Pertemuan
Semua terjadi bagai roda yang terus berputar, terus seperti itu hingga akhirnya menemukan titik pemberhentian. Bagai air yang menetes dari tempat tertinggi di bumi, namun ia hilang arah. Ia tak mampu kembali ke jalannya, ia hanya mampu mencapai tempat rendah, dan tak mampu lagi untuk kembali. Air bisa kembali dengan satu syarat, ia harus berubah. Air harus bertahan menghadapi sinar terik matahari yang akan mengubahnya menjadi uap. Tujuannya hanya satu, agar ia dapat kembali ke jalannya.Tempat tertinggi di bumi.
Begitulah hidupku. Tersesat dalam dunia yang membuatku terlena. Aku lupa tujuan awal di dunia. Aku hilang arah, aku kesana-kemari mencari hingga akhirnya aku sadar. Aku harus berubah. Berubah demi fase berikutnya menuju tujuanku. Aku tahu semua perubahan ini tidak lah mudah, akan ada rasa sakit yang harus dilalui demi mencapai fase itu. Namun beginilah hidup. Saat air berhasil menjadi uap, maka saat itu ia harus kembali.
Dan pertemuanku dengan matahari pun terjadi.
***
“s**l,” umpat Alex saat bangun dari tidur, ia bangkit sambil mengembuskan napas kesal.
“Kenapa mimpi itu datang lagi?” gumamnya, seraya menyeruput teh hangat yang tersaji di mejanya.
"Mimpi buruk lagi?” Seorang pria muncul dengan setelan jas hitam rapi.
“Bukan urusan Anda,” jawab Alex acuh. Alex lalu meraih roti sobek dan mulai mengunyahnya.
“Mau sampai kapan kamu acuhkan saya!” Pria itu berucap tegas. Meski begitu, Alex masih tak bergeming dengan roti yang ada di mulutnya.
“Bi Ina,” pekik Alex, ia benar-benar tidak menghiraukan pria di hadapannya. Pria itu mendengus kesal melihat kelakuan Alex yang semakin hari semakin memuakan.
Seorang perempuan paruh baya muncul dengan seragam kebesarannya, “Iya tuan muda.”“Siapkan air hangat untuk saya!” perintah Alex.
"Baik tuan."
“Alex!” suara pria itu menghentikan aktivitas Alex mengisi perutnya.
“Cukup dramanya hari ini, besok kita lanjutkan drama keluarga ini lagi,” ujar Alex datar dan penuh penekanan. “Jadi sekarang, bisakah Anda keluar dari kamar saya! Atau saya harus membuat undangan untuk menyuruh Anda keluar ?” tanya Alex pura-pura manis.
Pria itu mendengus, menatap tajam Alex lalu memutuskan untuk pergi, ia tak ingin terus-terusan berdebat dengan putranya sendiri.
***
Hari cerah untuk selalu bersyukur karena Allah masih memberikan nikmat-Nya pada kita. Aisyah menatap sekeliling sekolah barunya, tentu sangat berbeda dari sekolahnya di desa. SMA Gangnam, merupakan sekolah bertaraf internasional. Dengan label itu, tak heran sekolah ini di gadang-gadang menjadi salah satu sekolah termahal di Indonesia. Aisyah masih berdiri di ambang gerbang sekolah, menatap takjub bangunan megah di hadapannya, sangat megah hingga lebih layak disebut istana ketimbang sekolah.
“Tiiinnnn ....”
Bunyi kencang klakson mobil, sukses memekakkan telinga gadis itu. Belum sempat sadar sepenuhnya dari keterkejutan, tiba-tiba pengemudi mobil itu berteriak keras.
“Hey Nona, bisa minggir nggak!” Teriak pria itu kencang.
Aisyah terkejut. Gadis itu lantas berlari-lari kecil ke tepi gerbang tanpa menoleh ke arah pria tadi. Aisyah pikir semua akan berakhir setelah ia memberikan jalan bagi pria itu, tapi nyatanya tidak begitu. Pria itu malah menatap tajam Aisyah dengan sorot kebencian, dan ia hanya diam tertunduk, menyesali sesuatu yang entah apa. Pria itu masih menatap tajam Aisyah, tanpa berpikir untuk memberikan jalan bagi pengemudi lain yang ingin memasuki sekolah.
Akhirnya Aisyah memutuskan untuk meminta maaf. Jika dipikir-pikir, Aisyah memang salah telah menghalangi jalannya.
“Maaf,” ucap gadis itu pelan.
Tidak ada sahutan, pria itu hanya diam dan menatap tajam Aisyah. Aisyah mendongka, tanpa sengaja tatapan keduannya bertemu sebentar. Aisyah bergidik ngeri merasakan aura berbeda dari tatapan pria itu, tatapannya dalam dan penuh kebencian. Aisyah segera menundukkan pandangannya. Lalu secara tiba-tiba suara decitan ban terdengar nyaring. Aisyah terperanjat lantaran pria itu memutar balik mobilnya dengan sangat brutal. Mobil itu hampir saja berciuman dengan aspal jalan, bahkan nyaris menabrak mobil lain dibelakangnya.
Aisyah mengelus dadanya, kelakuan pria tadi membuatnya sport jantung. Namun satu hal yang membuat Aisyah bingung, semua orang terlihat biasa saja dengan kejadian barusan.
Semua orang seolah berkata.“Hal itu sudah biasa.’’
Dan mungkin Aisyah juga harus terbiasa.