ANDINI DIHANTUI

987 Words
“Saya bingung,Umi. Kang Toriq sekarang sudah banyak sekali berubah. Padahal, aku sekarang sedang hamil,” kata Andini kepada ibu mertuanya. “Sabar,Nak. Ini bagaimana Abi? Setiap hari Toriq itu hanya memikirkan Winarsih saja. Apa jangan-jangan dia sudah terkena guna-guna?” “Umi jangan sembarangan, saya sejak dulu memang sudah mencintai Winarsih. Bukan karena saya diguna-guna!” Kasani dan istrinya terkejut saat melihat Toriq yang sudah berdiri di ruangan itu. “Aku ini sudah mencintai Andini sejak lama,jika saja dia tidak menghilang,tentu aku sudah melamarnya. Tapi,karena dia menghilang, aku melamar Andini. Jika saja aku tau dia akan kembali,tentu aku tidak akan buru-buru menikah,” kata Toriq lagi. “Kau jangan kelewatan!” sahut Nyi Sekar ibunya Toriq. “Sudahlah,Umi. Tidak usah dibahas,lagi pula seorang lelaki kan tidak masalah juga jika memiliki dua istri,” Kasani berujar. “Abi! Kenapa Abi malah mengizinkanToriq untuk mendekati Winarsih dan menikahinya? Apa kata orang nanti?” kata Sekar. “Loh,memangnya kenapa? Wajar kan,kalau seorang lelaki beristri lebih dari satu.” Sekar tidak menjawab lagi perkatan Kasani dan langsung membawa menantunya masuk ke dalam. “Bapak dan anak sama saja,bukannya menenangkan malah semakin membuat pusing,” gerutu Sekar. “Jangan dengarkan ucapan Abi dan suamimu itu,” lanjut Sekar lagi. ****. Malam semakin larut dan sunyi. Sekar tiba-tiba terbangun karena mendengar suara ketukan di jendela kamarnya. Ia melirik ke sampingnya, ibu mertuanya tertidur dengan pulas. Perlahan, Andini bangkit dan menyibakkan kain gorden. Dalam kegelapan ia melihat seseorang berdiri di halaman rumahnya. Andini memicingkan matanya,merasa penasaran ia pun keluar dari kamar dan melangkah ke halaman. Ia merasa heran saat ia tidak menemukan seorangpun di halaman. Namun tiba-tiba terdengar suara gamelan dan suara orang minta tolong. “Aneh sekali,kenapa malam-malam begini ada suara gamelan ,tapi kenapa ada suara orang meminta tolong juga,” gumam Andini. “Toloong!” Andini menoleh dan tiba-tiba ia melihat sesosok lelaki berdiri tak jauh darinya, sedikit ragu Andini menghampiri sosok itu.Semakin dekat, semakin tercium aroma busuk yang menguar membuat Andini merasa mual. Dan saat sosok itu berbalik Andini terkejut bukan main ,ia ingin berlari namun kakinya terasa sulit untuk di gerakkan. Pada akhirmya wanita cantik itu pun terjatuh pingsan. ** Andini membuka matanya perlahan, ternyata dia sudah berada dalam kamarnya dan Sekar tampak sedang menatapnya penuh dengan kekhawatiran. “Alhamdulillah,syukurlah kau sudah sadar,Nak,” kata Sekar. “Bu, ada mayat hidup di halaman,Bu!” pekiknya sambil memeluk Sekar dengan erat. “Tidak ada apa-apa ,Nak. Untung saja tadi Abi terbangun daan melhat pintu rumah terbuka,jika tidak kau bisa-bisa berada di luar sampai pagi. Sebenarnya kau melihat apa? Kenapa kau keluar dari kamar dan pergi ke halaman?” “Aku mendengar suara gamelan dan suara orang minta tolong,sebelumnya aku melihat ada seseorang yang berdiri di halaman rumah, tapi ternyata saat aku keluar orang itu wajahnya hancur , dia meminta tolong,tapi kakinya terikat rantai, aku takut sekali,bu,” kata Andini. Sekar mengelus Pundak Andini. “Mungkin hanya mimpi,” kata Sekar. “Tidak ,Bu. Aku yakin sekali kalau aku melihatnya.” Sekar menatap Mbok Karti, pengasuh Andini. “Sepertinya non Andini ada yang mengganggu,” kata Mbok Karti. “Mengganggu bagaimana ,Mbok?” tanya Sekar. “Kelakuan Den Toriq juga menurut mbok itu tidak wajar, jatuh cinta tapi sampai terbayang-bayang terus begitu apa tidak curiga, jangan-jangan terkena pelet,Ndoro.” “Kita bawa ke mana untuk menyembuhkannya,Mbok?” tanya Sekar. “Kita ke Sindang laut saja, Ndoro. Di sana ada Kyai yang bisa menyembuhkan orang yang terkena pelet atau santet,” kata Mbok Karti. “Besok pagi saja kalau begitu,Mbok. Saya akan suruh Wak Jarwo mengantarkan kita menggunakan andong miliknya.” ***. “Win, ibu tidak mengerti mengapa Toriq anak pak lurah itu selalu saja kemari dan bicara soal lamaran. Apa kau dan Toriq memiliki hubungan?” “Tidak,Bu. Bahkan aku sangat membencinya.Jadi tidak mungkin aku mau menjadi istrinya,”jawab Winarsih. Sumi menghela napas, “Apa Toriq yang sudah menodaimu?” tanya Sumi. Winarsih tak menjawab, ia masih mengingat dengan jelas bagaimana Toriq menodainya dengan brutal bersama ketiga pemuda Belanda itu. Ia ingat bagaimana ia memohon agar dilepaskan tapi mereka tidak peduli,bahkan sampai ia tidak bisa bergerak mereka bukannya menolong tapi malah membuangnya seperti sampah. “Mereka akan membayarnya dengan mahal,Bu. Aku tidak akan membiarkan orang yang sudah mencelakai diriku tidur dengan tenang dan bahagia,” kata Winarsih. “Apa yang sebenarnya kau lakukan,Win?” tanya Sumi. “Ibu tidak perlu tau,yang penting keluarga kita baik-baik saja.” ***. Malam itu Winarsih menari dengan begitu semangat apa lagi saat ia melihat seseorang yang sudah lama ia cintai hadir di tempat itu. “Kang,masih ingat pada saya?” sapa Winarsih pada seorang pemuda tampan dengan sorban sarung dan peci yang sedang berdiri bersama sang empunya hajat. “Dek Winarsih, dari kampung Talang Duku,kan?” Winarsih tersenyum manis, ia senang sekali karena pemuda yang selama ini selalu ia pikirkan ternyata mengingat namanya. Pemuda itu bernama Rahman, dia dan Winarsih pernah berkenalan saat Winarsih belajar mengaji pada Kyai Roufiudin. Dialah alasan mengapa Winarsih menolak Toriq. “Dek Winarsih bersama siapa?” tanya Rahman. “Ada Ayah dan Kang Supardi yang mengantar,” jawab Winarsih. Tiba-tiba seorang lelaki separuh baya dan seorang gadis berjalan mendekati mereka. Saat melihat gadis itu datang mendekat,Rahman pun tersenyum. Ia menoleh kepada Winarsih, “Dek ini Aisyah, dia adalah calon istri saya. Kami akan menikah bulan depan.” Sontak dunia Winarsih seakan berhenti berputar. Ia merasakan sesak di dadanya. Ada api cemburu yang menggelora. Winarsih hanya menyalami Aisyah kemudian,tanpa berkata apa-apa lagi ia pun segera berlalu. “Kita pulang,Nak,” kata Dahlan. “Iya ,Ayah.” “Kau mengenal Rahman?” tanya Supardi. Winarsih menganggukkan kepalanya, “Iya,Kang. Beliau putra Kyai Roufiudin guru mengaji saya dulu.” Winarsih tidak banyak bicara lagi sepanjang perjalanan pulang. Hatinya terlanjur remuk dan hancur saat melihat Rahman bersama dengan Aisyah. ‘Tau diri,Winarsih. Kau ini apa? Aisyah itu gadis baik dan pastinya masih suci,sementara dirimu?’ Winarsih membatin. Ah,seandainya saja kejadian itu tidak pernah terjadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD