Dunia adalah Panggung Sandiwara dan Manusia adalah Pelakonnya.

1208 Words
Embun duduk di tepi peti mati suaminya dan mulai menangis. Seluruh keluarga besar Berlian menatapnya dengan iba. “ Kasihan sekali ya, Embun ditinggal suami saat suaminya ingin beromantis ria dengan dirinya.” Bisik suara Perempuan dengan sanggul besar di kepalanya. “ Si Guntur pasti konsumsi obat kuat,lalu jantungnya tidak tahan ,saat dia mau menggauli istrinya.” Kata satunya lagi dengan sanggul ibarat baskom. “ Tapi bukankah seharusnya Si Embun melarang Guntur mengkonsumsi obat kuat? Atau mungkin si Embun yang minta agar suaminya tidak bisa memuaskan dirinya?” Kata wanita lainnya dengan sanggul yang lebih kecil. “ Iya pasti dia yang minta. Si Embun itu selalu merasa wanita paling hebat, karena dia pengacara terkenal. Aku sudah bilang sama Bang Langit, seharusnya si Embun itu tidak usah bekerja sebagai pengacara. Istri itu kalau uda kerja pasti akan merasa paling pintar dan tidak bisa menghormati suami. Makanya kejadiaan hari ini, pasti kesalahan wanita sok hebat itu.” Kata wanita berambut sebahu, dan dia adalah adik kandung dari Kakek Rain. Bisik-bisik itu terdengar di telinga Embun yang hanya diam karena dia sudah kebal ,dikatain wanita sok hebat disetiap pertemuan keluarga. Rose yang duduk di samping Rain juga mendengar perkataan mereka, Mata Rose mulai berembun lalu setetes air matanya mengalir di pipinya . Rose kasihan dengan Mami setelah apa yang dia lakukan untuk memberikan kematian yang bermartabat bagi suaminya, tetap saja dia yang disalahkan. Rose jadi mengerti bagaimana tekanan bathin seorang istri yang menikah di keluarga Berlian. “ Lihat tuh, tunangan Rain juga menangis. Pasti sandiwara aja. Emangnya dia sudah pernah bertemu Guntur? Sampai bisa mengeluarkan air mata.” Kata wanita dengan sanggu yang sebesar baskom itu, sepertinya dia adalah provokator dari wanita-wanita lainnya. Dan mereka itu semua memiliki nama keluarga yang sama yait Berlian “ Ternyata Rain bisa juga punya tunangan, emang dia bisa menyatakan cinta? Bukannya bicara aja dia susah?” Kata wanita, adik kakek Rain yang memakai baju kebaya hitam. “ Pasti wanitanya gila harta. Siapa yang bisa menolak lelaki kaya seperti Rain, meskipun dia cacat pasti ada aja wanita miskin tanpa harga diri yang dengan sukarela melempar tubuhnnya untuk Rain. Rain toh nggak jelek hanya otaknya ada kurang satu ons aja, asal yang lainnya tidak kurang, itu bukan masalah bagi wanita miskin tanpa harga diri. ” Kata wanita berambut sebahu sambil tertawa terkekeh-kekeh dengan nada mengejek Rose yakin, Rain mendengar perkataan mereka, karena jarak duduk mereka, berbeda hanya dua baris dari kursi Rain dan Rose juga mami. Rose sudah mau bangkit untuk melabrak mereka atau mengkarate mulut jahat mereka Tapi mami menatap Rose dan mengeleng-gelengkan kepalanya tanda Rose tidak boleh melakukan apa-apa , cukup hanya melanjuti menangis saja seperti yang sudah diperintahkan mami kepada dirinya. Rose lalu menghela nafas dan melihat ke arah Rain yang duduk di sampingnya tetap tanpa ekspresi hanya menatap peti mati papanya dengan wajah datar. Apakah Rain tahu apa yang dikatakan saudara-saudara dari pihak ayahnya? Apakah dia sakit hati? Memikirkan itu, Rose semakin sedih dan air matanya kembali mengalir dengan deras. Rose menangis sampai tersedu-sedu , sampai Rain yang duduk disampingnya berbisik “ Rain tidak ingin kamu menangis , karena upacara tutup peti akan segera dimulai.” Rose menganggukkan kepalanya. Rose senang sekali kata-kata yang demikan panjang terucap dari mulut Rain, meskipun bukan kata- kata manis “ Ssstt jangan menangis lagi sayang” atau “ Sayang, menangislah di bahuku. ” Tapi untaian kata-kata datar bagaikan prajurit melapor pada jendralnya yang keluar dari mulut Rain tadi membuat Rose tersenyum dan menghapus air matanya lalu dia menatap Rain dengan mata berbinar-binar penuh cinta. Malam itu saat mereka kembali ke rumah dengan mobil Pak Langit. Lelaki tua itu berkata pada mami. “ Embun …. Rain dan Rose kamu akan nikahkan setelah pemakaman guntur atau sebelum peringatan 100 hari ? ” Tanyanya. “ Tanpa pesta ya, karena masih berkabung dan biar nggak banyak mengeluarkan biaya. Pesta adat semua juga nggak usah. Toh Rose itu bukan berasal dari suku kita. Aku hanya mengijinkan makan bersama sederhana di rumah kita aja dengan seluruh keluarga besar Berlian. Kamu bisa masak sendiri, ngak usah pesan catering . Pihak almarhum mamak mertuamu, nggak usah lagi diundang, toh dia uda meninggal.” Katanya tegas. “ Tapi Pa.. haruslah kita undang pihak keluarga dari mamak . Adik mamak Paman Ben dan Bibi Roida masih hidup.” Kata Embun. “ Aku bilang nggak usah, mereka itu hanya parasite. Urusan kekeluargaanku dengan pihak almarhum mamakmu uda selesai. Jadi nggak usah undang mereka. Keluarga-keluarga yang sifatnya parasite dan hidupnya hanya ingin mengharapkan bantuan kita juga nggak usah diundang.” Kata Pak Langit lalu berpaling ke arah Rose. “ Keluargamu nggak parasit kan? Jangan anggap keluarga Berlian kaya, sehingga adikmu atau mamamu seenaknya datang ke rumah kita dan jadi parasite. Mereka nggak boleh kamu ajak tinggal di rumah Kelapa Gading. Lebih baik kamu tidak usah lagi berhubungan dengan mereka kalau sudah menikah dengan Rain .” Kata Pak Langit tegas. Rose yang sudah di briefing Mami untuk pertanyaan seperti ini langsung menjawab. “ Baik Pak.. Mama dan adikku tidak akan pernah datang dan tinggal ke rumah di Kelapa Gading. Nanti adikku mau kuliah di Bandung, jadi mama dan adikku akan pindah dan tinggal di Bandung .” “ Bagus. Aku sebenarnya tidak setuju cucu menantuku dari keluarga miskin seperti dirimu. Tapi aku tahu, putri dari keluarga kaya, tidak mungkin mau kawin dengan Rain yang tidak bisa menunjukkan emosi,selalu diam bagaikan orang bisu .Jadi terpaksa aku menerima dirimu karena kata Embun, Rain sudah terbiasa denganmu. Usia Rain juga sudah 28 tahun jadi dia sudah pantas menikah agar bisa punya anak untuk melanjuti nama keluarga. ” Kata Langit sambil memandang ke arah cucunya yang duduk diam di sampingnya. “ Rain. Kamu bisa nggak membuat Rose hamil? Tahu caranya nggak? Kamu udah pernah ngesekkah? ” Tanya Pak Langit dengan kata-kata vulgar. Cara ngomongnya itu seperti preman jalanan yang tidak punya pendidikan, atau memang dia tidak sekolah? Generasi zaman dulu lebih gampang cari uang dan mengumpulkan harta, meskipun tidak sekolah. Kalau zaman sekarang lulusan S1 aja tidak dianggap. Rose menggeleng-gelengkan kepalanya tanda dia tak percaya, orang kaya raya seperti Langit, bisa mengeluarkan kata-kata tak sopan seperti itu. Rain tidak membalas pertanyaan kakeknya dia hanya diam dan memalingkan wajahnya ke arah jendela . Rose menghela nafas karena sekali lagi hatinya perih saat seseorang merendahkan Rain seperti itu dan mami yang duduk di samping Rose di kursi belakang mobil Alphard itu , berbisik pada Rose “ Sekarang kamu pasti bisa merasakan dan mengerti rasa sakit hati mami, bertahun-tahun hidup dalam kondisi seperti ini. Tidak hanya hinaan dan cacian yang mami terima dari ayah Rain tapi juga dari mertua mami. Jadi kamu harus kuat Rose dan kita harus mendapatkan semuanya untuk balas dendam atas perlakuan mereka.” Rose mengangguk mengerti. Baru seharian di keluarga Berlian ini. Hati Rose sudah bagaikan tersayat-sayat belati dan rasanya sungguh perih. Mengapa ada keluarga toxic seperti ini? Rose benar-benar tidak habis pikir, mengapa ada seorang kakek yang kaya raya bisa mengeluarkan pertanyaan sedemikian kasar kepada cucunya? Mami memandang Rose dan tersenyum sambil menepuk-nepuk tangan Rose untuk menguatkannya. Embun tahu, wanita muda di sampingnya ini, sudah jatuh cinta pada anaknya dan Embun sangat bersyukur untuk itu. Semoga Rain juga bisa menerima Rose dan mereka bisa membentuk keluarga bahagia bersama, bukan keluarga toxic seperti yang Embun alami selama hampir 30 tahun pernikahannya dengan Guntur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD