan cepat. “Aneh sekali,padahal dia membawa keranjang cucian yang cukup berat,tapi langkahnya begitu ringan,” gumam Toriq. Sejak hari itu hampir setiap hari Toriq menghampiri Winarsih. Bahkan kelakuannya sudah seperti orang gila. Bahkan ia sering kali mengigau memanggil nama Winarsih. Kondisi yang seperti ini tentu membuat Andini merasa sangat tersakiti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD