Tangan Ceko memukul tembok yang berada di sisi telinga Lara. Gadis itu menutup matanya, tidak mengira kemarahan cowok ini begitu besar. Lagian apa salahnya? Cowok di hadapannya ini sudah mencuri ciumannya beberapa kali tanpa izin pemilik tubuh yang asli. “Seharusnya aku yang marah, karena kamu udah cium aku tanpa izin. Hei, bibir ini milik Lara bukan milik kekasihmu! Seharusnya aku minta ganti rugi karena kamu udah bikin bibir aku nggak perawan.” “Bacot lu!” sentak Ceko. “Heh? Apa maksudnya?” Ceko langsung bungkam. Kosakata itu nggak terlahir di zaman ini. Jangan sampai ada yang lahir mendahului takdir. “Lu banyak omong! Gosah munafik, gue tahu kalau lu menikmati juga ciuman dari gue. Buktinya lu diem aja, nggak nolak gue cium!” Skak mat! Lara mati kutu mendengar