Bab 13. Menikah Kembali

1410 Words
Hanin permisi pulang dengan alasan ada masalah keluarga. Iya mengendarai mobil Bramantyo setelah Bramantyo mengkonfirmasi ke satpam agar tidak terjadi kesalahpahaman. Pergi ke butik mengambil baju resepsi pernikahan , dan membeli beberapa makanan untuk kebutuhan Zayn. Hanin sampai dirumah bertepatan dengan Zayn pulang sekolah. Mobil diparkirnya di Swalayan di luar kompleks dan ia menggunakan ojek online sampai di rumah. " Kok Bunda cepat pulangnya, Bunda sakit?" " Nggah bunda nggak sakit, Zayn sore Bunda ada kegiatan kantor ke Bandung. Pulang nya malam atau mungkin Bunda menginap satu malam besok pagi atau siang pulang. Zayn. Bisa ajak teman menginap semalam Bunda nggak enak jika Zayn sendiri. Atau minta Abang Rochim menginap di rumah, gimana? " Nggak apa apa Nda, Zayn sendiri aja. Zayn banyak tugas sekolah, Minggu Zayn ke bengkel ya Nda", " Ok. ini Bunda siapin berapa makanan, nanti kamu panasin dan ini ada cemilan, jangan bohongi Bunda, nanti kamu keluyuran naik motor, Besok Sabtu malam ada syukuran di tempat Bos Bunda kamu ikut aja". "Iya, Bunda satu hari ajanya". Hanin mandi dan bersiap untuk ke rumah pak Rahman, ingin rasanya membawa Zayn tapi perasaannya mengatakan ada sesuatu yang buruk jika sekarang dia memperkenalkan Zayn dengan Bramantyo. Pertemuan dengan Anggita membuat Hanin was was berurusan dengan orang seperti dia, Hanin yakin situasi tidak mudah setelah Mas Bram membatalkan pertunangan, pasti ada penyelidikan yang dilakukan Anggita. Sesampainya di rumah Pak Rahman hari hampir Maghrib, rumah tertutup. Sambil menenteng pakaiannya dan Mas Bram diketuknya pintu sambil mengucap salam, terdengar seorang wanita menjawab salamnya. Pintu terbuka wajah kak Asma muncul sambil tersenyum. " Masuk Nin, Sholat Maghrib dulu baru nanti di rias sedikit, itu MUA nya sudah datang". " Terima kasih Kak Asma, Hanin benar banar merepotkan Kakak". "Repot, yang menyenangkan, ini bahagia melebihi pengantin baru biasanya. Kakak salut pada mu Nin dan Pak Tyo, kalian menjaga hati selama tujuh belas tahun", Asma memeluk Hanin sambil membawanya ke kamar yang sudah mereka siapkan. Ruang tamu tampak sudah di benahi, sofa satu set di keluarkan di ganti dengan hamparan ambal membentang, sebuah meja kosong terlihat di tengah ruangan Di ruang makan terlihat kue kue basah sudah disusun dan beberapa puluh kotak nasi sudah tersedia. Hanin masuk ke kamar, seorang wanita tampak mengeluarkan alat make up nya di Nakas. " Ini Mbak Hanin ya? kenalkan saya Vera yang akan merias Mbak nantinya", ujar wanita tersebut tersenyum. " Iya Mbak ntar sehabis sholat Maghrib kan?", jawab Hanin tersenyum. " Iya, Mbak Hanin saya juga akan sholat dulu ini sudah wudhu, Mbak jika mau wudhu bisa itu kamar mandinya, sebentar lagi Adzan", Mbak Vera sudah mengatur peralatannya dan mengambil baju yang diletakkan Hanin di tempat tidur. " Pakaian nanti kan Mbak, saya gantung saja ya, nanti kita rias dulu baru pakaian nya. Pengantin prianya nanti kan datang sehabis Isya ya bersama jamaah masjid", sepertinya Mbak Vera sudah mengerti susunan acara dadakan ini dari Asma si tuan rumah. Adzan Maghrib pun terdengar ketika Hanin baru masuk ke kamar mandi, sementara Vera sudah memakai mukena nya sambil menunggu Adzan selesai. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan kurang lima belas menit, di masjid jamaah sudah Isya sudah ada bubar, Pak Rahman hanya mengundang kira kira lima belas orang jamaah termasuk pak Imam, pengurus Masjid dan tetangga kanan kirinya. Rombongan pun bergerak menuju rumah nya termasuk Bramantyo. Di rumah Hanin sudah dirias dan tinggal membenahi jilbabnya, ia tampak cantik dengan riasan natural Vera yang hanya mempertegas bagian bagian tertentu di wajah Hanin. " Mbak Hanin ini seperti masih umur dua puluhan, wajah nya ayu dan tinggi semampai dengan busana Hijab terlihat benar benar seperti pengantin baru usia dua puluhan", kata Mbak Vera yang puas melihat hasil kerja. " Maklum mbak saya ini janda lawas, nikah dua Minggu di tinggal tujuh belas tahun, banting tulang. Ini masih mending udah lumayan berisi badannya, maaf Mbak curhat", kata Hanin yang merasa pasti Vera sudah dapat bocoran latar belakang acara malam ini. " Ya, semua kehendak Allah ya Mbah Han, ternyata kehendak Nya juga menjaga dan menautkan kembali cinta Mbak Han dan Mas nya, kita ini seumuran lho Mbah Han. Cuma saya seperti kakak tertua dan Mbak Han adik ketiga", ujar Vera tertawa, " Assalamualaikum", terdengar suara ramai, rombongan Masjid, pintu kamar tamu dimana Hanin dirias terdengar di ketuk tergesa. Vera segera membuka pintu dan terlihat Asma tersenyum. " Mbak Han baju Pak Tyo nya mana biar di pakai di kamar anak saya saja dibantu Mas Faiz nanti, aduh cantik bener Mbak Han nya, jarang dandan lengkap jadi pangling lihatnya he.. ", ujar Asma menunggu Vera mengambil baju pengantin pria, lalu Asma pun tergesa berlalu. Hanin tetap di kamar bersama Vera menunggu arahan disuruh keluar jika sudah sah nantinya. Akhirnya Bramantyo keluar dengan setelan koko putih diberi lilitan kain sarung motif songket dan peci hitam terlihat gagah. Dia kemudian duduk bersebrangan dengan wali nikah untuk Hanin seorang ustadz usia lima puluhan yang biasa mengisi kajian di masjid kompleks perumahan Pak Rahman. Sedangkan tiga saksi yang ada yaitu Pak Rahman, Mas Faiz dan Pak RT setempat. Akhiirnya terdengar suara Ustadz Ramli membuka acara disertai salawat salam menceritakan singkat latar belakang kondisi pasangan nikah yang pastinya mengundang sedikit pertanyaan di kalangan yang undangan yang hadir, buku nikah pasangan yang sudah ada tujuh belas tahun silam juga terlihat di meja. Hanin mendengarkan semua dengan seksama sampai proses ijab kabul yang di ucap kan Bramantyo dengan suara serak dan terbata bata membuatnya menangis tertahan dan akhirnya kata sah berkumandang. Vera langsung membenahi sedikit riasan Hanin yang rusak karena lelehan airmata. Akhirnya Ustadz Ramli memanggil pengantin wanita untuk keluar. Hanin di dampingi Vera keluar perlahan duduk di area dimana kelompok beberapa orang ibu ibu yang diundang duduk. Tampak Bramantyo menegakkan pandangan melihat pengantinnya yang sudah sah tidak di ragukan lagi. Ia pun menggeser dirinya dengan berjalan dengan lutut sebentar menghampiri Hanin yang duduk dengan hati yang membuncah. Begitu juga Hanin pun maju menghampirinya dan mencium tangan suami. Keduanya diselimuti perasaan dejavu akan suatu peristiwa tujuh belas tahun yang lalu. Tak terasa justru air mata nya meluncur tak tertahan begitu juga Bramantyo yang tidak membalas dengan mencium kening istrinya justru merengkuh Hanin sambil menangis. Tidak ada gurauan undangan yang menggoda pengantin seperti biasanya suasana haru begitu menyelimuti hati para tamu setelah secara singkat tadi mendengar latar belakang acara nikah ini. Akhirnya ustadz Ramli berbicara memecah suasana hharu agar tidak berkepanjangan. " Syukur Alhammdulillah semua terjadi atas kehendak Allah Subhana Wata'ala. Pasangan ini terpisah karena suatu hal yang bukan kehendak mereka dan malam ini kita semua menjadi saksi atas tidak adanya lagi keraguan untuk mereka bersama lagi layaknya pasangan suami istri yang sah. Marikalah kita doa kan bersama agar permasalahan yang ada dan di hadapi memiliki solusi dan mereka berdua diridhoi Allah untuk menjadi pasangan yang sakinah, mawaddah wa rahmah hingga akhir hayat begitu juga semua yang hadir disini" , kata Ustadz Ramli yang di lanjutkan dengan pembacaan doa dan di aminkan oleh semua yang hadir serta kedua mempelai. Acara konsumsi pun di buka dengan meja panjang di teras untuk tamu laki laki dan meja makan untuk para ibu ibu yang jumlahnya lebih sedikit. Tak lupa juga pembagian besek untuk dibawa pulang. Hanin dan Bramantyo duduk bersimpuh di tepi ruangan dengan meja kecil dengan beberapa hidangan. Mereka berdua makan sekadarnya menyesuaikan waktu acara yang akan selesai. Setelah semua selesai makan dan jeda sebentar Pak Rahman menutup acara dengan ucapan terima kasih mewakili kedua mempelai. Para undangan yang tidak sampai tiga puluh orang tersebut diatur untuk memberi ucapan selamat pada mempelai. Setelah semua undangan bubar walau masih ada beberapa orang yang duduk di halaman depan. Bramantyo mengajak 7Hanin meninggalkan tempat acara, mereka mengucapkan terima kasih tak terhingga pada keluarga Pak Rahman serta semua yang membantu lalu permisi dan keluar menuju mobil. Di dalam mobil, keduanya sempat terdiam. Hanin bahkan menunduk dia merasa dua tiga hari ini harinya seperti roller coaster sampai bingung bagaimana caranya berkomunikasi dengan suaminya pasca pernikahan ini. "Sayang malam ini kita cari hotel saja ya", Bramantyo langsung membuka percakapan dengan tujuan mereka. Dia tidak rela bila harus berpisah sehabis nikah. " Sayang apa sudah dibicarakan dengan Zayn untuk tidak pulang malam ini", tanya. Bram lagi melihat kondisi istrinya yang masih bingung. " Iya Mas, sudah tadi Hanin mengatakan ada acara kantor tapi ada kemungkinan tidak pulang dan menginap di tempat teman kerja bila ke malaman". " Tapi ada baiknya sayang telpon dulu Zayn nya sekalian mengecek keadaan, Mas pun pengen dengar suara nya rindu soalnya", Hanin pun membuka panggilan video ke Zayn tapi dengan membalikkan tubuh nya takut Zayn melihat Bram.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD