Sebuah Kehangatan

1235 Words
"Sayang, aku harus pergi sekarang." ujar Vino mendadak setelah menerima telepon dari seseorang. Davin yang berada tidak jauh dari mereka bisa mendengar pembicaraan antara Vino dan Selena. "Harus sekarang, Yang? Acaranya belum sampai ke inti, loh. Kamu mau melewatkan semuanya begitu saja?" Selena protes dengan nada dan mimik wajah kecewa. Ya, wajar. Dia sudah menyiapkan kejutan ini jauh-jauh hari, mengorbankan waktu dan tenaga untuk bisa sampai ke Vila, belum lagi biaya yang dia keluarkan juga tidak sedikit. Selena merasa Vino tidak menghargai usahanya. "Kita bisa rayakan lain kali, Sayang. Ini penting banget,aku harap kamu ngerti. Oke? Aku tinggal dulu, ya?" Vino tetap melangkah pergi meskipun Davin bisa melihat tangan Selena berat melepaskan kepergiannya. Davin mengepalkan tangannya, dia kesal karena Vino bersikap seperti itu terhadap orang yang dicintainya. Seandainya dia yang mendapatkan perlakuan se-spesial itu dari Selena, dia tidak akan menyiakannya. Davin akan menikmati setiap waktu yang bergulir bersama gadis itu. Davin meneguk isi gelasnya sambil memperhatikan wajah gusar Selena yang kini duduk di kursi. Wanita itu mengusap wajahnya, ada kekecewaan tersirat di sana. Kedua matanya tampak berkaca-kaca. Davin meletakkan gelasnya ke atas meja lalu berjalan menghampiri Selena. "Boleh duduk di sini?" Davin yang sudah sampai di sisi Selena tidak berani langsung duduk. Dia takut, Selena merasa terganggu karena kehadirannya. "Silakan, Vin." sahut Selena lesu. Davin menghela napas, dia melepas kemejanya dan menyelimutkan ke bagian tubuh Selena yang sedikit terbuka. Model baju yang dikenakan Selena memang menampilkan sedikit tubuh bagian atas gadis itu. Selena sedikit terkejut dan memerhatikan kemeja yang kini menyelimuti tubuhnya. Setelah itu dia menatap Davin yang kini hanya memakai kaos berwarna hitam dengan gambar harimau di tengahnya. "Udara mulai dingin. Aku takut kamu kambuh lagi, Selena." ucapnya seraya duduk di samping Selena. Lagi-lagi, Davin berhasil menarik perhatian Selena. Pria itu selalu selangkah lebih maju dibanding Vino. Semenjak ada Davin, Selena seperti menemukan dunianya yang baru. "Kalau misalnya karena ini malah kamu yang sakit, gimana? Tadi siang kamu sudah kehujanan, Vin. Kamu bisa flu kalau malam ini juga harus kedinginan." Selena reflek memegang tangan Davin, awalnya Davin terkejut, tetapi dia berusaha biasa saja agar gadis di sisinya tidak malu. Davin tahu, Selena pasti tidak sengaja melakukan itu. "Setidaknya itu bukan kamu, Selena. Kamu pasti sedih, ya ... Vino ternyata meninggalkanmu di saat kamu sudah menyiapkan segalanya?" Davin memulai pembicaraan mengenai Vino perlahan, sementara Selena yang menyadari tangannya berada di atas tangan Davin segera menariknya. "Maaf, aku reflek memegang tanganmu. Mengenai Vino, aku memang kecewa, tetapi aku sudah cukup terbiasa mendapatkan perlakuan seperti ini dari dia. Mungkin, dia sangat sibuk, aku harus memberinya ruang untuk menyelesaikan masalahnya. Aku tidak ingin menjadi pengganggu di dalam kehidupan Vino." kata Selena begitu pasrah. "Kamu tidak pernah berpikir kalau Vino mempermainkanmu? Maaf, bukan maksudku untuk membuatmu ragu dengan ketulusan Vino, tetapi apa sedikitpun tidak ada rasa curiga yang timbul di dalam hatimu saat melihat semua tingkahnya?" Selena menatap jauh, tentu saja dia pernah memikirkan itu, selagi belum ada bukti, dia tidak mungkin menuduh Vino yang tidak-tidak. Selena juga tipe orang yang tidak suka menuduh tanpa bukti yang jelas. "Tentu saja aku pernah memikirkan itu, Vin. Setelah aku pikir kembali, tidak ada gunanya aku memikirkan hal yang tidak-tidak mengenai Vino tanpa bukti. Aku mencoba mempercayainya sepenuh hati. Jika suatu hari terbukti dia menghianatiku, aku anggap itu sebagai hadiah dari kebodohanku." Selena berusaha tersenyum, tetapi tetap saja, senyumannya tidak memancarkan keindahan. Davin dapat melihat luka yang ikut tergambar di sana. "Kamu terlalu bijak, Selena. Kenyataan yang terjadi tidak cukup adil untukmu. Di hari ini, seharusnya dia menghargai segala usahamu, nyatanya, Vino seperti menganggap kalau pesta ini tidak penting." Davin tidak tahan untuk tidak berkomentar mengenai sikap Vino yang dinilainya tidak menghargai Selena. Gadis di sisinya hanya menghela napas, seolah berusaha membuang semua kegundahan yang ada di hatinya. ketika melihat teman-temannya berdansa dengan alunan musik santai dan menenangkan, Selena menemukan hal gila yang dia jadikan solusi untuk menghibur hatinya yang tengah galau. "Davin, untuk malam ini saja, maukah kamu menggantikan posisi Vino? Kamu mau berdansa denganku? Aku tidak peduli apa pendapatmu tentangku, aku hanya ingin bahagia malam ini." Davin tampak terkejut dengan permintaan Selena. Dia tidak percaya bahwa gadis itu memintanya untuk menjadi pasangan dansa. "Asal itu bisa membuat kamu tersenyum, sesuai yang kamu inginkan Tuan Putri," Davin menyanggupi permintaan Selena. Seandainya Selena memintanya lebih dari malam ini untuk menggantikan Vino, tentu saja pria itu tidak akan pernah keberatan. "Sekarang pakai kemejamu dan kita ke sana," Selena menunjuk tempat dimana teman-temannya berdansa. Davin segera bersiap lalu melangkahkan kaki beriringan bersama Selena menuju tempat yang dimaksud. Ketika melihat mereka berdua berjalan bersama, alam pun setuju jika mereka pantas dinobatkan sebagai pasangan paling serasi malam itu. "Sudah siap, Nona?" Davin menatap dalam kedua bola mata Selena yang bersinar terkena pancaran cahaya lampu. Tatapannya begitu teduh dan menenangkan. Davin meletakkan tangannya di pinggang gadis itu. Begitu ramping dan pas dalam dekapan tangannya. "Siap Tuan Tampan. Malam ini, biarkan aku sedikit merasakan kebahagiaan. Hibur aku." pinta Selena seraya mengalungkan kedua tangannya ke leher Davin. Hangat, itu yang Davin rasakan. Davin mengembangkan senyum di bibirnya. Dia begitu menikmati momen ini. Keduanya bergerak mengikuti irama. Davin memandangi setiap inci dari wajah Selena, gadis itu begitu cantik di matanya. Pesona Selena membuat Davin enggan untuk berkedip. Tanpa menghentikan gerakannya, Davin mengulurkan tangan dan membelai rambut halus Selena, gadis itu tampak tidak keberatan dengan apa yang dilakukannya. "Selena, kamu cantik. Kamu pantas bahagia, selama aku bisa membuatmu tersenyum, jangan pernah ragu untuk memintanya. Aku rela melakukan apapun untuk mengembalikan senyumanmu." kata Davin lembut. Selena dapat mendengar kalimat itu dengan sangat baik. Mendadak dia ingin menangis. Selama ini Selena sudah berusaha untuk kuat dalam menghadapi apapun. Tiba-tiba, Davin membuatnya ingin bermanja, dia ingin mencurahkan segalanya dengan lelaki itu. Terdengar gila, tetapi Davin memang membuatnya senyaman itu. "Menangislah jika kamu memang ingin melakukannya." bisik Davin. Selena berhambur ke dalam pelukan pria itu. Pria yang bukan kekasihnya. Pria yang statusnya adalah sopir sekaligus bodyguard-nya. Selena tidak peduli, bagaimana orang menilai tentang dirinya saat ini. Dia butuh sosok Davin, dia butuh lelaki yang peka dan selalu memahami keadaan hatinya saat ini. "Davin, kamu terlalu baik. Aku takut terbiasa dan selalu bergantung padamu," ucap Selena seraya terisak. Bagaimana pun dia sadar kalau ini tidak baik untuk dia lakukan. "Selena, aku tidak pernah keberatan. Kamu boleh bergantung padaku, kamu boleh membagi semua kesedihanmu denganku. Seperti yang kamu pernah katakan, anggaplah aku teman atau sahabat terdekatmu." Davin mengusap lembut rambut Selena. Lelaki itu bertekad untuk menjaga Selena sepenuh hati. Dia tidak akan membiarkan Selena kesepian dan memendam lukanya seorang diri. "Terima kasih banyak, Vin." Waktu berlalu semakin larut. Setelah acara dansa selesai, mereka berenam menikmati acara puncak dengan memanggang dan minum-minum untuk merayakan kebersamaan. Di atas meja yang terletak di sudut halaman, terletak kue ulang tahun Vino yang terbengkalai. Siapa sangka, momen ulang tahun yang telah Selena rangkai ternyata gagal. Note: Hallo para pembacaku tersayang. aku cuma mau kasih tahu kalian kalau karyaku My Hot Driver ini ekslusif hanya ada di Dreame/Innovel. Jika kalian menemukan karyaku ini di tempat lain, itu artinya kalian sedang membaca karya bajakan. Sebagai penulis asli dari n****+ ini tentu saja aku tidak pernah merelakan tindakan pembajakan tersebut begitu saja. Bagi kalian yang sedang membaca karya ini juga dilarang untuk menyebarluaskan dalam bentuk PDF/SS, karena tindakan kalian termasuk dalam kategori pembajakan dan bisa dikenakan pasal yang otomatis berurusan dengan kepolisian. Teruntuk kalian yang sudah baca My Hot Driver dari bab awal hingga tamat aku ucapkan banyak terima kasih. Salam sayang untuk kalian semua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD