Melting

661 Words
"TAPI JANGAN SALAHIN GUE, KALO GUE KHILAF !" Gue tersenyum penuh kemenangan karena telah berhasil menggoda Aisyah.  " Apa yang ingin kamu lakukan."  Gadis itu terlihat shock saat melihat gue hendak membuka baju, gadis itu langsung mengalihkan pandangannya kearah lain. Gue bahagia, berhasil menggoda gadis itu," gue cuman mau lo obatin luka gue. lo pikir gue mau ngapain?" pertanyaan yang sukses membuat pipi Aisyah memerah di balik cadar.  Pasti!  " Oh gue tahu, lo pasti mikir jorok kan?" gue menatap tajam kearah Aisyah, berpura-pura curiga. Mata gadis itu langsung membulat sempurna mendengar tuduhan itu.  "Lo lucu kalo lagi terkejut," batin gue tiba-tiba bersuara, s**t ! sepertinya itu bukanlah suara batin melainkan suara pelan yang baru saja keluar dari mulut gue tanpa sengaja.  Gadis itu mendongka, pipinya kembali memerah. Gue mendengus kesal, "gue nggak puji lo!" jawab gue cepat, gadis itu menoleh. "Lo emang lucu kalo lagi terkejut, karena itu bersiap - siaplah untuk selalu terkejut di samping gue.” **** Aisyah menggeleng pelan, pria paru baya di hadapannya sukses melonggo akibat jawaban Aisyah. "Kenapa, bukankah kamu masih ingin terus belajar?" tanya Troy bingung. Aisyah tersenyum gentir, "memang betul Aisyah ingin terus belajar, dan Aisyah akan terus belajar dan bukankah belajar bisa dimana saja, termasuk di rumah " jawab Aisyah lugas. Dan Troy dengan begitu saja mengganggu setuju "memang betul yang kamu katakan, Aisyah. Tapi apa salahnya juga jika kamu tetap sekolah?"  "Itu memang tidak salah pa, hanya saja Aisyah tidak bisa mengambil keputusan ini sendiri," Aisyah menunduk. Kening Troy berkerut, " maksudnya?" " Aisyah harus tanyakan ini pada Alex, jika dia setuju maka Aisyah juga akan setuju," jelas Aisyah, membuat Troy terharu sekaligus kagum. Sungguh beruntung ia mendapatkan menantu seperti Aisyah. ** Untuk pertama kalinya Aisyah makan bersama keluarga barunya dan untuk pertama kalinya juga setelah 5 tahun Alex dan Troy makan bersama. Alex menghembus nafas kasar, ia tahu jelas Aisyah tengah tersenyum di balik cadarnya, senyum bahagia dari istrinya membuat Alex benar benar muak, jika saja ia tidak berhutang budi pada gadis bercadar itu, sudah bisa di pastikan Alex tidak akan duduk bersama pria itu. Alex mempercepat kunyahannya, duduk bersama orang yang ia benci sungguh menyiksa bagi Alex. Makanan telah habis, itu artinya selesai sudah siksaan yang gadis cadar itu berikan, Alex segera bangkit dari kursinya lalu melangkah pergi meninggalkan Aisyah dan Troy . Troy ikut bangkit dari kursinya, "Alex, tunggu sebentar," ujar Troy menghentikan langka putranya. Alex menoleh dengan malas," Apa.” Troy menghela nafas panjang, melihat sikap Alex yang sangat berbanding terbalik dengan sikap Aisyah yang sangat menghormatinya, " ayah ingin membicarakan sesuatu.” Alex mendengkus kesal, “bicara apa?"  "Aisyah ingin sekolah..." "Terus apa hubungannya dengan gue, gue nggak peduli" jawab Alex acuh dan kembali menyambung langkahnya yang sempat terputus menuju kamar. " Aisyah ingin kamu yang memutuskannya."  Sorot mata tajam langsung terarah ke Aisyah, "kenapa harus gue?"  "Karna kamu," ada jeda pada kalimat Aisyah," suami saya" ucap Aisyah pelan, namun sukses membuat Alex melongo. **** 'Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan..... (QS. Al Insyirah: 5-6) "Baiklah pak Troy, kami akan memaklumi hal ini, tapi...." Pak Tama, kepala sekolah SMA Ganggam terlihat ragu menyambung kalimatnya, jika bukan Troy pemiliki dari IB Compeny dan bukan salah satu donator terbesar di sekolah, tentu tidak akan sulit bagi Tama untuk menolaknya.Tama lalu mengalihkan tatapannya menuju Aisyah dan Alex. Alex menaikan satu alisnya, " gue janji ngak akan buat dia hamil,” tegas Alex, perkataan Alex yang begitu frontal membuat semua mata terbelalak tak habis pikir, hanya Aisyah yang masih setia menunduk seolah telah terbiasa dengan perkataan asal cowok yang sekarang menjadi suaminya. "Hem," Troy berdehem pelan menghilangkan suasana canggung ini, "Aisyah dan Alex tidak tinggal serumah, Aisyah masih tinggal bersama kedua orang tuanya," jelas Troy, Tama terlihat berpikir sejenak. "Jadi ...." Troy menghentikan kalimatnya, setelah di lihatnya Tama mengangguk pelan. "Kami akan merahasiakan ini," ujarnya penuh wibawa. Senyum sumringah langsung hinggap di wajah Troy, "terima kasih, Tama." kata Troy seraya menjabat tangan Tama. Alex mendengus kesal, ia lantas keluar sambil menarik tangan istrinya, beruntung hari ini sekolah libur jadi tak ada yang melihat hal ini. "Alex..." suara Aisyah menghentikan langkah lebar Alex, " Makasih," kata Aisyah gugup. Alex berpikir sejenak dengan wajah menatap dingin Aisyah. " Lo pikir gue bakal menepati janji. " Alex sambil terkekeh pelan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD