Hidup Bukan Tentang Mempertahankan Sebuah Perbedaan , Melainkan Melengkapi Kekurangan.

1890 Words
. Rose benar-benar hanya melongo mendengar kata-kata teratur yang terucap dari mulut Rain, tapi Embun langsung melonjak senang “ Benar sekali pendapatmu Rain… Kalian bisa menikah secepatnya agar Rose bisa segera hamil seperti teori peluangmu. Tapi kalau mau menikah besok , tidak akan mungkin karena menikah di Indonesia itu tidak semudah menikah di luar negeri, banyak persyaratan yang harus diurus. Surat keterangan dari kelurahan, surat dari tempat ibadah, pokoknya banyak surat-surat yang harus kita urus dulu kalau mau menikah di Indonesia. Sebentar mama pikirkan terlebih dahulu. Bagaimana baiknya.” Kata Embun sambil menyesap teh hangatnya. Rain setelah mengeluarkan kata-kata tentang teori peluangnya juga kembali diam. Rose memilin-milin bajunya, tanda dia sedang berpikir ada perasaan tidak nyaman dihatinya karena merasa menjadi breeding machine bagi keluarga Berlian. Tapi Rose tidak mungkin mundur karena perjanjian bersedia menjadi istri Rain dengan tujuan mendapatkan harta sudah Rose tandatangani. Bukankah bersedia menjadi istri sudah satu paket dengan bersedia menjadi Ibu? Seharusnya sebelum tanda tangan, Rose harus bertanya dengan jelas, tapi saat itu tidak kepikiran sama sekali dan segera dia tandatangani untuk menyelamatkan Crysant dari tuntutan hukum dan demi uang untuk mengobati ibunya. Jadi tidak seharusnya, aku merasa tidak nyaman karena pertandingan baru saja di mulai dan sekali lagi aku tidak boleh menyerah sampai pluit wasit ditiupkan. “ Rose, kamu punya paspor?” Suara Embun terdengar. “ Punya, tapi tahun depan sudah expired. Dulu dibuatin Forki ( Federasi Olahraga Karate-do Indonesia) karena aku terpilih ikut pertandingan di Kuala Lumpur, tapi ternyata aku cedera dan harus pensiun jadi atlit.” Kata Rose “ Bagus. Kalau begitu kita besok berangkat ke Singapura dan kalian menikah di sana. Setelah Register of Marriage di sana, suratnya baru kita daftarkan di catatan sipil di sini. Itu proses yang lebih gampang. ” Kata Embun Rose kembali hanya melongo, orang kaya memang lain. Ke Singapur ibarat ke Tanah Abang saja, tinggal menjentikkan jari dan ngomong. Besok kita berangkat dan Rose pun hanya bisa mengangguk patuh. “ Tentunya Crysant sudah beritahu mamamu kalau kamu akan menikah? Apakah mama ada pendapat atau keinginan yang harus pihak lelaki penuhi? Maafkan Mami ya, baru teringat hal ini, karena kamu tahu kondisi yang terjadi sangat cepat ” Kata Embun dengan suara lembut. “ Mama sudah tahu aku akan menikah, mama hanya menangis karena dia tahu pasti aku melakukannya demi dia . Keluarga kami tidak perlu apa-apa lagi. Mami sudah memberiku 20 juta untuk melunasi hutangku dan 10 juta untuk biaya kemo mamaku. Hanya satu hal, kalau aku boleh minta, bolehkan aku bekerja di kantor mami sebagai paralegal untuk mendapatkan sedikit gaji agar aku bisa mengirimkan biaya hidup untuk mama dan Crysant setiap bulan, bagaimanapun aku masih ada tanggung jawab sampai Crysant tamat sekolah, aku tidak ingin adikku berakhir seperti Mira yang jadi sugar baby.” Kata Rose sambil mengigit bibirnya. “ Tentu boleh, Rose kamu memang harus bekerja bersama Mami, kamu akan mami jadikan asisten Mami agar kamu bisa belajar menjadi pengacara hebat. Mami tidak akan melupakan jasamu Rose. Kamu sudah membantu kami . Mami akan mempersiapkanmu untuk bisa melanjuti hidup di sini kalau Rain tidak ingin bersamamu seandainya kamu tidak bisa hamil dan Rain ingin kembali ke Belanda sendirian. Jadi mami akan bertanggung jawab untukmu Rose, kalau itu yang terjadi. Mami bukan Ibu yang kejam. Maafkan mami ya menempatkanmu dalam posisi sulit seperti ini.” Kata Embun sambil menggengam tangan Rose. “ Jangan minta maaf Mi. Kita ini saling membutuhkan. Dan satu lagi pertanyaan Rose. Kalau Rose hamil, apakah Rain juga tetap akan kembali ke Belanda dan Keluarga Berlian akan mengambil anak yang Rose lahirkan?” Kali ini suara Rose bergetar, hatinya terasa ditusuk seribu belati. “ Kalau surat nikah sudah kita tandatangani, kamu itu sah istriku jadi anak yang terlahir adalah anak kita. Hamil atau tidak hamil, kamu adalah istri sahku , jadi kamu harus ikut aku. Aku yang akan bertanggung jawab untukmu, bukan mami ” Suara kaku dan tertata Rain kali ini terdengar bagaikan alunan melody indah di telinga Rose dan dia hanya bisa memandang Rain dengan mata berbinar-binar, meskipun yang dipandangnya sudah menundukkan kepala kembali untuk menghindari tatapan mata. Itu adalah kata-kata paling indah yang pernah Rose dengar yang keluar dari mulut seorang Rain. Embun juga tersenyum senang dan berkata pada anaknya “ Rain.. mama sangat senang mendengar kata-katamu. Mama tahu mama yang memaksa kamu pulang dan harus menikah dengan Rose, tapi kamu menunjukkan kamu lelaki yang bertanggung jawab. Maafkan mama ya, yang selalu mencoba mengambil alih tanggung jawabmu. Kita selesaikan masalah harta warisan opungmu dan mama berjanji setelah ini tidak akan lagi menjadi helicopter Mom untukmu. Mama akan membiarkan kalian hidup sesuai yang kalian inginkan.” Kata Embun sambil memandang kedua anak muda yang duduk di depannya dengan mata penuh cinta. Hanya Rose yang membalas tatapan matanya dengan sinar mata berbinar-binar tapi Rain anaknya, melengos dan memandang ke atas langit-langit café. Tiba-tiba suara gemerincing lonceng terdengar, tanda ada tamu yang datang. Tanpa sadar Rose dan Embun mengangkat kepala mereka dan melihat ke arah pintu masuk. Tampak seorang lelaki seumuran Embun tersenyum ramah pada mereka dan berjalan gagah menuju meja mereka. “ Halo.. Saya Awan, pemilik café ini. Bagaimana makanan kami? Semoga cocok ya. Café ini baru dibuka enam bulan lalu, tolong review kami di google kalau puas dengan pelayanan dan makanan kami.” Katanya ramah. “ Awan? Darmawan?” Tanya Embun pada lelaki itu. “ M? Embun? Benar kamu Embun? “ Jerit lelaki itu senang, kali ini langsung berjalan ke arah Embun dan memeluknya erat. “ Ya Tuhan..M.. Apa kabar kamu? Gimana suamimu? Ini anakmu?” Tanyanya bertubi-tubi. “ Kamu masih aja memanggilku M, aku bukan M, atasan James Bond.”Kata Embun melepaskan pelukan lelaki itu padanya. “ Nggak mungkin aku memanggilmu Bun. Emang kamu bundaku ? Panggilan M itu panggilan kesayanganku untukmu sejak zaman SMA dulu. Apa kabarmu?” Tanya Awan , langsung duduk di samping Embun. “ Baik.. Kamu gimana?” Tanya Embun “ Kenalin dulu dong. Ini siapamu? Anakmu yang mana? Yang cewek atau yang cowok?” Tanya Awan melihat ke arah Rose dan Rain yang tetap menghindari tatapan mata. “ Yang cewek, menantuku namanya Rose.” Kata Embun dan Awan menjulurkan tangannya pada Rose yang menyambutnya dengan senyuman “ Hai Rose. Kamu cantik sekali. Aku teman tapi mesra mertuamu saat SMA. Namaku Darmawan. Tapi mertuamu selalu memanggilku Awan.” “ Dan yang cowok anakku, Namanya Rain.” Kata Embun dan dia heran. Awan tidak menjulurkan tangannya, dia seperti tahu Rain tidak suka bersentuhan tangan . Untuk menyapa Rain, Awan hanya berkata singkat. “ Hai Rain. Aku Awan.” “ Hai Awan. Aku Rain.” Jawab Rain dengan susunan kata-kata yang sama. Lalu Awan berpaling kepada Embun dan dengan bahasa bibir dia berkata “ AKU TAHU” dan Embun mengangguk. Rose yang melihat betapa pengertian Awan pada kondisi Rain , berpikir di otaknya . Pasti Awan ini adalah psikiater atau dokter sehingga sekali lihat saja dia sudah tahu kondisi syndrome asperger Rain. Dan pemikiran Rose terjawab saat suara Awan terdengar. “ Aku psikiater M.. Kamu pengacara kan? Kamu jadi kawin sama Guntur? Dulu kamu menolakku sih, kalau nggak aku yang akan jadi suamimu bukan Guntur.” Kata Awan ringan. “ Iya aku pengacara. Aku jadi kawin sama Guntur. Aku bukan menolakmu . Aku hanya tak mau kamu ditolak oleh Bapakku karena kita beda suku. Nggak mungkin Bapakku mengijinkan aku menikah denganmu. Jadi daripada memulai perang yang tak bisa kumenangkan , lebih baik aku mundur. Keluargamu juga nggak mungkin memperbolehkan kamu menikah denganku. Kita ini sangat berbeda. Dan kamu yang bilang kalau lebih baik kita bersahabat saja. Tapi kamu sahabat paling jahat. Sejak pindah ke Amerika kamu tidak pernah hubungi aku lagi.” Kata Embun. “ Yah.. memang cinta kita terpisah karena perbedaan suku. Memang zaman kita dulu, pernikahan antar suku pasti tidak diperbolehkan. Kalau sekarang aku lihat uda lebih terbuka kok. Seperti kamu ini, yang menerima menantu yang tidak ada marganya.” Kata Awan melirik ke arah Rose “ Benarkan Rose, Kamu punya marga kah?” “ Ada..” Kata Rose sambil menyeringai. “ Benaran? Dari wajahmu, kelihatan kamu bukan wanita yang memiliki marga. ” Kata Awan sambil melirik Rose dari atas ke bawah. “ Aku marga CINAGA” Kata Rose sambil tersenyum lebar. “ Benaran, Sinaga?” Tanya Awan dan Embun bersamaan. “ Ci- Na – Ga alias Cina Garut “ Kata Rose menekan kata-katanya terutama pada awalan Ci nya. “ Hahahhaah. Bisa aja kamu. Berarti kita punya marga yang sama Rose. Om juga Cinaga. Cina yang gagah.” Kata Awan tertawa Mereka bertiga tertawa dan seperti biasa Rain tidak ikut dalam tawa mereka. Rose memandang Rain dan menghela nafas. Apa yang ada dipikiranmu Rain? Matanya Rose mengembun memandang Rain yang diam seperti berada di dunianya sendiri. Awan yang melihat suasana hati Rose yang berubah, mencoba mencairkan suasana dan bertanya. “ Rose, kamu pasti sangat cinta sama Rain dan orangtuamu pasti sangat open minded. Biasa bagi orangtua Chindo ( China Indonesia ) anaknya harus menikah dengan sesama chindo.” “ Mungkin itu berlaku untuk Chindo yang Previlege, Om. Kalau aku Chindo hybrid. Papaku Cina dan mamaku Sunda asal garut ditambah lagi aku chindo melarat, jadi keluargaku nggak pernah ada larangan mesti kawin sama sesama Chindo.” Kata Rose sambil tersenyum “ Cerita aku dan cerita Rose panjang, Wan. Sampai bisa di jadikan n****+. Kapan-kapan kalau ada waktu deh, aku ceritain. Sekarang kami harus pulang, karena aku perlu mempersiapkan keberangkatan kami besok untuk register pernikahan Rain dan Rose di Singapore.” Kata Embun sambil memanggil pelayan untuk membayar. “ Ohh. Kalian baru mau register pernikahan besok? Nggak pake pesta adat? Hanya register? Kalian selain beda suku, beda agama juga?” Tanya Awan bagaikan wartawan. “ Aduh Wan.. Sifat kepomu itu tak habis-habis ya sampai tua. Uda kubilang, ntar kalau ada kesempatan kuceritain.” Kata Embun. “ Berangkat sama Guntur dan mertuamu besok ?” Tanya Awan. Embun tampak mencibir dan berkata tenang “ Guntur uda mati , Wan. Ini kita baru pulang dari pemakamannya.” “ Hah?” Awan terkejut sampai melongo “ Kamu nggak kelihatan seperti orang yang kehilangan suami.” “ Rasa kehilangan itu sudah lenyap karena tertimbun sakit hati.” Kata Embun sambil mengambil bill yang diberikan oleh pelayan. Lalu Awan merebut bill tersebut dan memandang mata Embun lekat-lekat. “ What happened with you, M? Jiwamu kelihatan sangat sakit dan lelah.” Katanya lembut. Embun menggigit bibirnya. Hatinya menghangat mendengar kata-kata lembut dari Awan, sahabatnya. “ Nanti deh, kita ketemu lagi saat kami pulang dari Singapur. Berapa Billnya? ” Kata Embun mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menahan air matanya. “ Nggak usah bayar, aku yang traktir. M.. Aku ikut kalian ya , Ke Singapur besok. Pesankan tiketku sekalian, nanti kubayar. “ Kata Awan ringan. “ Hah??” Gantian Embun yang melongo kali ini. “ Aku serius M, Kekepoanku uda meledak -ledak , jadi aku akan ikut kalian ke Singapur.” Kata Awan “ Atau kalau kamu nggak nyaman, kasih tahu aku no penerbanganmu , nanti biar aku pesan sendiri pesawatnya. Jadi dua jam perjalanan Singapur -Jakarta , bisa kita pergunakan untuk ngobrol.” Kata Awan. Akhirnya Embun hanya bisa mengangguk. Dia memerlukan seseorang untuk bercerita, hatinya sudah tidak kuat menyimpan semuanya sendiri. “ Gitu dong, baru namanya sahabatku. Sampai jumpa besok M.” “ See you , Rain.” Kata Awan pada Rain dan dia berpaling pada Rose “ Sampai jumpa besok boru Cinaga.” “ Sampai jumpa besok Om Cina yang gagah.” Kata Rose membalas candaan Awan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD