Hari-hari di sekolah

1055 Words
    Memulai suatu hal baru bukanlah hal yang mudah, semua akan terasa begitu berat dan susah, namun ketika kita mampu melewatinya maka kita akan menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Hal tersebutlah yang sedang dialami oleh Dayat dan Safitri di masa awal regular bersekolah di SMK, di satu sisi mereka merasa bangga dikarenakan seragam putih-biru yang selama ini mereka pakai sewaktu SMP kini telah berganti dengan seragam putih-abu-abu, kini pun mereka juga dikelilingi para teman-teman baru, mereka saling berkenalan antara satu dengan yang selainnya, saling bertukar nomor whatssapp maupun saling follow media sosial masing-masing. Di sisi lain perjalanan mereka menempuh pendidikan yang jauh berbeda dengan masa-masa SMP tidaklah berjalan mudah, banyak hambatan yang mereka rasakan di masa awal sekolah.     Sebulan menjalani masa awal sekolah SMK Dayat merasa kesulitan meresapi pelajaran praktikumnya di jurusan Analis kesehatan, setiap kali ia praktikum senantiasa gagal dan berbuntut pada ketertinggalannya dengan teman sekelasnya.     “Dayat, kamu masih belum selesai? Temen kamu yang lainnya udah pada pulang tuh.” Ucap Bu Dhika guru praktikum Dayat sembari menghampiri meja praktek Dayat.     “Maaf Bu, saya belum selesai.” Jawab Dayat sembari menundukkan kepalanya.     “Sudah kamu selesaikan saja sudah habis waktunya, minggu depan kamu remedial ya!” Sahut Bu Dhika     “Baik Bu.” Jawab singkat Dayat sembari merapikan alat praktikumnya di meja. Sepulang dari sekolah di perjalanan bahkan sampai rumah ekspresi wajah Dayat begitu murung, hampir berjam-jam dia mengurung diri di kamar, karena baginya ini bukan kegegalan pertamanya dalam menjalani praktikum di sekolah, jika dihitung selama sebulan pertama bersekolah ini sudah ketiga kalinya ia mengalami kegagalan, sehingga direspon dengan kemarahan oleh guru praktikumnya, sampai suatu ketika selepas sholat maghrib dari pintu kamar Dayat terdengar ketukan dan suara.     “Emak boleh masuk?” Suara Emak lantang menembus pintu kayu kamar Dayat.     “Iya Mak, masuk aja.” Sahut Dayat dari dalam kamar     “Kamu enggak mau cerita ke Emak kalau sedang ada masalah? Kamu ada masalah apa?” Ucap Emak sembari duduk di Kasur samping Dayat.     “Dayat sejak SMP tidak pernah kesulitan memahami pelajaran, tapi di SMK Dayat sangat sulit memahami pelajaran praktikumnya Mak, apa Dayat enggak cocok dengan jurusannya ya Mak? Dayat capek Mak kalau tidak bisa praktikum ditegur terus sama guru dan selalu remedial.” Ucap Dayat merendah.     “Dayat… dulu kan yang memilih masuk SMK kamu sendiri, harusnya kamu sudah siap dengan konsekuensinya, tapi enggak apa-apa besok Emak akan bicara dengan wali kelas kamu untuk cari solusinya, besok antar Emak menemui wali kelas kamu ya?” Ucap Emak sembari mengusap kepala Dayat, tidak tega melihat kondisi Dayat yang hampir tiap pulang ke rumah selesai praktikum senantiasa murung.     “Dulu gambaran awal Dayat ingin masuk SMK adalah, Dayat mengira jika di SMK belajarnya akan mengasyikkan karena ada praktikum di laboratoriumnya, tapi ternyata Dayat kesulitan di jurusan yang Dayat pilih, maafin Dayat ya Mak? Besok Dayat akan antar Emak menemui wali kelas Dayat.” Ucap Dayat merasa bersalah.     Keesokan harinya Dayat dan Emak pergi ke sekolah menemui Bu Atik wali kelasnya Dayat, sesampainya di ruangan Bu Atik, Emak menyampaikan keluhan Dayat selama proses belajarnya.     “Bu Atik… mohon maaf menganggu waktunya Ibu. Begini Bu, Dayat sering cerita kepada saya kalau dia kesulitan mengikuti pelajaran praktikumnya di jurusan Analis kesehatan padahal dahulu saat masuk sekolah itu merupakan jurusan pilihan Dayat sendiri, selama ini ketika di SMP untuk pelajaran lainnya selain praktikum Dayat masih bisa mengikutinya, tapi ketika masuk SMK Dayat merasa kesulitan dalam pelajaran praktikumnya, katanya Dayat enggak sesuai dengan jurusannya Bu, kalau menurut Ibu baiknya bagaimana ya Bu? Soalnya saya enggak tega melihat Dayat setiap pulang praktikum selalu merasa murung terus.” Ucap Emak menjelaskan persoalan Dayat.     “Begitu ya Bu, saya juga sering mengamati Dayat, dia sebenarnya kalau di pelajaran umum memang tidak ada kendala, selalu aktif dan cepat menangkap pelajaran, tapi memang saya sering dapat laporan dari guru praktikumnya kalau Dayat kesulitan di pelajarannya. Iya memang ada banyak faktor penyebabnya, bisa jadi karena ketidakcocokan jurusan yang diambilnya, karena memang di sadari terkadang anak-anak memilih jurusan pertimbangannya masih belum matang. Sebenarnya saya sudah memikirkan solusinya, kebetulan karena ini masih awal-awal belajar kita masih bisa untuk pindah jurusan, di jurusan Farmasi klinis dan komunitas masih ada kuota kelas kosong karena kemarin ada dua anak yang tidak jadi masuk SMKN 9, bagaimana apakah Dayat mau untuk pindah ke jurusan Farmasi klinis dan komunitas?” Jawab Bu Atik dengan pelan dan lancar sembari menengok kearah Dayat.     “Saya mau Bu.” Sahut Dayat dengan semangat sembari fikirannya melesat jauh mengingat peristiwa masa pengenalan lingkungan sekolah, ia teringat tentang sosok Safitri yang ia kagumu, dan kebetulan Safitri masuk jurusan Farmasi klinis dan komunitas, dalam fikirannya yang penting bisa sekelas dengan Safitri agar bisa mengenalnya lebih jauh, perkara cocok atau tidak sama jurusannya itu urusan nanti. Begitulah euforia remaja dari seorang Dayat yang sedang mengenal romansa cinta kalangan remaja.     “Baiklah kalau kamu mau, habis ini Ibu akan proses ke kepala sekolah, kalau disetujui besok kamu sudah bisa pindah jurusan dan kelas.” Ucap Bu Atik sembari merapikan posisi duduknya.     “Terimakasih banyak Bu.” Sahut Dayat dengan senyum sumringah.     Sepulang dari sekolah Dayat sangat bahagia, ia sering senyum-senyum sendiri membayangkan akan bisa sekelas dengan seorang wanita yang dia kagumi. Keesokan harinya Dayat dipanggil ke ruangannya Bu Atik wali kelasnya, ia dapat kabar dari Bu Atik jika permohonannya sudah dikabulkan oleh kepala sekolah dan dipersilahkan untuk pindah jurusan serta kelas di Farmasi klinis dan komunitas.     “Ayo ikut Ibu, akan Ibu kenalkan kamu dengan kelas baru.” Ucap Bu Atik sembari menepuk pundak Dayat.     “Baik Bu.” Jawab Dayat singkat sembari mengukuti langkah Bu Atik menuju kelas baru. Setibanya di kelas baru, alangkah terkejutnya Dayat melihat di depan matanya sosok seorang Safitri, siswi perempuan yang sejak masa pengenalan lingkungan sekolah ia kagumi, iya… siapa sangka Dayat sekarang masuk di kelasnya Safitri sebagai siswa pindahan dari jurusan lain, alangkah senangnya Dayat bisa satu kelas dengan perempuan yang dia kagumi, ia pandangi terus sosok Safitri, kemudian dibalas senyuman manis dari Safitri.     “Baiklah… minta perhatiannya murid-murid… perkenalkan ini ada siswa baru di kelas kalian, dia pindahan dari jurusan Analis kesehatan, ke depannya dia akan menjadi teman sekelas kalian, silahkan memperkenalkan diri!” Ucap Bu Atik di depan seluruh siswa di kelas X Farmasi klinis dan komunitas 2.     “Ehh…” respon Dayat terkaget, seakan teralihkan fokusnya dari memandang Safitri ke Bu Atik.     “Perkenalkan nama saya Dayat, saya baru pindah dari jurusan analis kesehatan, mohon kerja samanya ya teman-teman.” Ucap Dayat sembari fokus matanya kebanyakan memandang ke arah Safitri yang duduk di meja paling depan sebelah kanan meja guru.   (^_^) (^_^) (^_^) (^_^)    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD