Kesalahan Semalam

1084 Words
Davin membuka matanya. Kepalanya terasa sangat berat. Semalam, dia tidak ingat sampai jam berapa menghabiskan malam bersama Selena dan teman-temannya. Davin merasakan hembusan pendingin ruangan membuat punggungnya sejuk. Lelaki itu terperanjat, dia segera memeriksa keadaan dirinya. Polos. Davin tidak mengenakan apapun kecuali selimut yang menutupi tubuhnya. Davin mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, tetapi sialnya dia tidak mengingat apapun. Apa yang terjadi sampai tidak sehelai benang pun membalut dirinya? Jangan-jangan dia sudah melakukan hubungan terlarang dengan Selena? Pemikiran itu membuat Davin bangkit dari tidurnya. Membiarkan selimut abu-abu itu melorot dan menampilkan d**a bidang berlekuk indah dan perut kotak-kotaknya. Lelaki itu meraup wajah kasar, menarik rambutnya sendiri cukup kuat. Dia pasti melakukan kesalahan semalam. Bagaimana dia bisa bersikap di hadapan Selena? Bagaimana kalau gadis itu memecatnya? Dia akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hati Selena kembali. Davin benar-benar frustrasi dengan keadaan ini. Sejenak, dia tidak bisa berkata apa-apa. Dering ponsel menyadarkan Davin, dia baru teringat harus kembali ke perusahaan. Benar saja, nama Pak Han tertera di layar ponselnya. Davin segera menarik tombol hijau ke atas, tidak ingin membuat Pak Han menunggu. Masalah kejanggalan kesalahannya semalam, Davin akan mengurusnya lain waktu. "Pak Han, dalam tiga puluh menit aku akan sampai ke perusahaan. Tolong siapkan semua berkas. Anda juga tidak lupa untuk mengundang mama, kan?" tanya Davin kemudian. "Sudah siap semuanya, Tuan." "Bagus. Aku bersiap sekarang. " Davin segera memutus sambungan teleponnya. Davin menggeser tubuhnya hingga mencapai pinggir ranjang dan menurunkan kakinya. Tanpa sengaja dia memijak pakaian dalamnya yang tergeletak di lantai. Dia membungkukkan badannya dan memungut pakaian pribadinya itu. Davin ingin mengingat apa yang terjadi semalam, tetapi dia benar-benar tidak ingat. Ingatannya seperti tersapu bersih oleh ombak di lautan tanpa sisa. Davin memutuskan untuk memakai kembali pakaian dalamnya dan melangkah menuju ke kamar mandi. Vila keluarga Selena bisa dibilang mewah, Davin seperti sedang menikmati liburan di hotel berbintang. Davin mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Menempelkan kedua telapak tangannya ke dinding sebagai tumpuan. Lelaki itu membiarkan guyuran air dari shower menyegarkan tubuhnya. Perlahan, rasa bersalah itu merasuk ke dalam pikirannya. Rasa bersalah yang Davin belum mengetahui kepastiannya. Dia tidak pernah berpikir akan melakukan hal bodoh itu sebelum menikah. Davin sangat menjaga kehormatan seorang perempuan. Seandainya semalam terjadi sesuatu antara dirinya dan Selena, itu artinya dia telah melanggar peraturannya sendiri. Davin benar-benar tidak tenang, dia harus segera membahas hal ini setelah urusannya di perusahaan selesai. Selena, Kesya dan Sera sedang berbincang sambil tertawa kecil di halaman tempat mereka mengadakan acara semalam. Davin dapat melihat keceriaan di wajah Selena. Saat melihat Davin melangkah keluar vila, Selena segera berdiri dari duduknya dan berjalan menyongsong kedatanganya. Gadis itu tidak lupa mengembangkan senyum di bibir. "Kamu sudah siap pergi?" tanya Selena dengan menatap mata Davin bergantian. "Iya. Aku tinggal dulu, ya. Nggak akan lama, secepatnya aku datang untuk jemput kamu pulang." untuk bicara dengan Selena, Davin harus mengontrol emosinya. Dia benar-benar gugup. Lelaki itu merasa sedikit heran, mengapa Selena bisa sesantai itu jika diantara mereka memang terjadi sesuatu semalam. "Nggak usah buru-buru, kayaknya kita nggak akan pulang hari ini, kok. Aku sama yang lain mau coba buat jalan-jalan ke sekitar sini. Katanya ada area yang menarik untuk foto-foto." Selena tampak tidak keberatan dengan kepergian Davin. Dia ingin lelaki itu nyaman berada di luar. "Kamu nggak curiga sama aku? Gimana kalau mobil kamu aku bawa kabur?" Davin mencoba meledek Selena. "Bawa kabur aja, nggak papa. Aku nggak kepikiran malah. Aku percaya kamu cowok baik dan bertanggung jawab, Davin." Entah mengapa ucapan Selena menusuk jantung Davin. Dia merasa Selena sedang menyindirnya tentang kejadian semalam. "Jangan mudah percaya, Selena. Aku bisa jadi orang jahat yang terlihat baik, (Buktinya aku sudah pernah membuangmu begitu saja)" Davin mengucapkan kalimat terakhirnya di dalam hati. "Sudahlah, kamu tidak perlu memperjelas. Aku percaya kamu baik. Sudah sana berangkat, kamu bisa terlambat kalau terus mengobrol denganku." Selena mengingatkan Davin akan janjinya pada Pak Han. "Oke, aku pergi dulu." Selena mengangguk. Dia memandangi Davin sampai lelaki itu membawa mobilnya berlalu. Selena kembali ke teman-temannya. Mereka sedang membahas banyak hal yang sedikit tidak penting.memperbincangkan masalah pakaian, kosmetik, tas dan peralatan kecantikan lainnya. Terkadang ketiganya saling bertukar pikiran mengenai pacar mereka masing-masing. "Semalem lo anterin Davin sampai kamarnya?" celetuk Kesya. "Iya dong, pastinya. Kasian anak orang dibiarin dalam keadaan mabuk berat. Mau tidur di mana dia." sahut Selena santai. "Kalau diperhatikan, lo lebih cocok dengan Davin deh daripada Vino." Sera menimpali. "Vino mau ditaro mana? Gini-gini gue masih menghargai Vino tahu nggak sih kalian." sungut Selena tampak sedikit kesal. "Kalau misalnya lo nggak sama Vino, gue yakin lo bakalan embat tuh sopir lo yang ganteng. Udah ganteng, jomlo lagi." Sera yang sejak awal sudah mengagumi sosok Davin meledek Selena. "Itu lain cerita. Gue akui Davin emang ganteng. Sempurna banget. Dia bahkan cocok buat jadi model. Rasanya pas di awal gue juga nggak percaya kalau cowok seganteng dia bakalan mau kerja jadi sopir gue." Selena juga mengagumi sosok Davin. Dia juga terbius pesona lelaki pimpinan Pesona Corporation itu. Hanya saja, Selena tidak mungkin mengkhianati Vino. Lelaki yang sudah menemaninya selama ini. "Tukeran sama Pak Parjo mau gak? Gue juga mau punya sopir ganteng seperti dia." Kesya ikut-ikutan menginginkan Davin. "Tidak bisa. Kalau mau cari sopir yang ganteng, cari aja. Jangan Davin, dia produk limit edisi soalnya." Selena terkekeh diikuti kedua temannya. "Enak, ya. Kalau punya bokap kayak papa lo. Minta candi borobudur juga pasti diikutin." sindir Sera. "Untung bokap gue masih baik. Seandainya bokap gue sama dengan nyokap gue, mungkin gue bakalan mati muda, minum vitamin." Selena membual sekenanya. Dia memang tidak mungkin kuat tanpa topangan sosok ayah yang selalu mendampinginya. "Sabar, Sel. Seburuk-buruknya kisah lo, masih banyak hal baik yang menempel di diri lo. Jadi lo mesti banyakin bersyukur." Sera mendadak sok bijak. Selena tertawa mendengarnya. "Tumben lo bijak. Biasanya juga nggak peduli." protes Keysha. "Sekali-sekali boleh dong gue jadi motivator." Sera membela dirinya sendiri. "Terserah lo, yang penting lo seneng. Gue mah iya aja." sahut Selena sekenanya. Note: Hallo para pembacaku tersayang. aku cuma mau kasih tahu kalian kalau karyaku My Hot Driver ini ekslusif hanya ada di Dreame/Innovel. Jika kalian menemukan karyaku ini di tempat lain, itu artinya kalian sedang membaca karya bajakan. Sebagai penulis asli dari n****+ ini tentu saja aku tidak pernah merelakan tindakan pembajakan tersebut begitu saja. Bagi kalian yang sedang membaca karya ini juga dilarang untuk menyebarluaskan dalam bentuk PDF/SS, karena tindakan kalian termasuk dalam kategori pembajakan dan bisa dikenakan pasal yang otomatis berurusan dengan kepolisian. Teruntuk kalian yang sudah baca My Hot Driver dari bab awal hingga tamat aku ucapkan banyak terima kasih. Salam sayang untuk kalian semua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD