Masa pengenalan lingkungan sekolah

2002 Words
    Senin pagi yang cerah, langit Tangerang kelihatan indah dengan warna birunya seakan mengiringi kegembiraan Dayat dan Safitri memasuki babak baru dalam kehidupan mereka. Pagi itu mereka sedang menjalani upacara pembukaan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), Dayat berdiri di barisan paling depan sembari memakai pakaian putih-biru khas SMP dan atribut papan nama berwana coklat bertuliskan namanya dan jurusannya. Sedangkan Safitri berada di barisan samping kanan Dayat berjejer rapi dengan teman-teman satu jurusannya, Safitri memakai atribut yang sama dengan Dayat. Mereka dengan khusyuk mendengarkan arahan dari inspektur upacara sembari sesekali mereka mengusap keringat dengan tangan karena terik panas matahari yang menyengat kala itu.     2 jam berlalu upacara pembukaan masa pengenalan lingkungan sekolah telah selesai, seluruh siswa dipersilahkan masuk ke ruang kelasnya masing-masing, Safitri masuk kelas X Farmasi klinis dan komunitas 2, sedangkan Dayat masuk kelas X Analis kesehatan yang hanya ada satu kelas. Hari itu setelah mereka dikembalikan ke kelasnya masing-masing, mereka diberikan arahan untuk sosialisasi schedule hari kedua keesokan hari.     “Besok kalian masuk jam 06.30 WIB, secara agenda masa pengenalan lingkungan sekolah akan berfokus pada demonstrasi pengenalan masing-masing jurusan, jadi jangan lupa kalian bawa alat tulis dan persiapkan pertanyaan untuk mendalami jurusan kalian ya? Kalian faham?” Tutur kakak pembimbing mereka di kelas dengan lantangnya.     “Faham kak.” Sahut seluruh siswa baru berbarengan. Setelah itu para siswa baru dipersilahkan pulang ke rumah masing-masing. Keesokan harinya, hari kedua masa pengenalan lingkungan sekolah, Dayat dan Safitri datang ke sekolah tepat waktu sembari masih menggunakan pakaian seragam putih-biru khas SMP dengan tambahan atribut nama d**a bertuliskan nama dan jurusannya mereka. Mereka memasuki ruangan kelas masing-masing, di depan ruang kelas kakak pembimbing sudah bersiap untuk memberikan arahan.     “Oke adik-adik sekalian, habis ini kita akan ke lapangan sekolah semua, siapkan dan bawa alat tulis kalian.” Ucap kakak pembimbing dengan lantangnya.     “Baik kak.” Sahut mereka semua serentak menjawab arahan kakak pembimbing,     Semua murid baru dikumpulkan di lapangan sekolah sembari membentuk barisan huruf U, tepat di tengah-tengah lapangan perwakilan Bapak dan Ibu guru menjelaskan tentang gambaran pelajaran yang akan mereka dapatkan nantinya pada masing-masing jurusan. Dayat dan Safitri menyimak penjelasan dengan khusyuk sembari sesekali mencatat point-point penting yang disampaikan oleh Bapak dan Ibu guru mereka, satu-persatu penjelasan tiap jurusan berlalu secara bergantian, tibalah pada saat sesi tanya jawab, pembawa acara menyampaikan.     “Adik-adik sekalian, sesi penjelasan masing-masing jurusannya sudah selesai, Bapak dan Ibu guru perwakilan tiap jurusan masih berada di depan kalian, sekarang kita memasuki sesi tanya jawab, barangkali di sini ada adik-adik yang masih belum jelas dengan wawasan jurusan yang disampaikan tadi? Silahkan bertanya sembari jangan lupa mengangkat tangannya dan mengenalkan namanya terlebih dahulu sebelum menyampaikan pertanyaan.” Ucap pembawa acara sembari menatap seluruh siswa baru. Dari barisan kedua di depan pembawa acara ada siswa yang mengangkat tangannya, seketika pembawa acara langsung menunjuknya serta mempersilahkannya bertanya.     “Iya kamu, silahkan bertanya.” Ucap pembawa acara sembari berjalan menuju anak yang mengangkat tangannya tadi untuk memberikan microfone ke siswa perempuan tersebut yang ternyata adalah Safitri.     Bagi Safitri menanyakan sesuatu di depan umum bukanlah hal yang baru baginya, dengan berbagai pengalaman organisasinya dan kepercayaan dirinya yang tinggi selama di SMP membuatnya menjadi anak dengan mental tangguh dan berani menyampaikan pendapat.     “Assalammualaikum… perkenalkan nama saya Safitri, saya berasal dari kelas X Farmasi klinis dan komunitas 2, saya mau bertanya dua pertanyaan berkenaan dengan jurusan saya yaitu Farmasi klinis dan komunitas. Pertama, apakah waktu praktikum nanti kita hanya fokus pada pembuatan resep obat saja atau bagaimana? Kedua, nanti output lulusan Farmasi akan bisa bekerja dan berkuliah di mana aja ya? Terima kasih cukup sekian, wassalammualaikum.” Ucap Safitri sembari berdiri dan seketika menjadi pusat perhatian seluruh siswa. Termasuk Dayat, ia begitu kagum dengan apa yang dilakukan oleh Safitri sembari sesekali Dayat tersenyum kagum melihat Safitri, karena baginya sangat jarang ada anak perempuan yang berani serta mampu menyampaikan pertanyaan di depan umum.     “Hebat dia, baru pertama kali aku melihat perempuan seberani dan pintar kayak dia.” Tutur Dayat dari dalam hatinya.     “Aku juga gak boleh kalah dengannya, aku harus berani bertanya juga.” Ucap dayat dengan pelan. Melihat apa yang dilakukan oleh Safitri selain membuat Dayat terkagum, ia juga merasa terdorong untuk bisa seperti dia, sesi pertanyaan kedua dibuka oleh pembawa acara.     “Selanjutnya apakah ada yang mau bertanya lagi?” Ucap pembawa acara sembari melihat ke arah siswa.     “Saya.” Terdengar suara siswa laki-laki yang berasal dari sisi kanan pembawa acara, ternyata benar suara itu berasal dari Dayat, pembawa acara langsung menghampirinya dan mempersilahkannya untuk berdiri serta memberikan microfone yang dipegangnya.     “Assalammualaikum… perkenalkan nama saya Dayat, saya dari kelas X Analis kesehatan, saya mau bertanya untuk gambaran output jurusan Analis kedepannya kita bisa kerja atau kuliah di mana saja ya? kemudian yang mau saya tanyakan juga adalah apakah nanti selama kita menjalani praktikum di laboratorium kita akan mempelajari apa saja dan apakah ada tambahan biaya lagi untuk pengadaan alat-alat dan bahannya? Terima kasih wassalammualaikum.” Ucap Dayat sembari berdiri dan menjadi pusat perhatian seluruh siswa.     Termasuk si Safitri yang diam-diam sembari tertunduk merekahkan senyum kagumnya melihat apa yang dilakukan Dayat, seolah sebuah sinyal antar keduanya mereka sama-sama saling mengagumi dalam kesan pertama saling melihat sosok keduanya, momen itu adalah pertamakalinya mereka saling bertemu dan mengenal nama tanpa saling bertatapan secara langsung. 3 jam sesi pengenalan jurusan pun berakhir, seluruh siswa baru dipersilahkan kembali ke kelasnya masing-masing, di dalam kelas kakak pembimbing memberikan arahan kepada mereka.     “Oke adik-adik sekalian, agenda masa pengenalan lingkungan sekolah hari kedua sudah selesai, setelah ini kalian bisa pulang ke rumah masing-masing, oh iya… jangan lupa besok kalian tetap masuk pukul 06.30 WIB untuk masa pengenalan lingkungan sekolah hari ketiga yang akan membahas mengenai demo ekstrakulikuler sekolah, jadi persiapkan diri kalian untuk memilih ekstrakulikuler yang akan kalian ikuti kedepannya, bisa di fahami?” Tutur kakak pembimbing dengan lantang seperti biasanya.     “Baik kak di mengerti.” Jawab mereka secara bersamaan.     Selepas selesai masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) hari kedua Dayat dan Safitri langsung pulang ke rumahnya, seperti biasanya setiap berangkat dan pulang sekolah Dayat selalu naik angkot, sedangkan Safitri pergi dan pulang sekolah senantiasa menaiki motor mio warna biru kesayangannya. Sesampainya di rumah Dayat dan Safitri langsung bersih-bersih diri, sholat dan langsung menuju kamar, selama di kamar mereka tidak berhenti saling membayangkan tentang apa yang mereka lihat tadi waktu di sekolah. Dayat tidak berhenti membayangkan sosok Safitri, dalam fikirannya membayangkan gambaran sewaktu Safitri menyampaikan pendapatnya dalam sesi Tanya jawab tadi di sekolah sembari dalam hatinya ia berkata.     “Semoga suatu saat nanti bisa bertemu dengannya lagi.” Ucapnya dalam hati.     Begitu juga dengan Safitri, selama di dalam kamar ia sedang membayangkan sosok Dayat yang menurutnya sebagai sosok seorang laki-laki yang berbeda, bagi Safitri berteman dan bertemu dengan laki-laki adalah suatu hal yang biasa dikarenakan sewaktu dia kecil teman sepermainannya kebanyakan adalah laki-laki. Namun baginya pertamakali melihat Dayat ada suatu aura berbeda yang terpancar dari dirinya, aura itu menarik ketertarikan serta kekaguman Safitri kepada Dayat, baginya sosok Dayat penuh dengan Kharisma serta kepintaran yang berbeda dengan kebanyakan laki-laki pada umumnya yang selama ini ia kenal, selama membayangkan Dayat, Safitri senyum-senyum sendiri sembari pipinya memerah malu.     Keesokan harinya, hari ketiga masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), hari ini merupakan hari terakhir pengadaan MPLS di sekolah. Langit pagi saat itu sedang sedikit tertutup awan mendung, seperti biasa Dayat berangkat ke sekolah sejak pukul 05.00 WIB ba’da subuh dengan menaiki angkot dari depan gang rumahnya, sedangkan Safitri ia berangkat sekolah sekitar pukul 06.00 WIB dengan menaiki motor kesayangannya. Mereka datang tepat waktu di sekolah, kali ini mereka memakai seragam olah raga SMP asal mereka sebelumnya sembari tetap memakai nama d**a bertuliskan nama dan jurusan mereka, kemudian mereka langsung memasuki kelasnya masing-masing, di dalam kelas seperti biasa kakak pembimbing mereka sudah menunggu di dalam kelas.     “Bagaimana kabar kalian? masih semangat mengikuti MPLS hari terakhir ini?” Ucap kakak Pembina dengan suara lantang seperti biasanya.     “Semangat kak.” Sahut mereka secara bersamaan dengan nada yang masih lemas karena lelah baru sampai sekolah.     “Ayo diulang, kali ini harus lebih semangat lagi, masa calon siswa-siswi SMKN 9 lemes begini? Gimana kabarnya kalian semua?” Ucap kakak Pembina dengan nada yang jauh lebih kencang dibandingkan sebelumnya untuk memberikan semangat kepada kami.     “Semangat kak.” Jawab mereka dengan suara lantang yang kompak.     “Nah gitu dong, oke kali ini kita akan mengikuti demo ekstrakulikuler, jadi silahkan siapkan dan bawa alat tulis kalian masing-masing, nanti akan ada dua sesi demo, sesi pertama demo lapangan yang dilakukan oleh ekskul PMR, pramuka, paskibraka, seni tari, taekwondo, dan paduan suara. Sedangkan untuk sesi kedua yang demo kelas dilakukan oleh ekskul rohis, basket, futsal, marawis, dan debat Bahasa inggris. Bisa di fahami? Apakah ada yang di tanyakan?” Ucapan kakak Pembina dengan pelan-pelan dan lancar menjelaskan ke mereka.     “Tidak ada kak.” Jawab mereka serentak.     “kalau begitu kita langsung ikuti demo ekskul sesi pertama di lapangan, silahkan bawa alat tulis kalian dan ikuti kakak keluar ke lapangan.” Ucap kakak Pembina sembari membalikkan badannya dan melangkah keluar pintu kelas.     Seluruh siswa dikumpulkan di lapangan sekolah sembari membentuk barisan huruf U, para kakak pembimbing hampir 10 menit sibuk merapikan barisan kami, setelah barisan mereka rapi dan kondusif acara demo ekstrakulikuler sesi pertama di lapangan dimulai. Ekskul PMR menjadi penampil utama dengan menyuguhkan simulasi tanggap bencana, dilanjutkan ekskul pramuka dengan simulasi mendirikan tenda, kemudian paskibraka dengan atraksi baris-berbarisnya, ekskul seni tari dengan menyuguhkan tarian papua, ekskul taekwondo menyuguhkan atraksi simulasi pertandingan dan gerakan kunciannya, dan ekskul paduan suara dengan tampilan kemampuan bernyanyinya dengan menyanyikan lagu-lagu nasional.     Hampir 1 jam lebih 30 menit berjalan demo ekstrakulikuler sesi pertama di lapangan, Dayat dan Safitri menjadi anak yang paling antusias untuk mengamati setiap demo yang disuguhkan. Dari sekian banyak ekskul yang tampil pada demo sesi pertama, Dayat memutuskan bergabung dengan ekskul pramuka, karena baginya dia sudah memiliki pengalaman mengikuti ekskul pramuka selama di SMP dulu, jadi tinggal melanjutkan saja dan tak butuh banyak waktu untuk beradaptasi. Sedangkan Safitri mendaftar ekskul PMR, yang dulu selama masa SMP dia ikuti juga, kebanyakan mereka berdua memilih mengikuti ekskul berdasarkan pengalaman sewaktu masa SMP untuk kemudahan dalam beradaptasi di masa-masa awal sekolah.     Sesi pertama demo ekskul selesai, jam sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB, matahari kala itu sudah mulai memberikan teriknya di lapangan sekolah, semua siswa masuk ke ruang kelas masing-masing untuk mengikuti sesi kedua demo ekskul, ekskul pertama yang melakukan demo ialah ekskul rohis (Kerohanian Islam) dengan menampilkan cuplikan video yang menjelaskan tentang latar belakang terbentuknya rohis, program-programnya yang fokus pada agama dan pembinaan karakter, kemudian disusul oleh ekskul basket dan futsal yang sama-sama hanya mengirim perwakilan pengurusnya dan menjelaskan secara lisan di depan siswa, yang terakhir adalah ekskul debat Bahasa inggris mereka menampilkan power point yang berisi visi-misi dan programnya kepada siswa. Sesi kedua demo kelas tidak berlangsung lama hanya 1 jam.     Dayat dan Safitri yang saat itu berada pada kelasnya masing-masing justru dibuat kaget oleh penjelasan ekskul rohis, karena selama ini pandangan mereka tentang ekskul rohis hanya ceramah dan mengaji saja monoton, namun setelah melihat video yang disuguhkan pada demo ekskul rohis fikirannya jadi terbuka jika ekskul rohis di SMKN 9 berbeda, tidak hanya membahas ceramah dan mengaji saja melainkan masih banyak program menarik lainnya.     “Gila, gue kira rohis cuman ngaji dan duduk manis dengerin ceramah aja, kalau kayak begini programnya gue tertarik gabung.” Ucap Dayat dan Safitri sembari fokus mengamati video yang sedang di putar di layar proyektor kelas. Karena kekagumannya tersebut membuat Dayat dan Safitri tergerakkan dan akhirnya juga mendaftar di ekskul rohis, mereka ikut dua ekskul di sekolah, Dayat pramuka dan rohis, Safitri PMR dan rohis.     Sudah 1 jam 30 menit demo ekskul di kelas berjalan, semua ekskul sudah mengenalkan diri mereka semua dan juga seluruh siswa sudah memilih ekskul yang akan mereka ikuti. kini seluruh siswa dipersilahkan untuk istirahat dan menjalankan sholat dzuhur dahulu, selepas itu mereka semua dikumpulkan di lapangan sekolah untuk mengikuti acara penutupan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) sekaligus peresmian mereka sebagai siswa baru di SMKN 9. Seluruh siswa-siswi berbaris rapi di lapangan upacara sembari ditemani terik matahari siang itu yang sesekali memancar dari celah-celah awan mendung yang mengitari birunya langit kala itu, mereka dengan khikmat mengikuti setiap prosesi upacara penutupan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), upacara itu ditutup dengan simbolis pemakaian almamater sekolah SMKN 9 oleh perwakilan siswa dan siswa, melambangkan bahwa mereka semua telah resmi menjadi siswa dan siswi SMKN 9.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD