Chapter 6

1309 Words
Tak terasa sudah tiga hari Kevin menyembunyikan rahasia kehamilan Liora, tidak ada yang tau selain dirinya dan dokter yang memeriksa keadaan Liora kemarin. Tapi, sejak saat itu Liora setiap pagi akan selalu merasa mual. Hal itu membuat para karyawan lain membiarkan Liora istirahat, gadis semenggemaskan Liora tentu saja tidak ada yang tega melihat gadis itu sakit. Sudah tiga hari dan Kevin sudah mengatur pernikahannya dengan Liora. Waktu tiga hari itu di manfaatkan oleh Kevin dengan sangat baik, ia mengurus segala hal mengenai pernikahan legal yang akan ia lakukan dengan Liora. Karena Karin masih belum datang ke butik setelah acara pernikahannya dengan Altar, kedatangan Kevin di butik itu mengundang tatapan takjub para karyawan lain. Pasalnya Kevin memang sangat jarang datang ke butik, lalu sekarang lelaki itu datang di butik di saat Karin tidak ada di sana, lalu apa yang Kevin cari dengan datang ke butik? Mengabaikan tatapan kekaguman yang di lontarkan ke arah Kevin, langkah lelaki itu berjalan tegas ke lantai dua di mana ada Liora yang terbaring lemas di sana. Sejujurnya Kevin tidak tega membiarkan calon ibu dari anaknya seperti ini. Kevin membuka pintu di mana Liora berbaring di sana. Kevin berjalan mendekat. Liora bergerak duduk melihat Kevin kaget. “P.pak Kevin kok kesini?” Tidak menjawab, Kevin berjongkok di depan Liora. “Ini sudah waktunya.” Kata Kevin. Liora mengernyitkan keningnya. “Waktunya apa? Ah, waktunya aku bekerja ya? Oke deh, aku akan bekerja, karena aku sakit-sakitan kayak gini jadi dari tadi gak punya tenanga buat kerja.” Liora beranjak dari tidurnya lalu berdiri. “Siapa yang nyuruh kamu kerja?” sahut Kevin, kepala lelaki itu menoleh melihat Liora yang menatapnya bingung. “Lah, terus pak Kevin ke sini dan bilang ‘ini sudah waktunya’ jadi itu maksudnya apa pak?” Kevin berdiri, menatap wajah Liora dengan seksama. Wajah menggemaskan, tidak ada kedewasaan sama sekali di wajah itu. Padahal usia Liora sudah dua puluh dua tahun. “Waktunya kamu nikah sama aku.” Ucap Kevin. Terkejut. Tentu saja. Refleks Liora bergerak mundur. “Menikah apa sih pak. Jangan bercanda deh, aku bakalan kerja sekarang biar pak Kevin gak bercanda lagi kayak gini.” Liora berbalik menuju pintu tapi Kevin mencekalnya. “Aku gak bercanda Liora. Aku serius.” Sahut Kevin. Liora berbalik, berjalan menghampiri Kevin dan berdiri tepat di depan lelaki tinggi itu lalu mendongak. “Pak Kevin. Aku gak tau kenapa pak Kevin ngomong kayak gini sama aku. Tapi kalau memang pak Kevin niatnya cuman bercanda, aku gak akan ingat apa yang pak Kevin ucapkan tadi.”Liora tersenyum. Kedua kaki Liora berbalik menuju pintu yang tertutup, Kevin menghela nafas, sekali lagi ia berkata. “Ayo menikah.” Ajaknya yang terdengar begitu jelas. Tangan yang akan memegang handle pintu berhenti, Liora berbalik menatap Kevin yang terlihat serius saat mengatakan ajakan pernikahan barusan. Kevin berjalan mendekat, Liora bergerak mundur sampai mentok di dinding samping pintu. “M.menikah? Tidak, aku masih muda.” Jawab Liora menolak. Kevin menatap Liora lalu turun ke perut rata milik Liora. “Lalu apa kamu akan membiarkan bayi itu lahir tanpa ayah?” Bayi? Spontan Liora menunduk melihat perutnya, mengusap perut rata itu sebelum kembali menatap Kevin sambil tertawa konyol. “Jangan ngada-ngada pak Kevin. Bayi apanya, bapak pikir saya hamil? Kayaknya makin lama pak Kevin makin ngawur deh, aku balik kerja dulu ya pak.” Pamitnya. “Apa kamu lupa apa yang terjadi saat di hotel bulan lalu?” sahut Kevin. Liora yang akan bergerak keluar dari kamar jadi berhenti kembali, tubuhnya membeku, urat saraf seolah tak mau di gerakkan. Pikiran Liora kini hanya satu. Apa Kevin sudah ingat apa yang terjadi? “Pak Kevin, aku sudah katakan sama bapak kalau aku bu—“ kalimat Liora terjeda ketika Kevin menunjukkan rekaman cctv yang memperlihatkan Liora keluar dari kamar hotel di waktu pukul dua dini hari dengan keadaan menangis. Kedua bola mata Liora melebar, saat ini pasti Kevin sudah tau apa yang Liora sembunyikan. “Kamu tau siapa yang ada di video ini? Jika kamu tau, maka kamu juga pasti tau siapa ayah dari bayi yang ada di kandunganmu sekarang.” “Pak, tapi saya gak hamil. Kenapa pak Kevin ngotot kalau saya hamil anak bapak?” jawab Liora, suaranya bingung tapi juga ketakutan. “Kamu yang ngalamin mual-mual setiap pagi ‘kan? Menurut kamu itu apa? Terus saat kamu aku temuin pingsan di kamar waktu itu, kamu tau gak apa yang dokter bilang? Kamu hamil, dan sudah jelas itu anak aku.” Kevin mengambil nafas dalam lalu ia hela perlahan sambil menatap Liora lagi. “Aku akan tanggung jawab. Bayi itu anakku, aku gak mau jadi pembunuh buat nyuruh kamu aborsi anak yang gak bersalah. Sekarang kamu ikut aku, mulai sekarang kamu ada dalam pengawasanku sampai bayi itu lahir.” Kevin menggandeng Liora keluar dari kamar. Liora memberontak, ia tidak sepenuhnya yakin dengan apa yang Kevin katakan dengan kehamilan, Liora memang mengalami mual beberapa hari ini tapi bukan berarti itu karena hamil ‘kan? “Pak Kevin, lepasin saya pak!” seru Liora. Kevin tak peduli jika karyawan lain kini sedang menatapnya menarik Liora, Liora terus berontak sampai Kevin menggendong Liora seperti menggendong bayi baru lahir. Liora melotot. “Pak Kevin, turunkan saya pak!” “Diam atau kamu akan jatuh.” Jawab Kevin. Para karyawan lain keluar dari tempat mereka untuk melihat Liora yang di gendong oleh Kevin. Seorang Kevino Adrian, pengusaha sukses tiba-tiba datang ke butik adiknya lalu pulang dengan membawa salah satu karyawan di butik tersebut, berita itu pasti akan menyebar dengan cepat. Kevin memasukkan Liora ke mobil, memasangkan sabuk pengaman, secepat kilat Kevin duduk di kursi kemudi lalu mengendarai mobil miliknya. “Pak Kevin, aku gak hamil.” “Kamu akan tau setelah kita melakukan pemeriksaan.” Kevin menjawab seadanya sambil mengarahkan mobil ke klinik kandungan. Liora yang yakin jika ia tidak hamil, mengikut saja saat Kevin membawanya masuk ke klinik kandungan tersebut untuk di periksa. Keyakinan Liora yang berpikir bahwa ia tidak hamil telah pupus sudah saat dokter bertanya kapan dirinya terlambat datang bulan. Liora tidak ingat kapan ia terlambat, yang jelas sudah lebih satu bulan. Dokter pun menyarankan untuk USG, and see ... ada benda kecil di dalam perut Liora yang bernama janin. Deg! Hal pertama yang Liora rasakan adalah syok, ia benar-benar hamil. Bukti telah terlihat nyata di depannya, gumpalan daging yang di sebut janin itu ada di dalam perutnya. Berbeda dengan keterkejutan Liora. Saat Liora menatap Kevin, lelaki itu terlihat tersenyum tipis, seolah bayi itu sangat di harapkan oleh Kevin, padahal bayi itu ada karena ketidak sengajaan. “Janinnya sehat, pak, bu. Selama perkembangan janin, harap ibu tidak melakukan aktifitas berat dan juga harus rajin makan buah yang di anjurkan saat masa kehamilan. Nanti saya akan tambahkan vitamin agar ibu dan janin bisa lebih sehat.” Kata dokter. Liora sudah tak bisa berkata apapun lagi, apa yang Kevin katakan mengenai kehamilan ternyata benar. Dokter keluar membiarkan Liora dan Kevin berdua, kedua bola mata Liora melihat Kevin, lelaki itu langsung membantu Liora yang ingin duduk. “Bagaimana? Sekarang kamu percaya kalau aku gak bercanda ‘kan?” Liora masih terdiam, ia terlalu syok dengan kenyataan bahwa di perutnya kini ada sosok nyawa yang berusaha tumbuh. Perlahan tangan Liora mengusap perutnya sendiri yang masih rata, kepalanya menoleh ke arah Kevin dengan wajah pucat pasi. “Pak Kevin, s.saya hamil pak?” tanya Liora lirih, seolah nyawa dan raganya terpisah menjadi dua. Kevin mengangguk. “Kamu tenang aja. Selama aku ada, aku akan pastikan kamu dan bayinya akan sehat sampai lahiran nanti.” Kevin mengusap surai halus milik Liora, gadis itu kembali terdiam, tak peduli usapan lembut yang Kevin berikan. Ini terlalu tiba-tiba, Liora yang tidak peka sampai membuatnya tidak menyadari arti dari terlambat datang bulan dan mual selama berhari-hari. Siapa yang menyangka jika semua itu terjadi karena sosok gumpalan daging bernama janin yang ada di perutnya saat ini? ____ Bersambung... Jangan lupa tinggalkan komen ya xixi
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD