Bab 12. Menyelamatkan Aset

1511 Words
Menjelang istirahat siang Hanin kembali ke ruangan. Dilihatnya Faiz masih sibuk menelpon, tak lama kemudian dia menutup telponnya. " Mbak Han selamat ya, maaf kan semua orang disini yang suka mengejek kamu padahal mbak wanita yang tegar tujuh belas tahun setia ditinggal dan setia pada satu pria dengan membesarkan anak sendirian, kok anaknya gak dikenalkan ke kami mbak", Faiz mengomentari Hanin setelah mendengar cerita dan tugas untuknya. Maksud nya semua orang tahu Iz, aku istri pak Tyo? Jangan Iz tolong sembunyikan dulu. Aku tak tahu yang akan kuhadapi dan aku tak mau mengambil resiko anakku celaka". " Nggak Mbak nggak, hanya saya dan pak Rahman di perusahan ini yang tau", " Terima kasih Iz, yah memang takdir saya seperti ini", ucap Hanin kembali ke pekerjaannya. *** Sementara Bramantyo dari pagi di teror telepon Mama nya, tapi tidak diperdulikannya. Mama Leni. ibu sambung Bramantyo belum mengetahui hubungan kesembuhan Papa nya atas dan peran serta Bramantyo dan Om Revan, kakak dari Mama kandung Bramantyo dan Sherly. Leni mengira pemindahan pengobatan disebabkan ulah Sherly karena Sherly mengatakan sekarang ini Papa mereka sedang menjalani terapi medis secara herbal di Bandung. Leni terus saja meneror Sherly sehingga Sherly merasa terancam. Bramantyo dan Yusuf sepupu nya berencana mengungsikan Sherly dan keluarganya ke Jerman untuk sementara waktu. Suami Sherly yang merupakan Manajer di perusahaan asing tetap di bekerja tapi di bawah pengawasan Yusuf yang belum diketahui Leni identitasnya. Itulah sebabnya Bramantyo mengabulkan permintaan Hanin untuk menikah ulang secepatnya agar Ia memang memiliki Hak untuk melindungi secara langsung anak dan istrinya tersebut. Leni memang hanya seorang ibu rumah tangga yang mempunyai jiwa sosialita, tapi karena kedudukan nya sebagai istri seorang Wijaya selama puluhan tahun membuat dia memiliki tabungan harta yang cukup mumpuni dan dengan dukungan adiknya Luki pemilik perusahaan rekanan Wijaya group dan selalu mendapatkan dan besar karena dukungan dan tekanan Leni terhadap Wijaya Papa Bramantyo dan Sherly membuat kedudukan Leni sangat kuat dan saat ini dia mulai terang terangan menunjukkan taringnya. Papa Wijaya sekarang sudah sadar kesalahannya dan dia sudah ikhlas akan menceraikan istrinya yang gila harta dan jabatan. Namun semua tindakan nyata untuk menghenti Leni sedang menunggu proses pengalihan beberapa aset Wijaya yang bernilai besar agar tidak jatuh ke tangan Leni dan adiknya. Selama ini juga Leni sudah berselingkuh dengan saingan Wijaya group dan mendapatkan bantuan dari selingkuhannya itu. Bramantyo dan Yusuf memegang beberapa bukti yang kuat untuk membeberkannya Bramantyo harus berhati hati mengingat Mamanya ini cukup kejam begitu pula dengan selingkuhannya. Itulah sebabnya Bramantyo harus memastikan keluarganya aman dan Pengalihan Aset pribadi Papanya yang sudah ada sebelum menikah dengan Leni menjadi atas nama anak anaknya benar benar selesai dengan aman bahkan untuk mengulur waktu Bramantyo tadinya menyetujui pertunangan dengan Anggita yang ternyata adalah anak kandung Leni. Keputusan Bramantyo membatalkan acara pertunangan besok malam tentu sudah sampai ke telinga Leni melalui aduan Anggita anaknya. Dan ucapan muak dari Bramantyo mengobarkan amarah Leni. Keduanya pun sepakat menyambangi Bramantyo ke kantornya. Kedua wanita beda usia tersebut berjalan dengan angkuh menuju ruangan Bramantyo. Beberapa karyawan menatap heran melihat penampilan mereka. Leni yang penuh dengan perawatan dan style glamour terlihat seperti kakak bagi Anggita yang merupakan anaknya yang sudah berumur 35 tahun. Telepon di meja Bramantyo berdering. " Pak, ini ada Nyonya Leni Mama pak Tyo dan Nona Anggita ingin bertemu", kata kata Tika dengan gugup karena Leni berbicara menyuruhnya dengan angkuh. " Suruh mereka masuk Tika dan saya nggak ingin diganggu sampai mereka keluar. Semua laporan di berikan ke meja kamu dulu", suara Atasannya terdengar datar menjawab telepon tersebut. Bramantyo mendadak pusing mendengar kedatangan Mama Leni dan Anggita, tak lama pintu terbuka dua wanita tersebut masuk dengan angkuh, membuat dia muak melihat tapi untuk tidak membuat suasana bar bar dia berusaha menahan diri. " Bram apa kamu tidak tau semua sudah di booking dan undangan sudah disebar. Lagi pula kamu kelewatan tidak memikirkan perasaan Anggita apa, kamu setuju tunangan tapi belum apa apa membatalkannya secara sepihak", Mama Leni mencoba bicara lembut dan menahan amarahnya. Dilihatnya wajah Bram yang datar menunjukkan dia juga marah. " Acara tetap berlangsung temanya hanya berubah syukuran ulang tahunku dan mohon doa untuk kesembuhan Papa. Undangan juga cuma stafku di perusahaan ini lalu keluarga orang acara pertunangan bukan pernikahan", kata Bramantyo dengan wajah datar. " Tapi kamu benar benar tak menghargai ku mas, melukai hatiku aku sudah mencintaimu Mas", " Aku sudah bilang sebelumnya aku tak mengenalmu makanya aku minta pertunangan dulu, kau juga bilang akan berusaha karena belum menyukai ku. Aku sebenarnya tidak suka style mu dan kau bukan tipeku sudah ku katakan tapi untuk menghargai Mama aku mau belajar menyukaimu. Tapi belum ada ikatan sedikit pun kau sudah membuat ku malu dan muak. Kau membentak bentak di kantor ku dan berlaku angkuh di lingkungan kantor ini siapa dirimu untung aku tidak sedang rapat klien kemarin. Kau tahu aku baru saja menjabat menjadi CEO dan perusahaan ini bukan milikku aku hanya membeli sebagian kecil saham karena Pemilik utama mengundurkan diri karena sakit aku ditawarkan menjadi CEO di sini. Siapa kamu yang mau seenaknya mau merusak reputasiku. Mama juga , ini bukan Wijaya Group yang dimiliki suami Mama, jangan berlagak sebagai penguasa disini dan ajar dia agar tau etika", Kata Bramantyo yang hampir menghardik Leni sambil menunjuk Anggita. " Tapi kan tidak harus membatalkan pertunangan mu. Kau bisa meminta Anggita memperbaiki sikapnya bukan", kata Mama Leni lagi. " Aku memilih istri pendamping hidupku, stylenya saja aku tak suka bukan tipeku, tingkah angkuh seperti kemarin itu sudah kepribadiannya, untuk apa aku berkorban banyak untuk yang tidak kusukai, cari aja orang yang senang dengan style mu itu bukankah kau bergaya bertingkah sesuai lingkungan mu sebelumnya ku rasa ada yang mungkin mengidolakanmu, tapi itu bukan aku". "Pergilah ini bukan Wijaya Group yang mungkin mengenal Mama. CEO itu pekerja bukan pemilik jangan kalian datang seolah perusahaan ini milik kalian atau kupanggil satpam menyeret kalian keluar. Besok acara ku jika ingin hadir datang lah sebagai tamu yang baik jika tidak sekali lagi akan ku usir kalian dengan tidak hormat". " Mama juga tinggal di sana Bram, kau tidak bisa mengusirku seenaknya". " Rumah itu atas nama mama kandung ku bukan nama Papa, jika memang masih ingin tinggal disana bersikaplah yang baik dan beretika bukan melebihi tuan rumah. Sudah bertahun anda menumpang disana bukan berarti bisa menjadi pemilik. Papa juga sudah memberimu rumah yang mewah tinggallah di sana yang memang hak mu". " Ingat Bram, kau akan menyesal berkata demikian terhadapkui, aku akan mengadukan kelakuan mu pada Papamu. Kau akan menyesal", kata Leni mulai beranjak dari duduknya dan menarik tangan Anggita. " Aku bicara tentang hak ku perusahaan ini tempat aku bekerja bukan Dwijaya Group dan rumah yang kutinggali atas nama Mama kandungku, papa ku pun tak bisa berbuat seenaknya di rumah itu, keluar sebelum ku panggil satpam ", Bramantyo sudah benar benar muak dengan kedua wanita tersebut. Leni akhirnya keluar dari ruangan tersebut bersama Anggita. Bramantyo tetap menelpon satpam kantor untuk memastikan keduanya keluar dari lingkungan perusahaan tanpa sempat berbuat macam macam. Bramantyo juga segera menelpon Hanin. Dia menyarankan Hanin mengajukan permisi untuk dapat pulang cepat dan menyempatkan diri pulang kerumah agar mempersiapkan keperluan Zayn dan memberi alasan dia akan ada acara dengan klein sampai jam sepuluh malam. Bramantyo juga menganjurkan untuk Hanin mengizinkan Zayn membawa temannya menginap dirumah khawatir jika Zayn sendiri dirumah. Hanin pun mengiyakan, ia juga akan mengambil baju yang akan mereka gunakan untuk acara nikahan , dan Bramantyo menyuruh Hanin menggunakan mobilnya untuk hal tersebut dan sedangkan dia akan menumpang mobil Pak Rahman nantinya. " Nin, Mas pikir apa kita beli saja nanti sebuah mobil untuk transportasi mu, Mas nggak tega melihat Zayn harus mengantar mu dulu baru pergi sekolah", kata Bramantyo mulai ingin memberi fasilitas pada keluarganya. " Jadi Mas maunya dia mengendarai mobil kesekolah, besar kepala nanti anakku, keluyuran terus", "Toh sebentar lagi usianya tujuh belas tahun tentu sudah bisa mengurus SIM dan kita beli saja mobil yang tidak terlalu mencolok nin, kalau kalian ribet naik motor sekarang sudah musim hujan". " Nanti lah Mas di pikirkan, kemarin Hanin baru aja invest dua puluh juta untuk usaha bengkelnya dan teman teman nya". "Ya, jangan uang kamu Nin, mas yang beliin". " Iya, gimana jelasainnya. Kan tabungan ku juga untuk persiapan kuliahnya kelak pasti jadi pertanyaan lagi nanti dari mana Hanin dapat uang beli mobil". " Emangnya sampai kapan, Mas harus sebunyi dari dia Nin, sampai kapan mas dapat panggilan ayah, kuliah Zain ya Mas lah yang bayarin dia anakku". " Sudahlah , kita selesaikan saja dulu pernikahan ini, dan bagaimana rencana lanjutan keluarga Mas dengan Mama Leni, bukannya besok Mbak Sherly juga akan terbang ke Jerman dan mas akan membuka semua permasalahan dengan Mama Leni". " Iya, Mas akan membereskan ini secepatnya doain Mas ya Nin". pangilan telepon pun segera ditutup. Bramantyo kemudian menghubungi pengacaranya dan menanyakan kesiapan pengalihan aset orang tuanya ke nama nya dan Sherly sesuai dengan yang ditetapkan Papanya. Sebenarnya Mama Leni juga sudah dialokasikan sebuah rumah mewah, mobil mewah dan beberapa obligasi. Tapi Mama Leni selalu mengincar rumah yang mereka tempati dan saham perusahaan. Tapi Papa nya tidak akan memberikan saham Dwijaya Group karena perusahaan itu milik keluarga Mama kandung Bramantyo.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD